Jumat, 28 Agustus 2020

Waiting List Unlimited

Kepada Kamu yang Masih Saja Menunggu 

Ada yang ribuan tahun, setalah lama menungu akhirnya bisa masuk syurga. Mereka ingin masuk syurga tapi karena waiting list, jadi tertunda. Oleh Alloh sengaja diperihatkan Surga. Baik syurga maupun di neraka ada orang-orang yang kita kenal saat di dunia. Sehingga komentar kita bisa begini, Oh itu yang terkenal dengan mengkomersialkan ilmu, agama dst. Oh itu yang pendusta. Itu yang kenalan kita yang luar bisa baiknya. Meraka sangat ingin masuk syurga. Ketika yan di lihat neraka, komentar orang tersbut Jangan jadikan kami seperti mereka ya Alloh. Bahkan mereka bisa membalas kaum elit yang dulunya menghinakan kaum alit. Kaum alit ini justru dipersilahkan masuk ke tempat yang penuh kenikmatan yang didalamnya tidak ada rasa khawatir. Sementara yang menghinakan orang yang beriman, rasakan sendiri apa yang kau kumpulkan (harta, pamgkat, dll). Hari ini tak ada gunanya kesombongan itu. Meraka juga masih bisa melihat bagaimana ketika penghuni neraka merengek agar ada minuman atau makanan yang dilemparkan .

Ada waiting list yang tak berujung. Karena imannya lenyap disebabkan ucapan dan perbuatan mereka. Waiting list unlimited, tak berhingga. QS. Al A’rof 40, yaitu Orang yang mendustakan, mecela, mencaci maki ayat-ayat kami, menunjukkan melecehkan ayat kami (dianggap ajaran kuno, sejak 1400 tahu kok masih digunakan, ketinggalan zaman, sehingga harus direvisi). Dia merasa lebih hebat dari Alloh yang menurunkan. Intinya mendustakan, ini bisa dengan ucapan. Mereka tidak percaya kitab suci, mereka bilang bohong semua dst. Hari ini, tidak sedikit orang yang seperti itu. Misal omngan begini, hari ini China sudah ke luar angkasa, kok masih menghafal Al Qur’an. Ada juga yang mendustakan dengan perbuatan. Ini tidak kalah dengan mendustakan dengan ucapan, yaitu  takbbur. Agar tidak takabbur, biasakan bertnya kamu berasal dari apa? Dari setetes air HINA. Sekarang kok jadi penentang. Kita dari lumpur, apa yang disombongkan. Tidak akan masuk syurga jika ada hati nya ada takabbur, walau kecil.

Langit menutup pintunya untuk orang seperti itu. tak satupun pintu langit yang mau menerima mereka. Apa hanya itu yang ditolak? Bahkan rohnya pun tidak bisa naik ke langit untuk menghadap Alloh. Juga amal kebaikan mereka, meskipun mereka berbuat demi kemanusiaan. Ini berbeda dengan orang beriman, Alloh akan mengakat amal soleh orang yag beriman, pintu langit dan pintu syurga dibuka lebar-lebar.

Pada orang yang mendustakan ayat Alloh, ketika sakarotul maut, malaikat duduk di atas kepala orang yang sekarat tersebut. Dikatakn padanya, hai jiwa yang busuk, roh yang jahat, keluarlah kamu sekarang menuju murkanya Alloh. Begitulah malaikat maut menyeru dengan bengis. Penderitaan yang paling puncak, ketika ruh keluar dari tubuh. Rosul saja merasakan sakit, sampai rosul berkata ummati, ummati, ummati. Beliau minta untuk menanggung seluruh penderitaan ummatnya saat sakarotu maut. Gelar ummi itu artinya nabi yang sangat penyayang pada ummatnya. Nabi tidak berkata hai anakku, hai sahabtku, hai mantuku dst. Yang diingat hanya ummatnya.

Izroil melanjutkan bahwa ruh orang yang mendustakan ayat Alloh tersebut keluar dengan bau busuk, yang busuknya tidak ada yang mennadinginya. Seperti baunyu nya bangkai yang paling busuk. Tidak melewati sekelompok malaikat, melainkan malaikat itu mengeluh. Ini bau apa kok sangat busuk. Sampainya ruh itu hanya di langit terbawah. Minta di bukakan langit terndah, namun langit yang terbawah pun tidak mau menerima. Tertutup bagi orang yang mendutakan agama.

