Untuk apa metode ini digunakan? Pertama, untuk menuntaskan penjelasan hukum dari pertanyaan penanya. Kedua, menjelaskan hal lain yang penting yang belum disampaikan. Contoh, Rosul sedang berdiri diantara para sahabat, kemudian menyampaikan bahwa jihad di jalan Alloh dan beriman kepada Alloh adalah amalan yang paling utama. Kemudian ada sahabat yang bertanya. Wahai rosul, bagaimana pendapatmu jika aku terbunuh di jalan Alloh, apakah semua kesalahan (dosa-dosa) saya dimaafkan? Maka Rosul menjawab, iya. Tapi dengan syarat : (1) sabar, (2) semata- mata mencari ridho Alloh dan (3) menghadapi perang dengan gagah berani dan tidak melarikan diri dari perang. Tiba-tiba rosul berkata, coba ulangi lagi pertanyaan tadi? Sepertinya dari jawaban itu ada yang kurang.Nah, penanya mengulangi pertanyaannya tadi. Kemudian rosul menjawab seperti tadi dan ditambah keterangan kecuali dosa karena hutang. Ini diberitahukan Jibril baru saja.
Ada beberapa pelajaran penting
dari hadist ini, hati-hati dengan hutang. Alloh mengganti membangunkan istana
jika yang memberi hutang (pada orang yang berperang di jalan Alloh) itu merelakannya.
Tidak mempermudah memberi hutang, kecuali darurat. Benar- benar butuh sekali. Yang
berikutnya pentingnya menanyakan kembali pertanyaan siswa. Bisa jadi jawaban
yang kita berikan tidak sesuai dengan yang diinginkan siswa. Bisa jadi karena
rumit pertanyaannya, sehingga harus diulang. Bisa jadi juga karena yang
ditanyai belum mengerti betul, sehingga perlu diulangi lagi pertanyaannya.
Metode berikutnya adalah bertanya
untuk menguji siswa yang pintar, ketika bisa menjawab, rosul (guru) memujinya
dan menyatakan kepintarannya. Contoh 1. Diriwayatkan imam muslin dari ubay bin
Ka’ab, biasa disebut Abal Mundhir. Sebutkan ayat yang paling luar biasanya
agungnya menurutmu. Karena menjaga adab kepada gurunya, dia menjawab, Alloh dan
rosulnya yang lebih tahu. Kemudian rosul memotivasi sekuat tenaga untuk
menjawab, diulangi lagi pertanyaan itu. Kemudian dijawab Ayat Kursi. Rosul memukul
pelan dadanya (pelan) menandakan setuju dan memujinya, semoga kamu menjadi
ahlul ilmi (ulama’).
Ubay dijuluki sayyidul Quro
(pemimpin ahli Qur’an). Umar bin khottob menjelang wafat, mengatakan Ubay
sebagai pemimpinnya umat islam. Rosul pernah berkata ke Ubay, sesungguhnya
Alloh menyuruh membacakan ayat Al Qur’an (QS Al bayyinah). Ubay merasa takjub. Apa
betul, nama beliau disebutkan di hadapan Rosul? Dijawab rosul, iya. Ini menunjukan
betapa agungnya Ubay di sisi Alloh. Ketika mendengar berita itu, ia menangis,
tersanjung. Namanya disebut Alloh (dan nasabnya dihadapan dihadapan Nabi Muhammad
SAW. Fadhilah Ayat Kursi sebagai berikut: Barang siapa membaca ayat Kursi setelah
sholat fardhu, maka tidak ada apapun yang melarang dia untuk masuk syurga, sampai
meninggal dunia.
Contoh 2. Dari sahabat Muadz bin jabbal. Beliau bercerita, ketika rosul mengutus dia ke Yaman. Wahai Muadz bagaimana caranya kamu mengambil kesimpulan kalau seandainya kamu mempunyai masalah, atau ada masalah ditunjukkan ke kamu. Bagaimana mengambil hukumnya?. Saya ambil kesimpulan berdasarkan Al Qur’an. Kalau kamu tidak menemukan? Saya berdasarkan Sunnah. Kalau seandainya menemukan juga? Apa yang kamu lakukan?. Saya akan berijtihad, dan saya tidak pernah main-main. Ketika mendengar jawaban itu. Dipukul dada Muadz secara pelan dengan tangan yang mulia. Alhamdulillah merestui utusan Rosul. Pelajaran dari hadis ini adalah pentingnya memuji dan menghargai jawaban benar dari siswa. Jangan pelit menghargai siswa.
Ada kisah lain yang menarik. 10 -15 tahun yang lalu. Ada ulama Mesir (abdul Wahab masyiri) ahli sejara. Beliau ketika masih SMP termasuk yang tidak cerdas, sering remidi. Guru lain menyebut bodoh, gak semangat, tidak punya motivasi. Ketika ketemu guru, menaykan pertanyaan, dan dijawab bisa. Kata-kata guru itu, kamu GENIUS. Satu kata ini yang mengubah kehidupan beliau. Beliau semakin rajin dan akhirnya mempunyai kemampuan melebih teman-temanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar