Kamis, 11 Desember 2014

Rumah Sakit Guru

Pernahkah Anda melihat tentara sakit ketika sedang bertugas? Ada, tapi sangat kecil kemungkinannya. Abdi negara yang satu ini harus selalu dalam kondisi bugar. Tubuhnya harus tetap fit. Mereka harus tampil prima. Tidak boleh menunjukkan kondisi lembek, cengeng, ringkih, dan aras-arasen. Oleh karenanya olahraga rutin adalah menu wajib dalam keseharian. Asupan nutrisi juga diperhatikan dengan serius.

Mengapa begitu? Ya, karena negara ini harus dijaga. Dipastikan aman. Sehingga personil yang menjaga negara pun harus sehat. Bisa dibayangkan ,apa jadinya negara jika tentaranya sakit-sakitan. Tentu tetara akan bertugas dengan energi apa adanya. Mereka menjalankan tugas asal-asalan. Akibatnya negara mudah disusupi agen asing. Selanjutnya rahasia negara ada di genggaman negara pesaing.

Senin, 08 Desember 2014

Jangan Terlalu Banyak Mengajar

Saat tulisan ini dibuat, sedang ramai diperbincangkan pemberhentikan Kurikulum 2013 (K13). Walau lebih dari 6410 sekolah masih boleh melanjutkan, nampaknya arah pemberhentian total K13 semakin kentara. Sepertinya K13 yang dirancang, disosialisasikan, dan dilatihkan dengan dana besar hanya berumur jagung. Kita akan melihat pro dan kotra hingga beberapa saat ke depan. Penulis tidak dalam posisi pro maupun kontra. Yang menjadi pertanyaan mendasar adalah mengapa kurikulum sering berganti, namun prestasi belajar peserta didik tidak beranjak baik.

Finlandia hanya menerapkan 4-5 jam sekolah, tetapi output nya luar biasa. Muridnya pintar-pintar. Bandingkan dengan sekolah di negeri ini. Dari Senin hingga Sabtu, dari pagi hingga lepas tengah hari, bahkan adanya mendekati senja. Dengan muatan pelajaran yang lebih banyak tidak menjamin anak negeri ini lebih kreatif dan lebih cerdas menyelesaikan masalah. Jangankan masalah keluarganya, masyarakatnya, atau negaranya, masalahnya sendiri saja sulit terpecahkan. Malah kadang mereka menjadi bagian dari masalah itu sendiri. Sering kan kita jumpai anak sekolah yang terlambat, keluyuran pada jam kosong, malas mengerjakan PR, hingga tawuran antar sekolah.

Sisa Pembagian Oleh Bilangan 3

Tahun 2014, jika dibagi 3 sisanya berapa? Pertanyaan ini sederhana, tapi agak sedikit sulit menemukan jawabnya. Paling tidak butuh sedikit berfikir lebih untuk menemukan jawabnya. Dengan pakai kalkulator atau corat-coret sebentar, kita bisa menemukan jawabnya. Namun jika disajikan bilangan jutaan atau mungkin milyaran atau bahkan lebih dari itu, kemudian ditanya berapa sisanya jika dibagi 3? Kemugkinan besar kita agak sedikit keropotan. Namun ada trik untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.

Sabtu, 06 Desember 2014

Men-stop Pabrik Guru, Mungkin kah?

Mari kita pikirkan dua hal berikut ini. Pertama, ada muridnya tapi tidak ada gurunya. Bisa dibanyangkan kan? Tentu kondisi kelas berantakan. Proses transfer ilmu tidak akan berjalan. Murid tidak belajar apa-apa. Benar, tanpa guru pun, murid masih bisa belajar. Tetapi tanpa ada pemandu, proses menemukan ilmu (kebenaran) akan menjadi liar. Kedua, ada guru tapi tidak ada muridnya. Ini lebih lucu lagi. Siapa yang diajar. Masak mengajar dirinya sendiri?

Kedua hal tersebut sama-sama tidak mengenakkan. Kira-kira yang akan terjadi  untuk 10 atau 15 tahun lagi (jika kebijakan tidak berubah) adalah yang kedua. Lho, kok bisa? Coba kita perhatikan data berikut ini.

Kamis, 04 Desember 2014

Mengasah Soft Skills Guru

Coba sesekali dengarlah ‘rasan-rasan’ guru. Umumnya kalau tidak ngrasani pimpinan, ya ngrasani kebijakan pemerintah. Apalagi jika tunjangan belum cair, baik uang transport, tunjangan fungsional, mapun uang sertifikasi. Bisa-bisa mengajar tidak konsen. Sangat jarang guru ngrasani murid. Kalaupun ada hanya di sela-sela waktu, di kantin sekolah, saat siswa itu melanggar, atau saat ingat saja.


Tidak jarang guru menyalahkan siswa jika hasil belajar tidak bagus. Banyak alibi yang dikemukakan. Berbagai alasan akan dibuat se real mungkin. Tapi sangat jarang yang self instropection. Paling-paling sang guru berujar, saya lho sudah menyiapkan materi. Power point udah ada, LKS juga sudah dilatihkan. Review menjelang UTS/UAS ya sudah. Trik dan tips juga sudah dikasihkan. Pokoknya semua jurus sudah dilakukan. Tapi lha iya kok aneh, hasilnya cuma segitu doang. Apa yang salah?

Senin, 01 Desember 2014

Mind Power Sang Guru

Dua puluh tahun yang lalu atau tahun-tahun sebelumnya, jika guru masuk kelas, seakan ada kekuatan ‘magis’ yang muncul. Seketika kelas menjadi lebih tenang. Semua kegiatan siswa terhenti. Semua siswa fokus melihat siapa guru yang hadir di depan mereka. Bahkan beberapa menundukkan kepala. Takut menatap mata sang guru. Terkadang mendengar suara sepatu guru saja, beberapa siswa sudah keder. Apalagi sang guru itu dikenal killer. Kebelet pipis pun kadang ditahan untuk sementara waktu, sampai benar-benar dipastikan sang guru sudah tersenyum.