Tidak akan masuk syurga orang yang semacam itu, sampai ada onta yang bisa masuk lubang jarum. Ini immpossible. Tidak ada orang yang bikin jarum dengan lobang besar. Kalaupun ada, untuk apa? Ini artinya selamanya tidak akan bisa masuk syurga. Seperti itulah kami membalas orang-orang mengejek agama Alloh. Selanjutnya mereka akan menimati siksa neraka. Kasurnya di neraka itu adalah api, ditambah lagi selimut berupa api. Ditutup dari segala arah. Api itu menyelimuti mereka.

Self Evaluation

Self-Evaluation - Biblical Ministries Worldwide

Sebelum kita mengetahui tujuan, urgensi dan metode evaluasi diri, sebaiknya kita tahu apa itu evaluasi diri. Dia semakna dengan muhasabah. Sesuai dengan firman Alloh, Wahai orang yang beriman, bertaqwalah dan hendaklah melihat apa yang sudah dilakukan. Alloh maha mengetahui dan maha teliti apa apa yang kita lakukan.

Di era modern, evaluasi sering dilakukan. Untuk menentukan keberhasilan suatu program. Ini sangat penting, untuk kemaslahatan kita. Seorang guru harus terus menerus mengevaluasi diri. Kemampuan seorang guru menilai bagaimana proses pembelajaran dilakukan dengan jujur dan melihat dirinya. Ingat perkataan umar, evaluasi diri kalian sendiri sebelum kalian dievaluasi Alloh di akhirat kelak. Ini melihat apa yang sudah dilakukan, apa yang sudah dikerjakan, sekaligus memperbaikinya. Ini juga termasuk evaluasi di keluarga, untuk kebaikan bersama.

Kemampuan menilai diri sendiri ketika mengajar. Tentu dilakukan dengan jujur. Jika ada kekurangan, harus diperbaiki. Evaluasilah tujuan pembelajaran, sudah tercapai atau belum. Termasuk metode dan medianya. Di akhir, di evaluasi apakah siswa kita sudah berhasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Pertama, tujuan evaluasi diri adalah (1) untuk mengukur tingkat keberhasilan yang dilakukan. Dengan ini kita bisa melihat kekuranga pembelajaran kita sehingga ada perbaikan. (2) untuk meyakinkan bahwa ilmu yang disampaikan itu betul2 sampai ke siswa. Ibaratnya, Ilmu itu sebagai amanah. Ilmu kita ambil dari sumber nya (Alloh) kemudian kita sampaikan kepada siswa kita. (3) untuk mengetahui sisi kelebihan dan kekurana kita. Setipa orang punya itu. Jika kita tahu kelebihan itu, jaga, pertahankan dan tingkatkan. Jika menemukan kekeurangan, perbaiki sehingga ilmu yang disampaikan benar nyampai (4) untuk meningkatkan dan memperbaiki secara kontinu standar guru.

Evaluasi pihak luar, bisa jadi manajemen (kepala sekolah, dinas pendidikan). Pihak luar tujuannya pengawasan. Mengawasi peefoma kinerja guru. Yang kedua adalah mengevaluasi. Yang ke tiga adalah menilai guru. Apakah gurtu ini layak untuk naik golongan dsb. Atau guru ini membutuhkan pelatihan, seminar, dsb. Ke empat adalah kepentingan adminstratif. Dengan demikian bedanya, evaluasi luar dengan evaluasi diri adalah kalau evaluai luar itu untuk membantu pihak yayasan baru membantu guru. Sedangkan evaluasi diri itu membantu guru terlebih dulu baru membantu pihak yayasan.

Berikutnya, urgensi evaluasi diri bagi guru. Pertama, bisa mengukur performanya. Contoh ada 2 guru. Sama-sama memulai megajar. Durasi mengajar 5 tahun. Guru A, setiap tahun dia mengevaluasi diri, di tahun ke dua dia akan meningkat performanya. Begitu seterusnya. Artinya guru A ini mempunyai 5x pengalaman perbaikan diri. Guru B tidak melakukan evaluasi. Apa yang diajar tetap. Guru kedua ini hanya mengulang ulang performanya selama 5 tahun.

