Kamis, 15 Oktober 2020

Metode BERTAHAP dalam Mengajar


Metode pertama dan paling utama dalam dunia pendidikan adalah keteladanan dalam perilaku dan akhlak. Metode kedua dan seterusnya, akan kita kaji hari ini dan berikutnya.

Metode kedua, adalah metode bertahap. Bagian yang paling penting didahulukan sebelum bagian yang penting lainnya. Memulai dari yang mudah menuju yang sulit. Hal ini mendekatkan peserta didik untuk pemahaman dan memperkuat hafalan. Jika tidak, maka materi yang banyak itu akan mudah terlupakan, bahkan hilang sama sekali.

Contoh bagaimana rosul mengajar dengan metode bertahap ini. Diriwayatkan, kami dulu belajar bersama rosul. Kami pemuda belum mencapai usia baligh. Kami telah belajar dulu tentang iman, tapi belum belajar Al Qur’an. Artinya saat belajar al Qur’an iman kami bertambah. Rosul menyiapkan dulu bagian penting, yaitu iman, baru kemudian Al Qur’an.

Hadist riwayat imam Ahmad. Kami diajarkan Al Qur’an oleh para sahabat nabi. Ketika belajar al qur’an dari rosul dimulai dengan belajar dan menghafal 10 ayat. Tidak akan belajar 10 ayat berikutnya sampai kami paham 10 ayat sebelumnya, ilmu yang terkandung di dalamnya sekaligus sudah mempraktikannya. Begitu juga yang disampaikan Ibn Masud (penghafal dan pengajar Al Qur’an). Rosul senang jika Ibnu Mas'ud membaca Al Qur’an.

Untuk memperkuat hadis di atas, hadist riwayat imam Baihaqi, bahwa sahabat Umar berkata, belajarlah Al quran itu 5 ayat – 5 ayat, karena Jibril menurunkan ayat rata-rata 5 ayat. Sahabat lain mengajarkan 5 ayat di pagi hari dan 5 ayat di malam hari. Artinya seorang guru harus bertahap dalam menyampaikan ilmu. Harus tahu kondisi peserta didik agar ilmu mudah dipahami. Sedikit demi sedikit cara penyampaiannya.

Bukti rosul melakukan tahapan dalam mendidik. Hadist ibnu Abbas. Rosul ketika mengutus sahabat Muadz ke negeri Yaman. Wahai Muadz kamu akan mendatangi kaum ahli kitab. Hal pertama kali yang harus kau serukan adalah untuk bersahadat. Tidak ada tuhan yang berhak diibadahi selain Alloh, dan Muhammad rosul Alloh. Jika dia mereka mentaati di urusan 2 syahadat ini, ajarkanlah mereka tentang 5 sholat fardhu. Jika dia sudah melakukan, ajarkan Alloh mewajibkan zakat. Perhatikan bahwa pembelajarannya tidak sekaligus. Jika sekaligus tentu itu pasti akan ditolak, meninggalkan Muadz sendirian.

Hadist di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran diawali dengan akidah, pintu gerbang untuk masuk ke ajaran islam. Syahadat inilah menentukan semua perbuatan diberi pahala atau tidak. Jika aqidah sudah mantab, diajarkan sholat (tiangnya). Ini hubungan dengan Alloh. Berikutnya zakat, hubungan sesama manusia. Ajaran islam semakin sempurna dan lengkap.

Faedah lain adalah rosul mengedepankan hal-hal yang lebih penting dari hal penting lainnya. Jadilah kalian robbani, maknanya banyak, menurut imam bukhori, ar-robbani adalah orang yang mendidik manusia mulai dari ilmu kecil ke yang besar. Ilmu yang mudah menuju yang luas kajiannya. Menurut Al Qurtubi, ar-robbani adalah orang yang mendidik manusia dari ilmu kecil ke ilmu yang besar. Kecil artinya ilmu yang pokok, dasar, atau asas. Baru menuju ilmu yang di atasnya. Seakan-akan seorang robbani meniru Alloh dalam memudahkan segala urusan ketika mengatur alam semesta ini.

Ungkapan ulama Ibnu Sihab dan ibnu hajar. Wahai Yunus, kalau belajar ilmu itu jangan serakah, karena ilmu itu seperti wadah (alat). Kalau seandainya itu diambil semua, maka alat itu memotong kamu sebelum kamu sampai ke akhir ilmu tersebut. Barang siapa mengambil ilmu dengan cepat, akan hilang dengan cepat juga. Ibnu hajar, berpesan mengajaraan ilmu harus dengan bertahap, karena sesuatu itu di awalnya itu mudah membuat senang masuk mempelajari ilmu tersebut. Jika mudah menerima, maka pasti dampaknya dia akan menambah ilmu yang sudah dipeajari tersebut. Sesuatu yang sedkit tapi istiqomah itu lebih baik dibanding sesuatu besar tapi tidk istiqomah. Metode ini bisa dipraktikkan di semua ilmu. Ketika menghafal al qur’an, 1 baris dulu, 2 baris, 3 baris, sampai setengah halaman, kemudian 1 hal, terus 1 lembar dan seterusnya. Akhirnya bisa hafal 10 hafalan. Bisa terbiasa murojaah 5 juz dalam sehari (syeh said).

Metode ketiga, adalah metode seimbang. Memilih waktu yang tepat, agar tidak bosan, rosul biasa tahu betul kapan mengajar, kapan berhenti. Agar sahabat tidak jenuh. Rosul memilih waktu yang tepat agar sahabat tidak lari. Seimbang dalam memberi nasihat. Guru harus pandai strategi, agar siswa tidak bosan. Jangan sampai hanya sekedar rutinitas mengajar. Ada sahabat ingin mendengar materi seperti biasanya, ternyata rosul bercerita yang lain. Ini malah memukau beliau. Seakan-akan yang bicara itu bukan rosul tetapi Jibril.

Abu Musa, mengatakan bahwa rosul jika mengutus seseorang apapaun urusannya, pasti rosul berpesan, berilah kabar gembira pada mereka, jangan membuat mereka lari dari kamu. Permudahlah jangan kamu persulit. Apa kita boleh bicara tentang adzab, neraka dst? Boleh, tapi barengi itu dengan berita tentang syurga, rahmat Alloh yang lebih luas dari amarahnya. Seorang ibu mencari anaknya yang hilang. Karena sedih, hampir saja meninggal dunia. Alloh mempertemukan ibu dengan anaknya tersebut. Ibu itu merangkul, tidak mau kehilangan anaknya lagi. Ketahuilah bahwa rahmad Alloh lebih dasyat dari kasih sayang ibu yang memeluk anak yang hilang tadi. 

Memberi kabar yang baik tidak hanya terkait syurga. Bisa saja segala sesuatu yang menyenangkan. Misal, jika kamu belajar bahasa akan bermanfaat untuk berdiplomasi, bernegosiasi, bisa memiliki tutur kata yang baik. Dan seterusnya. 

 

Kamis, 01 Oktober 2020

Kepribadian Rosululloh dari aspek Pendidikan

Rosul sebagai guru pendidik. Hari ini kita akan mengkaji hadist yang menjelaskan kepribadian rosul di aspek pendidikan.

Hadist diriwayatkan imam at tirmidzi. Rosul ketika menghadapi para anak didiknya di majelis ilmu. Digambarkan, rosul senantiasa bersikap adil dan memberikan waktu pada setiap yang hadir. Semua peserta merasa paling dekat dengan rosul, merasa paling mulia dibanding temannya. Ketika senyum dan melihat ke seluruh peserta didik.

Sebagai contoh, amr bin ash, sering dipilih rosul sebagai panglima perang. Merasa paling dekat dengan rosul. Wahai rosul, siapa paling dekat dari golongan laki-laki? Abu bakar, terus umar dst. Tapi tidak sempat menyebutnya, meskipun sering jadi panglima perang. Ini artinya harus adil pada siapapun, kalau ada yang paling, jangan ditampakkan.

Ketika di majelis ilmu memberi kesempatan kepada peserta didik. Sabar menghadapi peserta didik. Jika ada sanggahan, tidak menghentikan. Jika ada perselisihan tidak menghentikan sampai mereka sendiri ijin keluar.

Setiap ada yang bertanya tentang urusan akhirat atau dunia, jawaban yang diberikan adalah jawaban yang terbaik. Bisa nasihat atau dzikir. Rosul senantiasa memposisikan seperti bapak pada anaknya. Semua merasa disayangi. Majelis ilmu nya mulia, sangat dihormati. Tidak terdengar suara dengan tensi tinggi.