Andai siswa terlambat masuk kelas, gemetarnya minta ampun. Tidak jarang malah sekalian tidak masuk kelas. Menunggu pergantian jam berikutnya. Begitu guru keluar kelas, dia segera masuk kelas sebelum guru pelajaran berikutnya datang. Saat – saat itu sulit ditemui siswa yang tidak mengerjakan PR. Ia rela datang pagi – pagi, menunggu contekan dan menyalinnya secepat kilat, daripada harus berdiri di depan kelas dua jam pelajaran. Lebih malu lagi jika dijemur di bawah terik matahari di tengah lapangan. Apalagi kalau disuruh lari keliling sekolah tiga kali. Selain ‘gobyos’, juga rasa malu akan dikenang selama sekolah disitu.

Kamis, 27 November 2014

Guru Borderless

Cobalah sekali-kali bertanya pada seorang siswa, buat apa belajar matematika? Kemungkinan besar dia akan diam sejenak. Sambil mendongak dan bergumam ehm, apa yaa. Paling dia akan menjawab, pokoknya matematika itu bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Coba tanya lagi, terus manfaatnya apa? Paling sering siswa akan menjawab yaa untuk menghitung kalau kita belanja. Atau dia kan menjawab yaa agar kita bisa menghitung waktu, kapan berangkat dan kapan pulang.

Jawaban di atas tidaklah salah. Lumrah. Padahal kalau sekedar menghitung belanjaan, tidak usah pakai matematika, toh sekarang sudah ada barcode. Tinggal di laser udah keluar angka-angka. Dijamin tepat, hitungan tidak akan meleset. Kalau sekedar mengitung waktu, tidak perlu metematika tinggi. Toh, sekarang udah ada alarm, baik di HP atau di jam tangan. Di jamin alarm itu konsinten dan tidak akan malas mengingatkan kita.

Senin, 24 November 2014

Kesempatan untuk Adil

Lima menit lebih kami berdiri di depan pintu rumah. Tak ada jawaban walaupun bel saya tekan tiga kali. Rumah itu besar, anggun dan asri. Terdapat taman indah di depan dan sebuah mobil di halaman samping. “Maaf pak, ibu masih keluar.” Suara itu mengagetkan saya dan pak Yanto. “Silahkan masuk Pak”. “Oh iya ndak apa-apa mbak, kami sudah janjian kok, kami tunggu saja. terima kasih.” Jawab saya.
Sambil menunggu kami mencicipi hidangan setelah di persilahkan. Sesekali kami membaca koran dan majalah di ruang tamu walau hanya sebatas judul dan sub judulnya saja. Beberapa saat kemudian, sang tuan rumah datang. Lebih menyenangkan lagi suami beliau juga datang. Setelah kami memperkenalkan diri, saya mulai mengeksploarsi kepribadian murid saya itu. Dan ternyata benar, seperti yang terjadi di ruang kelas. Dia pendiam, agak susah bersosialisasi. Suka fotografi, tapi tidak suka di foto. Sering asyik dengan dunianya sendiri. Dan yang jelas, pemalu.

Rabu, 19 November 2014

Flashbulb Memory

Apa yang Anda makan lima hari yang lalu? Apa warna pakaian yang Anda kenakan 10 hari yang lalu? Kemungkinan besar kita susah menjawabnya. Mengapa? Karena kita lupa. Mengapa kita lupa? Iya, karena menurut kita, itu tidaklah penting. Itu hal remeh dan tidak perlu untuk diingat. Sebenarnya, begitu kita bangun tidur, saat indera bekerja, ratusan informasi masuk ke otak kita. Begitu juga saat kita naik motor di jalan raya. Ribuan informasi masuk ke memori kita setiap detik. Tetapi ketika ditanya, apa warna mobil yang 5 menit lalu melintas? Kita tidak akan ingat. Mengapa? Sekali lagi, karena itu tidak penting.

Hal yang sama juga berlaku bagi siswa di kelas. Siswa pastilah tidak ingat apa yang di lakukan teman sebangkunya empat hari yang lalu. Bahkan mungkin juga siswa tidak ingat lagi apa yang diucapkan sang guru beberapa hari yang lalu. Ribuan informasi masuk ke memori kita setiap hari, baik yang berupa verbal maupun visual. Namun semua itu kita lupakan begitu saja. Hanya informasi yang kita anggap penting saja, yang kita simpan di dalam otak kita.

Menebak Angka yang Hilang

Bilangan apapun jika dikurangi jumlah angka-angkanya, maka hasilnya pasti habis dibagi sembilan. Teorema ini unik dan luar biasa. Berlaku untuk semua bilangan positif yang angka-angkanya (digitnya) lebih dari dua. Untuk meyakinkan pernyataan tersebut, mari kita membuat contoh – contohnya.   

Senin, 17 November 2014

Menebak pikiran dua orang sekaligus

Matematika itu unik. Matematika juga sistematis. Saking sitematisnya, dapat digunakan untuk menebak pikiran orang. Umumnya permainan matematika dapat menebak pikiran satu orang. Atau menebak pikiran banyak orang tetapi hasil akhirnya tunggal. Nah, permainan yang satu ini beda. Bisa digunakan untuk menebak pikiran dua orang sekaligus.

Untuk mengetahui uniknya permainan yang satu ini, ikuti langkah berikut.

Meramal Angka

Permainan berikut dapat digunakan sebagai wahana rekreasi matematika. Disela-sela kepenatan berfikir matematik, tidak ada salahnya mencoba permainan berikut ini. Tujuan permainan ini bukan sekedar menunjukkan ke siswa, bahwa guru matematika itu hebat. Tetapi lebih dari itu, menunjukkan bahwa matematika itu konsiten. Sehingga bisa diprediksi hasil akhirnya. Bagaimana bentuk permainan tersebut, ikuti langkah – langkah di bawah ini.