Urgensi kedua, adalah bisa menilai dirinya sendiri sebelum dinilai orang lain. Secara naluri tidak suka jika dinilai orang lain. Karena biasa dicari kurangnya. Dengan demikian dengan evaluasi diri, kita bisa mepersiapkan diri kalau suatu saat dievaluasi orang lain. Urgensi ketiga, bisa memperbaruhi dan memperbanyak variasi metode dan media, sehingga kemampuannya semakin menigkat. Akan meningkat juga wawasan di materinya, terbatrukan dan tidak jumud. Urgensi ke empat, merasa ridho terhadap dirinya dan merasa bahagia telah meningkatkan kemampuan. Urgensi kelima, jika dengan evaluasi diri guru itu puas, maka guru tersebut akan berusaha terus menerus untuk menjadi yang terbaik. Semangat ini perlu terus dijaga.

Berikutnya adalah metode (cara) mengevaluasi diri. (1) menulis sesuatu yang bersifat pekanan tentang performa. Tuliskan kelebihan dan kekurangannya. Pekan berikutnya tulis lagi dan seterusnya. Perbaiki yang kurang dan pertahankan yang sudah baik. (2) mengambil pendapat dari siswa yang kita ajar, tenatng media dan metode yang kita gunakan. Siswa bisa menuliskan masukan tanpa menyebut nama. Jika ada kritik jangan samapai marah, jangan sampai mebuat benci pada siswa tersebut. Ambil manfaatnya ambil baiknya, untuk memperbaiki performa. (3) merekam performa ketika mengajar dan melihat ulang. Jika ada kurang, bisa dilakukan perbaikan. Ingat setiap orang itu berbeda. (4) mengundang partner kita untuk mengahdiri ketika kita mengajar. Kita minta dia meberi masukan. Untuk membandingkan performa kita dengan teman kita. Semata-mata untuk meningkatkan kualitas. Bisa juga kita sendiri yang melihat orang lain mengajar. Belajar dari orang lain. (5) dengan diskusi sesama partner mengajar. Biasanya diskusi secara langsung lebih  bermanfaat daripada sekedar membaca buku.

 

 

Kamis, 06 Agustus 2020

Amalan Sia-Sia

Orang Paling Merugi Amalnya ~ FIMI (Forum Intelektual Mahasiswa Islam)

Topik tulisan ini adalah amalan sia-sia. Dalam QS: Ibrahim, berbicara tentang  kebaikan orang tidak beriman. Seperti abu yang dihembus angin kencang, tidak tersisa. Yang kedua, dalam QS: An Nur, seperti kebaikan orang yang tidak beriman seperti fatamorgana yang dilihat oleh orang yang kehausan,begitu di dekati tidak dapat apa-apa.

QS: Ali Imron 116 – 117. Sungguh orang yang tidak beriman (kafir = menutup hati) tidak akan memberikan manfaat sedikitpun (harta-harta yang mereka sumbangkan). Dahulu, orang kafir juga menyumbang materi untuk membangun Mekkah dan bahkan menjamu orang-orang yang haji. Ingat, yang paling mahal saat itu adalah air, lebih mahal dari susu. Apalagi saat zam-zam itu hilang (tertutup pasir). Bagian itu diamanahkan ke abdul Muntholib. Yang ada air di Thaif (100 km dari mekah). Abdul Muntholib punya ide, mencari lagi zam-zam yang tidak pernah kering walau di ambil setiap saat oleh jutaan jamaah.

Gambaran (visualisasi) harta yang mereka belanjakan (infaqkan). Orang berinfak itu membuat terowongan, jalan pintas untuk mendapat keberuntungan. Infak itu hanya di dunia. Di akhirat tidak ada lagi. Infak 1 dapat 700. Dunia itu kehidupan yang kualitasnya paling rendah. Karen kehidupan dunia ini imitasi. Infak orang kafir Tak ubahnya seperti angin (yang membawa bencana), bisa dalam bentuk sangat dingin atau sangat panas. Angin semacam itu menimpa tanaman kaum yang dholim, maka bisa membinasakan semua tanaman tersebut.