Hadist berikutnya, diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Imam muslim. Ada seseorang ketika bertemu nabi saat khutbah di atas mimbar. Ketika di tengah-tengah khutbah, Ya Rosul, ada seorang laki-laki datang bertanya tentang agamanya. Rosul menerima dengan baik. Berhenti dari khutbah, mengambil kursi. Beliau duduk di atas kursi itu kemudian menjawab pertanyaan orang arab badui itu sehingga semua orang yang hadir mendengarkan jawaban itu. setelah selesai beliau ke mimbar dan melanjutkan khutbahnya. Hanya untuk menjawab pertanyaan seorang, beliau menghentikan khutbah nya

Pelajaran yang bisa diambil, (1) tawadhu nya rosul. (2) rosul memebri kesempatan pada penanya, meski di tenagh-tengah khutbah (3) rosul segera untuk memberikan jawaban, terutama hal-hal penting, seperti iman dan (4) memberi kesempatan untuk dekat dengan si penanya dan agar tanya jawab ini didengarkan sahabat yang lain.

Hadist berikutnya, diriwayatkan imam muslim dari sahabat abu ayyub. Ada seorang badui bersikap kurang beradab. Tiba-tiba mendekati rosul, saat beliau naik onta, memegang tali di hidung onta. Dia berkata wahai rosul apa yang bisa mendekatkan saya ke surga dan menjauhkan dari neraka.  Rosul berkata,apa yang kamu katakan tadi? (takjub dengan perkataan orang badui ini). Dia mengulangi jawaban. Rosul menjawab dengan santun, kamu beribadah hanya pada Alloh tegakkan sholat tunaikan zakat sambung tali silaturrahim.

Rosul memerintahkan, tinggalkan tali onta (yang dipegang tadi). Artinya rosul tawadhu sekali, walau dengan orang yang tidak sopan, beliau memberi kesempatan dan menjawab dengan baik, tidak menghardik. Ini artinya rosul sayang sama siapapun.

Hadist selanjutnya, dari anas bin malik. Ada seorang perempuan yang stress (gila). Tiba –tiba dia bertanya. Wahai rosul, saya punya urusan. Apakah saya bisa bertanya kepada anda? Beliau tidak menolak dan menerima dengan santun. Wahai ibu fulan, lihat sekeliling, apa yang kamu butuhkan sampai saya bisa menutaskan hajatmu. Beliau mendudukan orang tersebut di tempat yang semua orang bisa melihat, tapi tidak bisa mendengar perkataan perempuan itu. untuk menjaga rasa malu atau perasaan perempuan itu. Ini artinya rosul menerima orang, apapun orang itu.

Pelajaran dari hadist ini, bagaimana bersikap adil, menerima apapun keadaan peserta didik. Jika bertanya, dijawab dengan tulus, tidak marah, harus sabar, tawadhu ketika membimbing. Beri penjelasan yang clear dan tidak membingungkan, sehingga peserta didik merasa dekat dengan kita.

Hal penting lainnya, harus tawadhu, tidak sombong, tinggi hati. Tawadhu nya rosul, suatu waktu datang seorang laki-laki dalam keadaan takut sekali, gemeteran. Rosul berkata, tenang, tenang karena saya bukan seorang raja, saya hanya anak dari perempuan yang biasa makan daging biasa (orang jelata).

Berikutnya menunjukkan betapa tawadhunya. Ketika umar memasuki kamar rosul. Beliau sedang berbaring di atas tikar. Umar duduk di sampingnya. Kemudian Rodul duduk di samping umar. Umar melihat bekas tikar di pipinya. Dia merasa tidak layak kamar ini dihuni orang mulia. Hanya ada gandum, yang bisa dimakan hewan. Umar hanya melihat kulit, tempat makanan, dan tikar. Umar meneteskan air mata. Melihat itu, rosul berkata, wahai umar mengapa anda menangis? Wahai nabi, bagaimana saya tidak menangis kalau aya lihat ini, tikar membuat bekas d tubuh, rumah juga tidak layak. Sementara di Persia Romawi, tinggal di tempat yang banyak buah dan ranjang emas. Apa jawab rsul? Dijawab, wahai ibn khottob, apa kamu tidak ridho jika bagian kita adalah akhirat, sedang bagian mereka adalah dunia. Itulah sifat tawadhu rosul. Sifat asli, bukan sifat kepura-puraan.