Jumat, 14 November 2014

Inhibisi

Pernahkan Anda berangkat ke tempat kerja dengan waktu yang ‘ngepres’ alias ‘mepet’? Dampak dari itu, pastilah Anda terburu-buru menyiapkan diri. Akan sedikit ‘ngebut’ di jalan raya. Biasanya ‘ngomel’ ketika lampu merah lama berganti hijau. Juga akan menggerutu ketika jalanan macet akibat ada kereta yang melintas. Klakson akan mudah kita pencet. Suasana hati tegang, konsentrasi lebih tinggi. Pokoknya tidak nyaman, tidak nyantai, dan tidak rileks. Kita tahu, hal tersebut tidak mengenakkan. Anehnya kondisi seperti itu kita ulangi besok, dan besoknya lagi. Itu artinya kita mengalami kegagalan inhibisi.

Inhibisi adalah upaya pengurangan atau pencegahan timbulnya suatu respon tertentu karena adanya proses respon lain yang sedang berlangsung (Reber, 1988). Menurut artikata.com, inhibitasi berarti hambatan, larangan, atau pencegahan. Dalam hal belajar, yang dimaksud inhibisi adalah kesanggupan siswa untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu, lalu memilih atau melakukan tindakan lain yang lebih baik ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya.

Rabu, 12 November 2014

Simpan Pinjam

Apa yang kita lakukan jika mengajarkan 9 + 5 pada anak kelas 1 SD? Umumnya kita menggunakan 9 jari tangan kemudian menambahkan dengan 5 jari kaki. Kemudian menghitungnya satu per satu. Cara lain yang lebih ‘praktis’ adalah, kita bilang 9 nya di mulut dan jari tangan menunjukkan 5. Setelah itu kita mencacah melanjutkan 10, 11, dan seterusnya hingga didapat hasil 14. Perhitungan masih bisa diatasi kalau hitung penjumlahan ini hingga 20 saja. Atau mungkin maksimal hanya sampai 40. Yakni 20 + 20. 20 nya di mulut, sisa dicacah pakai jari tangan dan kaki. Kenapa bisa begitu? Ya, karena jari kita tangan dan kaki kita tidak lebih dari itu.

Begitu hasil hitung penjumlahan lebih dari 40, kita agak kerepotan mengajarkannya. Tidak semua anak bisa  diajak berfikir abstrak. Tetap perlu ‘alat bantu’ untuk menemukan hasil penjumlahan. Kalau jaman dulu, biasa menggunakan kelereng atau biji-bijian. Potongan lidi dan stik ice cream juga kadang masih bisa digunakan. Hal itu tidak salah. Boleh-boleh saja. Untuk tahap pemula, boleh kita gunakan alat bantu tersebut. Tetapi lambat laun, kita harus bisa menguarangi ketergantungan anak pada alat itu. Anak diajak sedikit- demi sedikit berfikir sedikit abstrak. Melatih berhitung secara mental.

Senin, 10 November 2014

Merdeka ataoe Mati

Slogan ini beresiko. Menutup peluang lain. Pilihannya hanya dua. Kalau tidak bebas (merdeka), ya mati. Lebih baik mati daripada dijajah kembali. Ada keyakinan kuat dalam slogan ini. Keyakinan yang menumbuhkan kekuatan, sekaligus pengorbanan. Tidak tanggung-tanggung, nyawa menjadi taruhannya. Semakin sering diucapkan, semakin meningkat semangatnya. Begitu kira-kira ilustrasi kejadian sekitar 10 November, 69 tahun yang lalu di Surabaya.

Peristiwa heroik itu diperingati setiap tahun. Kostum pahlawan yang didominasi baju compang-camping mewarnai setiap parade. Juga baju celana doreng, dipakai dimana-mana. Tidak ketinggalan bambu runcing sebagai aksesoris utama kegiatan selalu ditonjolkan. Duplikat bung Tomo selalu ada, bahkan kadang dilombakan. Siapa yang dianggap paling mirip, dialah juaranya. Peringatan seperti ini penting untuk mengingat jasa para pahlawan. Namun, ada yang lebih penting dari itu. Yaitu mewarisi semangat dan melanjutkan perjuangan mereka agar negeri ini benar-benar merdeka.

Jumat, 07 November 2014

Malpraktek

Siapapun kita, pasti pernah menilai guru kita, walau itu tidak diucapkan terang-terangan. Kita sering melabeli guru A enak, guru B kurang enak, guru C tidak enak. Enak disini berarti enak mengajarnya. Tentu hal ini relatif. Tetapi kan bisa diukur. Kebanyakan siswa merasa nyaman dengan guru tersebut atau tidak. Andai disurvey pun, hasilnya kemungkinan besar tidak jauh dari rasan-rasan siswa. Mengapa ada guru yang tidak enak? Bisa saja itu terjadi karena guru tersebut melakukan malpraktek dalam proses mengajar.

Secara harfiah “mal” mempunyai arti “salah” sedangkan “praktek” mempunyai arti “pelaksanaan” atau “tindakan”, sehingga malpraktek berarti “pelaksanaan atau tindakan yang salah”. Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan untuk menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi (dimensiilmu.blogspot.com). Jadi ada dua unsur dalam malpraktek. Pertama, kelalaian profesi dalam melaksanakan prosedur dan kedua, mengakibatkan kerugian.

Plateau

Pernahkah Anda merasa sudah belajar tapi tidak mendapatkan apa-apa? Mungkin Anda membaca buku, tapi setelah dapat separoh Anda hanya melihat sub judulnya saja. Atau mungkin Anda pernah menyaksikan seorang siswa yang melihat dan mendengar penjelasan guru, tetapi ketika ditanya tidak mengerti apa-apa. Bisa jadi itu adalah gejala jenuh belajar. Saya yakin hampir semua dari kita pernah merasakan hal itu.