Bukan karena Alloh yang dholim, tetapi justru mereka sendiri, karena tidak mau beriman. Alloh tidak akan mendhalimi hambanya walau sebesar dzarroh.  Dzalim = tidak menempatkan sesuatu pada proporsinya. Malas itu dzolim pada diri senidiri. Dholim terbesar adalah syirik, tidak terampuni kecuali ditinggalkan dan mohon ampun.

Furqon (25) ayat 22 – 23. Suatu hari para malaikat berkata kepada orang yang tidak beriman. mereka tidak mendapat informasi yang menyenangkan sekecil apapun, yang ada berita azab dan azab. Ini terjadi di akhirat kelak.  Ditunjukkan pada mereka perbuatan amal baik mereka saat di dunia, yang tampak hanya debu yang diterbangkan oleh angin kencang. Lenyap juga tidak ada yang tersisa.

Al Baqarah: 264. Wahai orang yang beriman.  Itu pengakuan Alloh langsung terhadap orang yang beriman. Ini bentuk perhatian Alloh. Sehingga perlu dicermati berikutnya, biasanya ada perintah dan larangan. Jangan sekali2 kamu batalkan (sis-sia) seperti shodaqahnya orang kafir. Ini berarti ada shodaqah orag beriman ada yang seperti sedekah orang kafir. Orang beriman harus beruntung jangan sampai buntung.

Alloh akan mengembangkan harta kita karena sedekah. Bisa menjauhkan dari bencana, penyakit. Ini untuk sedekah yang wajib (zakat). Sodaqoh maknanya bukti kebenaran iman. Karena harta yang disedekahkan itu akan berlipat ganda. Ini ghoib, tapi bisa dirasakan. Jika percaya itu berarti kita beriman.

Memberikan dengan harapan mendapatkan yang lebih besar (uang sogokan). Kalau diniatkan kepada Alloh boleh. Memberikan yang menyakitkan juga tidak boleh. Kedua-duanya akan menjadi sia-sia. Contoh penyakit yang membatalkan sedekah lainnya adalah riya’, ujub (agar dikagumi orang), sum’ah.  Seperti debu di atas batu yang licin, kemudian turunlah hujan yang lebat. Tidak ada sedikitpun yang tersisa. Tidak menghasilkan apa-apa. Tidak mampu mendapatkan manfaatn dari sesuatupun hasil yang didapat. Intinya tidak berpahala sekecil apapun. Dan Alloh tidak pernah memberi hidayah pada orang kafir, orang yang sebenarnya tahu itu benar tetapi tidak mau tahu.


Batasan Guru dan Murid

Relasi Guru & Murid Bukan Sekadar Hubungan Transaksional ...

Tulisan ini dibuat bertepatan dengan Hari arofah, sangat mulia. Turun banyak malaikat. Rosul memberitahu kita bahwa, hari ini terbaik. Alloh berfirman, apabila ada yang berdoa, pasti akan dikabulkan. Mari mulyakan hari ini dengan banyak kebaikan dan amal-amal sholih sehingga Alloh menurunkan rahmat dan memberi ampunan pada semua dosa kita. Karena fadhilah yang luar biasa, mari perbanyak sedekah, dzikir, tilawah dst. Para ulama biasa mengakhirkan doa-doa sampai di hari arofah, karena pasti diijabah. Hampir semua doa yang dilantunkan di hari Arofah dikabulkan oleh Alloh SWT.

Setiap orang banyak permintaannya. Ada yang minta riski berupa anak, istri yang sholihah, rohmat Alloh, ampunan, harta dst. Yakinlah bahwa Alloh mengabulkan itu semua. Jangan sampai dalam doa itu ada unsur yang menyakiti orang lain. Mari kita berdoa dengan adabnya. Bagaimana itu? (1) harus memulai dengan tahmid, (2) baca sholawat, (3) mengulang dengan penuh keyakinan, (4) angkat tangan dengan penuh harap.

Hari ini banyak saudara kita seiman banyak yang berpuasa. Siapa yang puasa Alloh akan mengampuni dosa kita 1 tahu yang lalu dan 1 tahun yang akan datang. Agungkan dengan banyak ibadah. Termasuk wanita yang tidak bisa berpuasa, hendaklah memperbanyak amal kebaikan, berdoa, sedekah, dan berdzikir. Orang yang ada uzur syar’i mendapat pahala seperti orang yang tidak ada udzur syar’i. misal karena sakit atau musafir.

