Metode pertama dan paling utama dalam dunia pendidikan adalah keteladanan dalam perilaku dan akhlak. Metode kedua dan seterusnya, akan kita kaji hari ini dan berikutnya.
Metode kedua, adalah metode bertahap. Bagian yang
paling penting didahulukan sebelum bagian yang penting lainnya. Memulai dari
yang mudah menuju yang sulit. Hal ini mendekatkan peserta didik untuk pemahaman
dan memperkuat hafalan. Jika tidak, maka materi yang banyak itu akan mudah
terlupakan, bahkan hilang sama sekali.
Contoh bagaimana rosul mengajar dengan metode
bertahap ini. Diriwayatkan, kami dulu belajar bersama rosul. Kami pemuda belum
mencapai usia baligh. Kami telah belajar dulu tentang iman, tapi belum belajar
Al Qur’an. Artinya saat belajar al Qur’an iman kami bertambah. Rosul menyiapkan
dulu bagian penting, yaitu iman, baru kemudian Al Qur’an.
Hadist riwayat imam Ahmad. Kami diajarkan Al Qur’an
oleh para sahabat nabi. Ketika belajar al qur’an dari rosul dimulai dengan
belajar dan menghafal 10 ayat. Tidak akan belajar 10 ayat berikutnya sampai
kami paham 10 ayat sebelumnya, ilmu yang terkandung di dalamnya sekaligus sudah
mempraktikannya. Begitu juga yang disampaikan Ibn Masud (penghafal dan pengajar
Al Qur’an). Rosul senang jika Ibnu Mas'ud membaca Al Qur’an.
Untuk memperkuat hadis di atas, hadist riwayat imam Baihaqi, bahwa sahabat Umar berkata, belajarlah Al quran itu 5 ayat – 5 ayat,
karena Jibril menurunkan ayat rata-rata 5 ayat. Sahabat lain mengajarkan 5 ayat
di pagi hari dan 5 ayat di malam hari. Artinya seorang guru harus bertahap
dalam menyampaikan ilmu. Harus tahu kondisi peserta didik agar ilmu mudah dipahami.
Sedikit demi sedikit cara penyampaiannya.
Bukti rosul melakukan tahapan dalam mendidik. Hadist
ibnu Abbas. Rosul ketika mengutus sahabat Muadz ke negeri Yaman. Wahai Muadz
kamu akan mendatangi kaum ahli kitab. Hal pertama kali yang harus kau serukan adalah
untuk bersahadat. Tidak ada tuhan yang berhak diibadahi selain Alloh, dan Muhammad
rosul Alloh. Jika dia mereka mentaati di urusan 2 syahadat ini, ajarkanlah
mereka tentang 5 sholat fardhu. Jika dia sudah melakukan, ajarkan Alloh
mewajibkan zakat. Perhatikan bahwa pembelajarannya tidak sekaligus. Jika
sekaligus tentu itu pasti akan ditolak, meninggalkan Muadz sendirian.
Hadist di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
diawali dengan akidah, pintu gerbang untuk masuk ke ajaran islam. Syahadat inilah
menentukan semua perbuatan diberi pahala atau tidak. Jika aqidah sudah mantab,
diajarkan sholat (tiangnya). Ini hubungan dengan Alloh. Berikutnya zakat,
hubungan sesama manusia. Ajaran islam semakin sempurna dan lengkap.
Faedah lain adalah rosul mengedepankan hal-hal
yang lebih penting dari hal penting lainnya. Jadilah kalian robbani,
maknanya banyak, menurut imam bukhori, ar-robbani adalah orang yang mendidik manusia
mulai dari ilmu kecil ke yang besar. Ilmu yang mudah menuju yang luas
kajiannya. Menurut Al Qurtubi, ar-robbani adalah orang yang mendidik manusia dari
ilmu kecil ke ilmu yang besar. Kecil artinya ilmu yang pokok, dasar, atau asas.
Baru menuju ilmu yang di atasnya. Seakan-akan seorang robbani meniru Alloh
dalam memudahkan segala urusan ketika mengatur alam semesta ini.
Ungkapan ulama Ibnu Sihab dan ibnu hajar. Wahai Yunus, kalau belajar ilmu itu jangan serakah, karena ilmu itu seperti wadah
(alat). Kalau seandainya itu diambil semua, maka alat itu memotong kamu sebelum
kamu sampai ke akhir ilmu tersebut. Barang siapa mengambil ilmu dengan cepat,
akan hilang dengan cepat juga. Ibnu hajar, berpesan mengajaraan ilmu harus
dengan bertahap, karena sesuatu itu di awalnya itu mudah membuat senang masuk
mempelajari ilmu tersebut. Jika mudah menerima, maka pasti dampaknya dia akan
menambah ilmu yang sudah dipeajari tersebut. Sesuatu yang sedkit tapi istiqomah
itu lebih baik dibanding sesuatu besar tapi tidk istiqomah. Metode ini bisa dipraktikkan
di semua ilmu. Ketika menghafal al qur’an, 1 baris dulu, 2 baris, 3 baris,
sampai setengah halaman, kemudian 1 hal, terus 1 lembar dan seterusnya. Akhirnya
bisa hafal 10 hafalan. Bisa terbiasa murojaah 5 juz dalam sehari (syeh said).
Metode ketiga, adalah metode seimbang. Memilih waktu
yang tepat, agar tidak bosan, rosul biasa tahu betul kapan mengajar, kapan
berhenti. Agar sahabat tidak jenuh. Rosul memilih waktu yang tepat agar sahabat
tidak lari. Seimbang dalam memberi nasihat. Guru harus pandai strategi, agar
siswa tidak bosan. Jangan sampai hanya sekedar rutinitas mengajar. Ada sahabat
ingin mendengar materi seperti biasanya, ternyata rosul bercerita yang lain. Ini
malah memukau beliau. Seakan-akan yang bicara itu bukan rosul tetapi Jibril.
Abu Musa, mengatakan bahwa rosul jika mengutus
seseorang apapaun urusannya, pasti rosul berpesan, berilah kabar gembira pada
mereka, jangan membuat mereka lari dari kamu. Permudahlah jangan kamu persulit.
Apa kita boleh bicara tentang adzab, neraka dst? Boleh, tapi barengi itu dengan
berita tentang syurga, rahmat Alloh yang lebih luas dari amarahnya. Seorang ibu
mencari anaknya yang hilang. Karena sedih, hampir saja meninggal dunia. Alloh
mempertemukan ibu dengan anaknya tersebut. Ibu itu merangkul, tidak mau
kehilangan anaknya lagi. Ketahuilah bahwa rahmad Alloh lebih dasyat dari kasih
sayang ibu yang memeluk anak yang hilang tadi.
Memberi kabar yang baik tidak hanya terkait syurga. Bisa saja segala sesuatu yang menyenangkan. Misal, jika kamu belajar bahasa akan bermanfaat untuk berdiplomasi, bernegosiasi, bisa memiliki tutur kata yang baik. Dan seterusnya.