Jenuh biasa diartikan jemu atau bosan. Jenuh juga bisa berarti padat atau penuh sesak sehingga tidak mampu lagi memuat apapun. Dalam belajar, selain lupa, siswa sering mengalami kejenuhan. Peristiwa negatif ini dalam psikologi lazim disebut learning plateau atau plateau (baca: pletou). Peristiwa ini membuat siswa merasa mubazir dalam usaha belajarnya.

Rabu, 05 November 2014

#StopNgaji

Menurut data Transparency International (TI) tahun 2013, dari 117 negara yang disurvey, Indonesia berada di urutan 64 negara terkorup di dunia. Hasil ini jauh jika dibandingkan dengan negara tetangga, Singapura yang berada di posisi ke 5 negara paling bersih versi TI. Menurut ketua GOPAC (Global Organization of Parliamentarians Against Corruption) Indonesia, Bapak Pramono Anung, korupsi di negara ini sudah menjadi masalah serius. Sudah sangat mengkhawatirkan, karena sudah merambah eksekutif, legislatif, yudikatif maupun swasta.

Dua tahun belakangan ini, negeri ini banjir berita koruptor tertangkap. Mulai sang menteri, ketua partai, dan ketua MK. Ini benar-benar memilukan sekaligus memalukan. Negeri mayoritas muslim yang kaya akan nilai-nilai akhlak, rontok gara-gara ulah segelintir orang. Negeri yang kaya akan adat dan budaya luhur, hilang gara-gara perilaku sebagian kecil orang. Ini harus dicarikan solusi. Polisi, jaksa, dan hakim, bahkan KPK saja belum cukup. Perlu gerakan massal yang melibatkan banyak orang.

Senin, 03 November 2014

Kompetensi itu apa?

Kata kompetensi sering kita baca dan dengar. Apalagi di dunia pendidikan. Hampir setiap hari bisa kita temui. Di setiap buku, baik buku siswa maupun buku pegangan guru selalu mencantumkan kata ini. Dulu sempat beredar KBK (kurikulum berbasis kompetensi), namun tidak berumur panjang. Keberadaannya digantikan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). KTSP ini pun masih mencantumkan kata kompetensi, buktinya ada istilah SK (standar kompetensi) dan KD (kompetensi dasar). Pada K13, juga masih dimunculkan istilah kompetensi. Walau sudah bermetamorfosis menjadi KI (Kompetensi Inti) sebagai ganti kompetensi dasar.

Kata kompetensi juga sering diperbincangkan, mulai kepala diknas hingga guru-guru di ruang kelas. Apa arti kompetensi itu sesungguhnya? Tidak banyak orang yang tahu. Kebanyakan diartikan secara harfiah, ‘kemampuan”. Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen untuk menunjang tugas keprofesionalan.

Hasil akhir itu (tidak) penting

Setiap hari, sebelum saya berangkat ke kampus saya sempatkan menengok tanaman saya. Sekitar empat menit saya gunakan untuk menyiram bunga. Bunga – bunga itu tidak mahal. Saya beli hanya sepuluh ribu, dapat 6 bunga plus polibagnya. Tidak mahal karena bunga-bunga itu masih kecil. Walaupun mungil namun sudah tampak bunganya. Tentu bunga yang mungil. Tiga berwarna putih, dan tiga lainnya berwarna ungu.

Istri, teman dan beberapa tetangga sempat ‘protes’. Kenapa beli yang kecil? Gak sekalian aja yang udah langsung besar? Begitu pertanyaan yang sering terlontar. Biasanya saya jawab, saya suka yang kecil, imut dan 'lucu'. Kalaupun ada yang bertanya lebih lanjut, saya jawab dengan senyuman. Sambil dalam hati, berkata, Ngapain kok repot, toh yang beli saya, yang merawat saya, dan yang menikmati juga saya kok. :D

Kamis, 30 Oktober 2014

Tak berhingga tapi Terbatas

Suatu hari saya bertanya ke siswa kelas 9B. “Berapa banyak bilangan di dunia ini?”. Sebagian besar siswa menjawab tak berhingga. “Kalau kita menghitung, satu dua tiga empat dan seterusnya, bilangan apa yang ada di ujung?” Kembali mereka menjawab tak terhingga. Namun, ketika saya tanya lagi, “berapa tak berhingga itu?” Mereka mulai ragu-ragu. Bimo menjawab, “yaa banyak sekali ustad”. “Kalau menurutmu Rif?”,  yaa besar sekali, jawab Rifqi sambil garuk kepala. “Seberapa besar?” “Yaa pokoknya besar sekali”, jawabnya sambil menghentikan garukan di kepalanya.  Saya menduga kebanyakan siswa saya masih sulit mendefinisikan bilangan tak berhingga itu.

Selasa, 28 Oktober 2014

Ajating

Hey, ust sudah datang. Ayo ayo cepet. Begitu teriak beberapa anak di depan kelas 7J. Saya dengan santai berjalan mendekati pintu kelas. Beberapa anak tergopoh-gopoh memasukkan buku dan kamus ke dalam loker di depan kelas. “Ustad, kok lama sih. Kami sudah lama menunggu”, ujar nisa. Saya cuma tersenyum. “Mesti rek, ustad ini”, timpal nisa melihat saya tidak menjawab.

Begitu saya membuka pintu, seketika itu kehebohan kelas menjadi berkurang. Beberapa siswa mengemasi buku di depan mejanya. Segera memasukkan ke dalam tas nya dan berganti mengeluarkan buku matematikanya. Saya coba memandangi mereka sambil menarik nafas dalam dalam. “Berapa menit lagi bisa dimulai?” Suara saya agak mengagetkan si Fatma.” Iya, iya ustad, bentar lagi”. Jawabnya sambil tangannya terus berkemas.