Apakah ada batasan kedekatan guru-murid. Kuncinya, tidak boleh dekat sekali dan jauh sekali. boleh dekat, jangan lupa status sebagai guru. Bersenda gurau terlalu banyak. Ada saatnya kapan tertawa dan kapan serius. Bahaya sekali kalau dekaat sekali, sekan akan guru itu teman karib yang bisa diajak canda tawa, maka akan diremehkan murid. Sebaliknya jika terlalu jauh, maka murid juga menjauhi sehingga ilmu itu tidak sampai ke murid.

Boleh guru bersendau guru, tetapi adabnya adalah seimbang. Tidak terlalu sering, tidak terlalu banyak. Rosul juga begitu tidak banyak bersenda gurau dengan para sahabat. Tidak boleh menghina atau membiarkan muridnya saling menghina di depan guru. Jika terjadi dan tidak ada tindakan, akan mengurangi wibawa guru. Akan mengenal guru sebagai orang yang suka menghina.

Guru harus menjadi pendengar yang baik. Meskipun sudah pernah mendengar cerita itu. Dengarkan dengan seksama dan simak dengan serius, dengan rasa menghormati. Maka murid akan menyimpulkan gurunya menghargai dia. Pura-puralah belum pernah mendengar cerita itu. termasuk mengfungsikan murid. Artinya, jika kita sudah menerangkan dengan baik. Kita menyuruh murid yang pandai untuk menjelaskan kepada murid yang lain. Bisa jadi, murid yang kurang paham menjadi lebih paham karena penjelasan temannya.

Contoh yang diteladankan rosul. Dulu sahabat saling menjelaskan, saling memberikan pelajaran. Sampi rosul datang. Rosul mendengar. Benar sekali saudara kamu itu. penjelasan saudaramu benar sekali. kadang komentar sangat benar sekali. guru yang baik, memberikan kesempatan pada muridnya untuk menjelaskan kepada temannya yang lain. Tetap harus dibawah pengawasan guru.

Guru perlu mengajari muridnya di luar kelas. Mengajari kebaikan. Ketika istirahat, menasehati murid; jaga sholat, baca al qur’an, belajar bahasa. Ini penting, kadang murid terinspirasi saat di luar kelas. Mengapa kamu menjadi ulama’ yang diakui. Saya bisa belajar seperti orang lain. Yang membuat istimewa adalah belajar di luar kelas. Mendapat pelajaran dari nasihat guru di luar kelas.

Guru berusaha semaksimal mungkin masalah murid, meskipun itu di luar materi pelajaran. Ini sangat membekas dalam diri murid. Sampai datang ke rumah, jika murid itu ada masalah di rumahnya, guru boleh membantu menyelesaikan masalah murid itu dengan bapaknya. Ini sangat baik. Andai itu sukses, maka apa yang dilakukan guru itu akan membekas, tidak pernah terlupakan dalam hidupnya.

Cara menghadapi murid yang sudah besar tetapi perilakunya masih seperti anak-anak. Kita harus membedakan 2 hal, (1) harus bisa membedakan benar-benar tidak bisa mengerjakan tugas itu (2) sebenarnya bisa, tetapi tidak mau. Untuk yang (1) mudah, karena ada kemauan. Kita jelaskan sampai benar benar bisa. Jika tidak bisa dari kita, bisa digunakan guru yang lain. Yang (2) lebih sulit. Ini tetap menggunakan cara 1, tetapi dengan halus, bimbingan. Jika tetap tidak bisa, beri sangsi yang mendidik.

Bagi yang mahasiswa atau SMA, perlu guru memanggil dan bicara empat mata, di ruang sendiri. Bicara dari hati ke hati, sampai benar-benar kita tahu masalahnya. Jika tetap 'ngeyel', bisa guru memberitahukan bahwa apa yang kamu lakukan itu berpengaruh ke nilai akhir. Atau diberi ancaman, dipanggil ortunya, agar mereka tahu bahwa murid tersebut melakukan yang tidak baik. Peraturan juga memungkinkan dikeluarkan dari sekolah. Boleh membuat mereka marah karena ucapan kita, tetapi tetap jaga adab. Jangan sampai emosional.

