Suatu hari saya bertanya ke siswa
kelas 9B. “Berapa banyak bilangan di dunia ini?”. Sebagian besar siswa menjawab
tak berhingga. “Kalau kita menghitung, satu dua tiga empat dan seterusnya,
bilangan apa yang ada di ujung?” Kembali mereka menjawab tak terhingga. Namun,
ketika saya tanya lagi, “berapa tak berhingga itu?” Mereka mulai ragu-ragu.
Bimo menjawab, “yaa banyak sekali ustad”. “Kalau menurutmu Rif?”, yaa besar sekali, jawab Rifqi sambil garuk
kepala. “Seberapa besar?” “Yaa pokoknya besar sekali”, jawabnya sambil
menghentikan garukan di kepalanya. Saya
menduga kebanyakan siswa saya masih sulit mendefinisikan bilangan tak berhingga
itu.
Kamis, 30 Oktober 2014
Selasa, 28 Oktober 2014
Ajating
Hey, ust sudah datang. Ayo ayo
cepet. Begitu teriak beberapa anak di depan kelas 7J. Saya dengan santai
berjalan mendekati pintu kelas. Beberapa anak tergopoh-gopoh memasukkan buku
dan kamus ke dalam loker di depan kelas. “Ustad, kok lama sih. Kami sudah lama
menunggu”, ujar nisa. Saya cuma tersenyum. “Mesti rek, ustad ini”, timpal nisa
melihat saya tidak menjawab.
Begitu saya membuka pintu,
seketika itu kehebohan kelas menjadi berkurang. Beberapa siswa mengemasi buku
di depan mejanya. Segera memasukkan ke dalam tas nya dan berganti mengeluarkan
buku matematikanya. Saya coba memandangi mereka sambil menarik nafas dalam
dalam. “Berapa menit lagi bisa dimulai?” Suara saya agak mengagetkan si Fatma.”
Iya, iya ustad, bentar lagi”. Jawabnya sambil tangannya terus berkemas.
Kamis, 23 Oktober 2014
Misteri 22
Setiap bilangan mempunyai keunikan bahkan kemisterian
tersendiri. Misteri disini bukanlah sesuatu yang menakutkan. Akan tetapi sesuatu
yang membuat kita wow. Sesuatu yang membuat kita kagum atau takjub. Berikut ini
kami sajikan misteri bilangan 22. Untuk membuktikan ketakjuban kita terhadap
bilangan 22, ikuti langkah-langkah berikut ini:
Rabu, 22 Oktober 2014
Keindahan Bilangan
Coba
perhatikan semua makhluk Allah di sekitar kita. Semuanya indah. Semuanya
rupawan. Seakan semuanya didesain begitu cermat dengan perhitungan yang amat
akurat. Kalaupun kita menganggap ada makhluk yang tidak indah, tidak bagus, itu
bukan berarti ciptaan Nya yang tidak sempurna, melainkan kita sendiri belum bisa
menemukan art nya.
Begitupun
dengan makhluk Allah yang bernama bilangan. Setiap bilangan tidak sekedar
menunjukkan quantity tetapi juga mempunyai makna tersendiri. Bagi yang sense of
number tinggi,mereka kan semakin takjub. Salah satu keindahan bilangan
disajikan seperti berikut ini.
Ada apa dengan 7?
Keanehan dan
keajaiban bilangan tidak akan pernah berakhir. Hingga akhir zaman pun akan
terus ditemukan keajaiban-keajaiban itu. Walaupun angka itu hanya berjumlah 10,
yakni mulai 0, 1, 2 sampai 9, namun kombinasi angka ini banyaknya tak berhingga.
Sehingga sangatlah mungkin keajaiban bilangan itu jumlahnya sangat banyak. Salah
satu keajaiban sekaligus keindahan bilangan disajikan dalam uraian berikut ini.
Selasa, 21 Oktober 2014
Open Question
Pernahkan Anda menyaksikan
fenomena seperti ini. Seorang anak kelas dua sekolah dasar mati-matian menutupi
jawaban matematikanya agar tidak disalin temannya. Biasanya tangan kanan
menulis jawaban, sementara tangan kirinya menutupi jawaban itu. Kadang, setelah
itu buku langsung ditutup, sambil tangan si anak masih ada ditengah buku tulis.
Jika ulangan sudah usai, malah buku itu di masukkan ke ruang di bawah meja atau
kadang didekap erat-erat. Ini semua usaha protective sang anak agar
jawabanya tidak ditiru oleh temannya.
Mengapa itu terjadi?. Karena sang
guru memberi soal yang jawabannya tunggal. Biasanya soal yang disajikan
bentuknya seperti ini.
Jumat, 17 Oktober 2014
Membunyikan Huruf
Berapa banyak orang islam yang
bisa membaca Al Qur’an? Pertanyaan ini simpel, tapi jawabannya susah.
Karena hingga kini belum ada data, berapa persen penduduk yang buta huruf
hijaiyah. Tapi kalau pertanyaan tadi kita lontarkan ke orang disekitar kita,
mungkin jawabnya beragam. Tapi, sebagian besar menjawab banyak. Baik yang
menjawab yakin maupun ragu-ragu.
Biasanya mereka beralasan begini.
Coba lihat saja, berapa banyak masjid di Indonesia? Berapa mushollahnya?. Pertumbuhan
masjid dan mushollah sungguh luar biasa. Hampir bisa dipastikan, jika ada
perumahan baru, pasti di situ juga ada masjid baru. Jika ada kantor baru, di
situ pasti ada masjid baru. Paling tidak musholla baru. Andai setiap masijd
atau mushollah ada TPQ atau TPA, maka jumlah yang bisa membaca Al Qur’an pasti
banyak.