Kamis, 23 Oktober 2014

Misteri 22

Setiap bilangan mempunyai keunikan bahkan kemisterian tersendiri. Misteri disini bukanlah sesuatu yang menakutkan. Akan tetapi sesuatu yang membuat kita wow. Sesuatu yang membuat kita kagum atau takjub. Berikut ini kami sajikan misteri bilangan 22. Untuk membuktikan ketakjuban kita terhadap bilangan 22, ikuti langkah-langkah berikut ini:

Rabu, 22 Oktober 2014

Keindahan Bilangan

Coba perhatikan semua makhluk Allah di sekitar kita. Semuanya indah. Semuanya rupawan. Seakan semuanya didesain begitu cermat dengan perhitungan yang amat akurat. Kalaupun kita menganggap ada makhluk yang tidak indah, tidak bagus, itu bukan berarti ciptaan Nya yang tidak sempurna, melainkan kita sendiri belum bisa menemukan art nya.

Begitupun dengan makhluk Allah yang bernama bilangan. Setiap bilangan tidak sekedar menunjukkan quantity tetapi juga mempunyai makna tersendiri. Bagi yang sense of number tinggi,mereka kan semakin takjub. Salah satu keindahan bilangan disajikan seperti berikut ini.

Ada apa dengan 7?

Keanehan dan keajaiban bilangan tidak akan pernah berakhir. Hingga akhir zaman pun akan terus ditemukan keajaiban-keajaiban itu. Walaupun angka itu hanya berjumlah 10, yakni mulai 0, 1, 2 sampai 9, namun kombinasi angka ini banyaknya tak berhingga. Sehingga sangatlah mungkin keajaiban bilangan itu jumlahnya sangat banyak. Salah satu keajaiban sekaligus keindahan bilangan disajikan dalam uraian berikut ini.

Selasa, 21 Oktober 2014

Open Question

Pernahkan Anda menyaksikan fenomena seperti ini. Seorang anak kelas dua sekolah dasar mati-matian menutupi jawaban matematikanya agar tidak disalin temannya. Biasanya tangan kanan menulis jawaban, sementara tangan kirinya menutupi jawaban itu. Kadang, setelah itu buku langsung ditutup, sambil tangan si anak masih ada ditengah buku tulis. Jika ulangan sudah usai, malah buku itu di masukkan ke ruang di bawah meja atau kadang didekap erat-erat. Ini semua usaha protective sang anak agar jawabanya tidak ditiru oleh temannya.

Mengapa itu terjadi?. Karena sang guru memberi soal yang jawabannya tunggal. Biasanya soal yang disajikan bentuknya seperti ini.

Jumat, 17 Oktober 2014

Membunyikan Huruf

Berapa banyak orang islam yang bisa membaca Al Qur’an? Pertanyaan ini simpel, tapi jawabannya susah. Karena hingga kini belum ada data, berapa persen penduduk yang buta huruf hijaiyah. Tapi kalau pertanyaan tadi kita lontarkan ke orang disekitar kita, mungkin jawabnya beragam. Tapi, sebagian besar menjawab banyak. Baik yang menjawab yakin maupun ragu-ragu.

Biasanya mereka beralasan begini. Coba lihat saja, berapa banyak masjid di Indonesia? Berapa mushollahnya?. Pertumbuhan masjid dan mushollah sungguh luar biasa. Hampir bisa dipastikan, jika ada perumahan baru, pasti di situ juga ada masjid baru. Jika ada kantor baru, di situ pasti ada masjid baru. Paling tidak musholla baru. Andai setiap masijd atau mushollah ada TPQ atau TPA, maka jumlah yang bisa membaca Al Qur’an pasti banyak.

Kamis, 16 Oktober 2014

Sibernetik

Kelak, (mungkin saja) guru tidak diperlukan lagi. Siswa yang datang ke sekolah pagi hari dan pulang siang/sore hari sudah tidak ada lagi. UTS, UAS, dan Ujian Sekolah yang serentak pun tidak musim. Penerimaan siswa baru (PMB) yang mengharuskan pendaftar berduyun-duyun di satu lokasi tidak akan terjadi. Wali siswa yang mengambil raport anaknya setiap 6 bulan atau di akhir tahun juga tidak ada lagi. Mengapa bisa begitu? Ya, karena masa itu semua serba virtual. Serba maya.

Gedung sekolah yang megah tidak akan ada lagi. Semua cukup digantikan oleh situs di internet. Seseorang belajar tidak di ruang kelas. Cukup di depan smartphone atau laptop. Dia bisa saja berada di kamar tidur, di taman bermain, di mall, di pasar atau di sawah. Banner, papan nama sekolah yang besar, serta ruang-ruang kelas digantikan oleh alamat situs aja. Cukup hanya dengan ketik www.blablabla.com. Kita sudah berada di ‘ruang kelas’ maya.

Rabu, 08 Oktober 2014

Mengajar sekaligus Meneliti


Kini, semakin banyak orang tua yang mengeluh. Mengapa anak saya tidak pintar? Mengapa anak saya tidak seperti saat saya sekolah dulu? Di lain pihak, gurupun banyak yang mengeluh. Mengapa anak-anak kini sulit menerima pelajaran? Apakah materinya yang sulit? Apa memang pelajaran sekarang lebih canggih dari pelajaran masa lalu? Rasanya tidak. Materi seperti itukan selalu ada di kurikulum. Setiap tahun ya itu-itu saja. 

Apa sebenarnya yang salah di kelas? Banyak yang beralasan, anak-anak kurang konsentrasi, kurang gizi, tidak ada motivasi, mungkin sudah dari sono nya, sehingga tidak nyetrum sama pelajaran. Namun semua itu sekelumit alasan yang dipaksakan. Apa benar begitu? Tentu sang guru yang baik akan mencari jalan keluar. Guru yang baik akan selalu memikirkan bagaimana anak mudah belajar dan memahami apa yang disampaikan sang guru.