Cara lain, memberikan murid dengan tanggung jawab. Bisa jadi ini lebih manjur. Dikisahkan rosul menemui banyak anak puber bermain-main dengan cara mengumandangkan adzan. Murid menirukan ustad, terkesan main-main. Ternyata rosul menyuruh setiap anak mengumandangkan adzan satu per satu. Ternyata salah satu suaranya merdu, sehingga rosul memilih abu mahduroh untuk menjadi muadzin tetap di daerah tersebut. Ternyata menjadi orang yang bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan.

Guru sudah menyiapkan hadiah. Ternyata dicuri salah satu murid. Guru tahu murid itu. sehingga diamanahi untuk menjaga hadiah-hadiah itu, setelah sebelumnya memuji bahwa yang bersangkutan itu amanah. Ternyata sejak itu tidak ada kehilangan. Dan murid itu berkesan terhadap guru itu.

Guru perlu menyiapkan materi ice breaking saat jeda. Bisa permainan, atau pelajaran hikmah. Atau kisah kisah humoris, yang membuat murid tertawa lepas. Perlu yang bervariasi. Jika guru tidak bisa, guru boleh memilih salah satu murid untuk bercerita sehingga membuat anggota kelas tertawa. Pasti ada salah satu murid yang humoris.


Guru Pegawai >< Guru Murobbi

Sinergi Antara Sekolah dan Orangtua jadi Kunci Suksesnya Belajar ...

Sekarang kita tetap akan mengkaji Adab Guru pada murid, tetapi dengan topik : perbedaan Guru Murobbi dengan Guru pegawai.

Ada 2 tipe guru, yaitu guru pewaris risalah nabi (murobbi) dan guru yang sekedar mengajar, yang hanya mengambil gaji bulanan. Kalau ada guru yang bisa mengubah hidup kita, itulah guru murobbi. Kalau ada guru yang tidak membekas sama sekali di hidup kita, itulah guru pegawai.

Perbedaannya, kalau guru pegawai mengajar karena tugas sebagai profesi. Kalau mengajar hanya untuk mendapat gaji.dimanfaatkan untuk keluarganya (anak dan istri), sehingga ukuran untung ruginya hanya uang. Berbeda dengan murobbi, tidak akan bergerak kecuali niatnya ibadah, keuntungan dunia dan ukhrowi. Uang yang diterima hanya sebagai hadiah dari Alloh dan halal untuk diambil. Yang menggerakkan adalah lillahi ta’ala.

Perbedaan berikutnya, guru pegawai fokusnya dalam kelas, hanya menyelesaikan materi yang ada di kurikulum. Tidak mengajar selain materi yang ditetapkan. Tidak ada bimbingan adab dan akhlak. Guru murobbi, tidak hanya mengajar materi tetapi akhlak, berusaha memperbaiki murid bagaimana bergaul, bersosial. Itu idak hanya di dalam kelas, tapi juga di luar kelas. Benar-benar menyiapkan murid menghadapi zamannya.

Perbedaan yang ketiga, guru pegawai tidak memperhatikan dia menjadi teladan bagi murid apa tidak. Bagi dia itu tidak penting. Bagi guru murobbi, akan berusaha sekuat tenaga untuk menjadi teladan yang terbaik untuk muridnya.

Perbedaan keempat, guru pegawai hanya memperhatikan pertanyaan, berapa dan berapa. Contoh berapa jam lagi, berapa bab lagi, berapa topik lagi dst. Guru murobbi, peduli bukan saja berapa materi, tetapi peduli pertanyaan terkait kualitas. Bagaimana saya mengajar, baik atau tidak. Bagaimana metode yang terbaik untuk mengajar, fokus pada kualitas proses mendidik dan membimbing.