Kamis, 16 Oktober 2014
Sibernetik
Kelak, (mungkin saja) guru tidak
diperlukan lagi. Siswa yang datang ke sekolah pagi hari dan pulang siang/sore hari
sudah tidak ada lagi. UTS, UAS, dan Ujian Sekolah yang serentak pun tidak
musim. Penerimaan siswa baru (PMB) yang mengharuskan pendaftar berduyun-duyun
di satu lokasi tidak akan terjadi. Wali siswa yang mengambil raport anaknya
setiap 6 bulan atau di akhir tahun juga tidak ada lagi. Mengapa bisa begitu? Ya,
karena masa itu semua serba virtual. Serba maya.
Gedung sekolah yang megah tidak akan
ada lagi. Semua cukup digantikan oleh situs di internet. Seseorang belajar
tidak di ruang kelas. Cukup di depan smartphone atau laptop. Dia bisa saja berada di
kamar tidur, di taman bermain, di mall, di pasar atau di sawah. Banner, papan nama
sekolah yang besar, serta ruang-ruang kelas digantikan oleh alamat situs aja. Cukup hanya dengan ketik www.blablabla.com. Kita sudah berada di ‘ruang
kelas’ maya.
Rabu, 08 Oktober 2014
Mengajar sekaligus Meneliti
Kini,
semakin banyak orang tua yang mengeluh. Mengapa anak saya tidak pintar? Mengapa
anak saya tidak seperti saat saya sekolah dulu? Di lain pihak, gurupun banyak
yang mengeluh. Mengapa anak-anak kini sulit menerima pelajaran? Apakah
materinya yang sulit? Apa memang pelajaran sekarang lebih canggih dari pelajaran
masa lalu? Rasanya tidak. Materi seperti itukan selalu ada di kurikulum. Setiap
tahun ya itu-itu saja.
Apa sebenarnya yang salah di kelas? Banyak yang beralasan, anak-anak kurang konsentrasi, kurang gizi, tidak ada motivasi, mungkin sudah dari sono nya, sehingga tidak nyetrum sama pelajaran. Namun semua itu sekelumit alasan yang dipaksakan. Apa benar begitu? Tentu sang guru yang baik akan mencari jalan keluar. Guru yang baik akan selalu memikirkan bagaimana anak mudah belajar dan memahami apa yang disampaikan sang guru.
Apa sebenarnya yang salah di kelas? Banyak yang beralasan, anak-anak kurang konsentrasi, kurang gizi, tidak ada motivasi, mungkin sudah dari sono nya, sehingga tidak nyetrum sama pelajaran. Namun semua itu sekelumit alasan yang dipaksakan. Apa benar begitu? Tentu sang guru yang baik akan mencari jalan keluar. Guru yang baik akan selalu memikirkan bagaimana anak mudah belajar dan memahami apa yang disampaikan sang guru.
Jumat, 03 Oktober 2014
Duplikat Jawaban
Coba tanyakan ke beberapa guru.
Hal apa yang paling tidak disukai? Kemungkinan jawabannya adalah mengoreksi.
Banyak guru berhasil dalam mengajar. Sukses dalam mengelola kelas. Tapi seringkali
gagal ketika mengoreksi hasil belajar siswa. Gagal di sini bukan berarti tidak
bisa. Melainkan gagal menyelesaikannya tepat waktu. Sering kali siswa menunggu
lama untuk mengetahui hasil belajarnya, baik hasil pretes, postes, UH, UTS, UAS
maupun tugas tugas rutinnya. Respon balikan yang tidak segera sedikit banyak
menyumbang demotivasi siswa dalam belajar.
Guru semakin ‘malas’ mengoreksi,
apabila siswa mengerjakan tugas asal-asalan. Hanya gugur kewajiban saja. Kadang
siswa mengerjakan tidak sampai tuntas, hanya beberapa bagian saja. Ditambah lagi
tulisan siswa yang sulit dibaca. Membuat guru semakin ‘ogah’ untuk melanjutkan
koreksiannya. Selain itu ada fenomena baru yang lagi menjamur belakangan ini. Seperti
apa itu. Ikuti uraian berikut.
Rabu, 01 Oktober 2014
Limit 1
Bilangan apakah yang dekat dengan 1?. Jika pertanyaan ini
disampaikan ke siswa, mungkin jawabnya beragam. Ada yang menjawab 7/8, 24/25,
0,99 atau yang lainnya. Bahkan mungkin ada siswa yang menjawab 0,999 ... dengan
angka 9 nya sebanyak seribu. Kalau
dijawab demikian, kita bisa menanyakan kembali, bagaimana kalau angka 9 nya
sebanyak dua ribu?. Mana yang lebih mendekati 1?. Kebanyakan mulai siswa
berpikir ulang.
Ini akan memancing perdebatan seru di kelas. Siswa akan
berlomba-lomba menemukan bilangan dengan angka 9 di belakang koma
sebanyak-banyaknya. Mungkin ada yang menjawab satu juta, seratus juta, sejuta –
juta. Bisa jadi ada yang menjawab satu trilun, seribu trilyun, trilyun –
trilyun. Dan seterusnya. Sampai siswa kehabisan kata-kata. Karena umumnya hanya
mengenal hingga trilyunan saja.
Langganan:
Postingan (Atom)