Jumat, 03 Oktober 2014

Duplikat Jawaban

Coba tanyakan ke beberapa guru. Hal apa yang paling tidak disukai? Kemungkinan jawabannya adalah mengoreksi. Banyak guru berhasil dalam mengajar. Sukses dalam mengelola kelas. Tapi seringkali gagal ketika mengoreksi hasil belajar siswa. Gagal di sini bukan berarti tidak bisa. Melainkan gagal menyelesaikannya tepat waktu. Sering kali siswa menunggu lama untuk mengetahui hasil belajarnya, baik hasil pretes, postes, UH, UTS, UAS maupun tugas tugas rutinnya. Respon balikan yang tidak segera sedikit banyak menyumbang demotivasi siswa dalam belajar.

Guru semakin ‘malas’ mengoreksi, apabila siswa mengerjakan tugas asal-asalan. Hanya gugur kewajiban saja. Kadang siswa mengerjakan tidak sampai tuntas, hanya beberapa bagian saja. Ditambah lagi tulisan siswa yang sulit dibaca. Membuat guru semakin ‘ogah’ untuk melanjutkan koreksiannya. Selain itu ada fenomena baru yang lagi menjamur belakangan ini. Seperti apa itu. Ikuti uraian berikut.

Rabu, 01 Oktober 2014

Limit 1

Bilangan apakah yang dekat dengan 1?. Jika pertanyaan ini disampaikan ke siswa, mungkin jawabnya beragam. Ada yang menjawab 7/8, 24/25, 0,99 atau yang lainnya. Bahkan mungkin ada siswa yang menjawab 0,999 ... dengan angka 9 nya sebanyak seribu. Kalau dijawab demikian, kita bisa menanyakan kembali, bagaimana kalau angka 9 nya sebanyak dua ribu?. Mana yang lebih mendekati 1?. Kebanyakan mulai siswa berpikir ulang.

Ini akan memancing perdebatan seru di kelas. Siswa akan berlomba-lomba menemukan bilangan dengan angka 9 di belakang koma sebanyak-banyaknya. Mungkin ada yang menjawab satu juta, seratus juta, sejuta – juta. Bisa jadi ada yang menjawab satu trilun, seribu trilyun, trilyun – trilyun. Dan seterusnya. Sampai siswa kehabisan kata-kata. Karena umumnya hanya mengenal hingga trilyunan saja.

Selasa, 30 September 2014

Ojo rumongso iso, iso o rumongso

Saat itu ruangan masih gaduh. Semua peserta pelatihan sibuk dengan tugas masing-masing. Beberapa guru berdiskusi kecil di pojok kelas. Sementara yang lain ada yang ngobrol, ada yang menyalin pekerjaan teman. Hingga pukul 07.40 widya iswara belum juga datang. Harusnya acara pelatihan di BPG (balai Penataran Guru) sudah dimulai jam 07.30. ini pelatihan hari ke 5. Para peserta sudah mulai jenuh. Menunggu 5  hari berikutnya terasa panjang dan lama.

“Bukan begitu bu, harusnya begini”, ungkap saya kepada bu Lis, teman satu kelompok dengan saya, sambil tangan saya corat-coret rumus dan angka di kertas kosong. “Lho kok bisa sih”, timpal ibu Lis. Saya semakin semangat untuk menjelaskannya. Kepercayaan diri saya muncul dengan tiba-tiba. Suara kami yang semakin meninggi membuat teman-teman di sebelah ikut nimbrung. Kertas kecil yang saya corat-coret semakin sulit terlihat. Banyak kepala yang mencoba melongok kertas itu.

Greek Alphabet

Di dalam ilmu matematika (dan juga ilmu fisika) seringkali kita bermain-main dengan simbol. Umumnya yang digunakan pada sekolah dasar adalah angka beserta kombinasinya. Pada level SMP adalah huruf x, y, dan z. Pada level SMA sudah mulai dikenalkan huruf – huruf yunani seperti α, β, dan γ. Pada level perguruan tinggi, lebih kompleks lagi. Mulai dikenalkan simbol Δ (delta) untuk merepresentasikan selisih, Σ (sigma) untuk merepresentasikan jumlah, dan seterusnya.


Berikut ini ditampilan huruf yunani selengkapnya. Pada kolom pertama menujukkan huruf Yunani kapital (huruf besar). Kolom kedua menunjukkan huruf kecil. Sedangkan kolom ketiga mennujukkan nama huruf tersebut. Selamat mencermati.

Taman Matematika

Judul ini agak unik. Mungkin ada yang menganggap agak dipaksakan. Umumnya taman itu adalah taman rekreasi, taman kota, taman bermain, dan seterusnya. Tapi ini taman matematika. Taman dan matematika sepertinya bertolak belakang. Taman identik dengan nyaman dan indah. Sementara matematika identik dengan abstrak, kering, dan menjemukan. Namun bagi beberapa orang yang gemar matematika, mengganggap matematika itu makhluk unik, indah sekaligus menantang.

Tidakk heran jika beberapa orang larut dengan ilmu yang satu ini. Kadang keindahan matematika hanya dapat diresapi orang-orang tertentu. Namun berkat ilmu ini dunia banyak berubah. Teknologi selalu terbarukan. Berkat ilmu matematika, ilmu-ilmu lain juga berkembang pesat. Karena memang matematika itu menyederhanakan masalah sekaligus membantu memecahkan masalah tersebut. Masalah yang rumit cukup diwakli dengan symbol atau variable.

Berikut ini adalah contoh orang yang gemar matematika. Hingga mereka mengabadikan keindahan matematika dalam bentuk taman. Taman ini terletak di Portrack House, dekat Dumfries di Skotlandia Barat. Taman ini mengambil matematika sebagai inspirasi. Ini adalah taman pribadi yang diciptakan pada tahun 1989 oleh Charles Jencks dengan istrinya, Maggie Keswick.