Perbedaan ke-5, guru pegawai cukup dalam menjalankan tugas. Kalau tugas selesai , yaa selesai. Bagi murobbi, dia fokus pada hasil proses pembelajaran. Dia peduli, apakah muridnya mampu memahami dan mampu mempraktikkan. Apakah murid saya suka dengan pembelajaran saya?. Hasil evaluasi itu penting bagi murobbi. Contohnya rosul, ketika sahabat bertanya kapan kiamat datang? Rosul menjawab dengan memberi tanda-tandanya, kemudian rosul bertanya, apa yang sudah kamu siapkan, di hari yang pasti datangnya itu. Artinya rosul peduli pada umatnya.

Perbedaan 6, guru pegawai seperti robot. Keluar dari rumah menjalankan tugasnya, setelah selesai pulang. Seperti gerak otomatis. Bagi murrobi, ketika keluar rumah berdoa, bantulah saya dalam memahamkan murid saya, bantulah saya dalam membimbing. Hari harinya dipenuhi dengan doa dan keberkahan. Ingat, semua makhluk akan mendoakan agar guru-guru itu mendapatkan ampunan. Muridnya seperti anak sendiri, berusaha semaksimal mungkin untuk masa depannya.

Perbedaan ke-7. Bagi guru pegawai, semua waktu itu sama saja. Di setiap waktu tidak ada yang istimewa. Bagi murobbi, selain selalu membimbing muridnya, juga memperhatian kesedihan-kesediahannya. Kondisi murid diperhatikan. Ketika romadhon, memberi nasihat, ketika ada musibah, guru menularkan empati. Tidak hanya materi yang diajarkan saja. Termasuk apakah murid kita itu kena musibah, atau keluarganya kena musibah. Guru membantu muridnya agar masalahnya cepat terselesaikan.

Perbedaan ke-8, guru pegawai tidak peduli SKL standar ketuntasan, secara ilmu dan ahlaknya itu apakah tuntas atau tidak, pakah sama-sama istimewa. Bagi murobbi, peduli dengan standar ketercapaian antara ilmu dan akhlak. Seandainya setelah kelulusan, akademis dan akhlaknya tuntas, guru itu berdoa bahwa itu adalah semata-mata karena Alloh. Sebaliknya jika ada yng belum, guru tsb berusaha menuntaskan antara ilmu dan amalnya agar sesuai. Rosul ketika akan menyadarkan pamannya, Abu Tholib. Kamu tidak bisa memberi hidayah. Hanya Alloh yang bisa. Saat kiamat nanti, banyak nabi yang tidak ada kaumnya. Selesai menyampaikan risalah. Ada juga yang nabi banyak umatnya, karena dia peduli pada umatnya.

Berikut kisah Rosululloh. Dari hadist shohih. Malik ibn Khuwair, berkisah.

Kami mendatangi rosul, anak muda yang usianya berdekatan. Kami menginap di rumah rosul sekitar 20 hari. Berguru, belajar pada rosul. Rosul sangat penyayang dan bersahabat. Ketika kami menyangka bahwa ini sudah selesai, dan kami merasa sangat merindukannya. Tiba-tiba rosul bertanya, siapa saja yang kalian tinggalkan setelah ini. Kami meninggalkan ortu, kakak, adik dst. Rosul bersabda, pulanglah pada keluarga kalian dan tinggallah pada mereka, ajarkan apa-apa saja yang saya ajarkan. Perintahkan apa yang saya ajarkan. Sholatlah seperti kamu melihat saya sholat. Ini berarti guru peduli tidak hanya pada muridnya tetapi juga orang-orang terdekat bagi muridnya.

Sangat mungkin, hampir tiap kata dari hadis ini mengandung hikmah. Ini metode terbaik untuk guru murobbi. Ada 3 pelajaran yang bisa diambil. (1) rosul peduli dengan keluarga muridnya. (2) bayangkan jika semua murid berdakwah ke keluarganya (3) rosul itu bersifat rohiman (penyayang) dan rofiqon (sangat lembut hatinya dan bersahabat).

Dua pelajaran lagi dari hadist di atas, adalah (4) rosul juga mengkader muridnya untuk menjadi guru. Ajarilah orang dekat kamu apa yang telah kamu dapatkan. Untuk menjadi penerus risalah kenabian. Untuk menjadi dai (5) sholatlah seperti saya sholat. Tidak dengan kalimat; sholatlah seperti yang saya katakan. Ini artinya pembelajaran dengan keteladanan dampaknya sangat kuat daripada perkataan saja.