Silahkan menikmati keindahan taman matematika berikut.

8+1 Keterampilan Mengajar

Sesekali coba tanyakan kepada siswa, guru yang mengajarnya enak itu seperti apa? Kemungkinan besar jawaban siswa berbeda-beda. Antara siswa yang satu dengan sisa yang lain, berbeda dalam menilai guru. Walau guru yang dinilai itu sama dan siswa tadi berada pada kelas yang sama. Biasanya siswa berkomentar, guru yang mengajarnya enak itu, yaa kalau menerangkan enak. Coba kejar dengan pertanyaan, menerangkan enak itu seperti apa? Kira-kira jawabnya, yaa kalau menerangkan itu mudah dimengerti.

Dengan pertanyaan yang sama, jawaban lain adalah guru yang mengajarnya nyantai, tidak galak, suka humor, penyabar dan lain sebagainya. Sulit mendefinisikan dengan clear, apa kriteria guru mengajar dengan baik. Namun demikian ada keterampilan mendasar yang bisa dijadikan patokan, apakah seorang guru itu mengajar dengan baik atau belum. Berikut ini keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh seorang guru.

Jumat, 26 September 2014

3 Tipe Siswa

Siswa dalam hal ini berarti murid, santri, atau peserta didik, baik putra maupun putri. Karakteristik siswa mulai zaman dahulu, zaman kini, maupun zaman akan datang berbeda-beda sesuai dengan perkembangan zaman. Namun secara umum jika diteliti ada kemiripan perilakunya. Berikut ini tipe siswa yang selalu ada pada sepanjang zaman. Seperti apa itu. Perhatikan ulasan berikut.

Kamis, 25 September 2014

Bilangan Unik : 495

Setiap bilangan mempunyai karakteristik yang berbeda. Bagi penggemar matematika keunikan bilangan menjadi lahan untuk bereksperimen.  Bisa jadi bagi orang awam aktivitas ini memjemukan, menyita banyak waktu. Tetapi bagi penikmat angka dia akan tenggelam dalam logika mengutak –atik suatu bilangan. Berikut ini disajikan keunikan bilangan 495 beserta ilustrasi contohnya.

Ikuti langkah berikut ini.

Rabu, 24 September 2014

Kelas Impian : Seperti Apa?

Kadangkala mood guru menjadi drop manakala begitu masuk kelas, suasana kelas masih berantakan. Siswa belum siap menerima pelajaran. Masih ngobrol kesana kemari. Buku belum siap di atas meja.  Bahkan kadang beberapa siswa belum masuk kelas. Apalagi jika pelajaran sebelumnya adalah olahraga. Hampir dipastikan waktu memulai pelajaran molor.  

Namun jika sang guru mempunyai ‘kharisma’ maka waiting time bisa dipersingkat. Bahkan dengan isyarat khusus kelas bisa segera kondusif. Bukan karena siswa takut sama guru, tetapi memang ada pesona guru yang membuat siswa menjadi segan. Kharisma guru ini tidak bisa dibuat-buat. Tidak bisa direkayasa. Ini alamiah dan perlu proses lama untuk mendapatkannya.  

Selasa, 23 September 2014

Siswa Malas : Mengapa dan Bagaimana?

Di setiap kelas dan di setiap tahun pelajaran, sering kita temui siswa yang malas, tampak malas, pura-pura malas atau betul-betul malas. Ini penyakit klasik dan menimpa hampir semua sekolah, di jenjang apapun dan dimanapun sekolah itu berada. Baik di kota, di desa maupun di daerah terpencil. Tabiat siswa ini sering dirasakan tapi sulit ditemukan penawarnya. Andai kita mengetahui penyebab murid menjadi malas, mungkin sedkit banyak akan membantu kita mencarikan alternatif solusinya.

Berikut ini 8 faktor yang ditengarai menyebabkan siswa menjadi malas.

Serba Sempurna


Tidak ada manusia sempurna. Begitu kata-kata yang sering kita dengar. Dibalik kekurangan pasti ada kelebihan. Kalimat ini tidak salah. Akan tetapi sering kali digunakan sebagai alasan untuk menutupi ketidaksempurnaan pekerjaan seseorang.

Menurut penulis, manusia itu makhluk sempurna. Dia dikaruniai perasaan sekaligus akal. Mulai berbentuk zigot hingga di akhir hayat, kita didesain Allah SWT dengan sempurna. Jangankan kita manusia, semua makhluk juga demikian. Mulai ubur-ubur, virus, angin, gelombang elektromagnetik, sampai dengan struktur atom. Semua dirancang dengan akurat. Dihitung dengan amat teliti dan dibentuk sesempurna mungkin.

Di matematika juga dijumpai sesuatu yang sempurna. Sebagiannya adalah seperti berikut.

Senin, 22 September 2014

Mendidik : Mau?


Semua orang bisa mengajar. Tapi tidak semua pengajar bisa mendidik. Sering kita temui obrolan di dunia guru terlontar kalimat seperti ini: bapak mengajar dimana? Kalau ibu mengajar di sekolah apa? Dan seterusnya dan seterusnya. Mengapa tidak pernah kita jumpai pertanyaan: bapak mendidik dimana? Atau ibu mendidik di sekolah mana? Pada pertemuan guru (KKG maupun MGMP), pertemuan dengan dinas, pertemuan dengan wali murid, siswa sering di sebut anak didik atau peserta didik bukan anak ajar atau peserta ajar.

Sabtu, 20 September 2014

4 = 5 , kok bisa?


Hal aneh berikut bisa jadi semakin memusingkan kita. Tapi bagi yang penasaran, ini merupakan lahan untuk melatih berfikir kritis. Setiap langkah pada uraian di bawah ini seakan – akan benar. Namun jika diperhatikan dengan seksama akan terlihat ada langkah yang salah. Sehingga walaupun informasi awalnya benar, namun kesimpulan akhir menjadi salah. Bagian manakah itu? Mengapa?

Jumat, 19 September 2014

Misteri Pi

Andai hari ini kita menuliskan satu digit di belakang koma untuk angka Pi, besok satu digit lagi, lusa juga satu digit lagi dan seterusnya. Maka hingga kita meninggal, angka selanjutnya masih bisa ditemukan. Bahkan jika penulisan itu dilanjutkan oleh anak kita, terus dilanjutnya cucu kita, sampai tujuh turunan kita, niscaya angka dibelakang koma tidak akan pernah habis.

Bertahun –tahun para matematikawan berlomba menemukan nilai Pi sebenarnya. Bilangan Pi adalah bilangan irrasional. Artinya tidak bisa diubah menjadi bentuk pecahan biasa. Sehingga kita tidak bisa menentukan berapa banyak digit dibelakang koma. Karena memang banyaknya tak berhingga.  Berikut ini nilai Pi dengan 1000 digit dibelakang koma.

Menjadi Guru KW1

Dunia pendidikan di negeri ini masih terpuruk. Masih jauh dari harapan kita semua. Amanat “mencerdaskan kehidupan bangsa” seperti tertera dalam pembukaan UUD 1945, masih sekedar wacana. Perlu terobosan besar bagi pemerintah, agar negara besar ini benar-benar menjadi negara yang disegani di kawasan Asia. Semua itu hanya bisa dimulai dari bidang pendidikan.

Sesungguhnya bangkitnya suatu negara sangat ditentukan oleh Sumber Daya Manusianya (SDM) bukan sumber daya alamnya. SDM yang baik itu di produksi oleh sistem pendidikan yang baik. Sedangkan pendidikan yang baik berasal dari guru-guru yang terbaik. Hanya guru yang berkualitas saja yang bisa melahirkan generasi yang berkualitas.

Menurut penulis ada 4 macam kualitas guru. Bagian berikut ini akan menjelaskan ciri-ciri kualitas guru tersebut.

Hilangnya Angka 8

Semakin kita mendalami ilmu matematika semakin banyak kita jumpai keanehan-keanehan. Misteriusnya ilmu Allah yang satu ini membuat sebagian orang semakin tenggelam untuk mendalaminya. Walau sebagian yang lain tidak merasa perlu, namun sesungguhnya ilmu ini banyak diterapkan dalam kehidupan. Baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dibalik rumitnya ilmu matematika, di dalamnya terdapat keindahan. Bagi yang sense of number nya tinggi, mereka akan semakin penasaran. Salah satu keindahan sekaligus keanehan itu seperti ditampilkan pada bagian berikut ini.

Selasa, 16 September 2014

Mendapatkan 1 liter

Logika kita tidaklah selalu statis. Setiap saat bisa berubah. Tergantung rangsangan yang kita berikan. Semakin sering kita melatihnya, semakin tajam logika kita. Semakin kritis juga kita menyikapi sesuatu. Nah, untuk itu, berikut ini kami sajikan latihan logika sederhana.

Senin, 15 September 2014

Pondok Rusak


Nama yang unik, Pondok Rusak. Dusun kecil yang subur dan dikelilingi kebun tebu. Di dusun ini pula melintas sungai yang airnya berasal dari gunung semeru. Jalan utama Probolinggo – Jember membelah dusun ini. Dinamakan Pondok Rusak, konon katanya dulu pernah ada pondok yang ditinggal para santrinya mengembara dan tidak kembali. Hingga akhirnya rusak. Warga dusun ini mayoritas berbahasa madura. Populasi makin sesak saat dusun ini dibanjiri pengungsi Sampit.
Di daerah inilah jalan hidup saya sebagai guru dimulai. Selepas kuliah, saya ikut program nasional yang menempatkan mahasiswa fresh graduate di seluruh pelosok nusantara. Program ini ada di zaman presiden BJ Habibi, yang menginginkan percepatan pembangunan. Operator program ini adalah Deptan dan Depkop dengan IPB sebagai konsultan utamanya. Setelah mengikuti tahapan seleksi dan pelatihan, akhirnya saya  ditempatkan di dusun tersebut. Dusun Pondok Rusak, Desa Kaliboto Kidul,  Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang.

Resensi Buku



Judul Buku           : Cahaya Abadi Muhammad (shallallahu ‘alaihi asallam) Kebanggaan                                       Umat Manusia
Judul Asli             : An-nur Al Khald Muhammad Mafkhirat Al Insaniyah
Penulis                 : Muhammad Fethullah Gulen
Penerjemah         : Fuad Syaefuddin
Penerbit               : Republika, Cetakan ke-3
Terdiri atas          : 3 Jilid dengan total 1278 halaman


Bagian awal buku ini banyak berkisah tentang masa kegelapan sebelum lahirnya manusia agung. Pada masa itu banyak nilai-nilai kemanusiaan yang rusak. Oleh karena nya diutuslah seorang nabi yang dinantikan banyak orang sekian lama. Tanda-tanda sang nabi yang dijanjikan telah ditunjukkan. Namun tidak semua orang saat itu mau beriman. Alasan mendasar bagi kaum nasrani adalah kecemburuan dan rasa dengki yang terpatri. Sedang bagi warga Quraisy, rasa persaingan membuat mereka sulit menerima kebenaran.

Himpunan KOSONG

“Coba tebak, apa yang ada di saku ustad?” kalimat itu mengagetkan kelas 7A. Kegaduhan segera mereda. Setiap mata melihat ke saku celana saya sambil menduga-duga. “dompet, dompet”,suara  anak-anak bersahutan. “ HP, sapu tangan, kertas” beberapa detik terdengar suara itu saat suasana lengang. Saya hanya tersenyum. “ada lagi?” sambung saya. Saat saya keluarkan benda kecil dari saku celana, semua kompak berucap oalaa.... satu lagi saya keluarkan. “tadi saya mau nebak gitu ustad”, kata Starry.