Kamis, 18 November 2021

Pentingnya Menulis

 


Abu Hurairah berkata tidak ada seorangpun yang tahu tentang banyak hadist, kecuali Abdulloh bin Amr bin Asy Karena amr bin Ash menulis dengan tangan endiri dan sekaligus menghafalkan, sementara saya hanya menghafal saja tidak menulis. ini menunjukkan pentingnya menulis. mengapa Abu Hurairah lebih terkenal dan banyak meriwayatkan hadist, karena beliau tinggal di masjid, dekat dengan rosul dan mengajar ke murid-muridnya. Sementara amr bin asy sering bepergian ke negara lain.

hikmah dari ini adalah bahwa mencatat untuk dakwah dan pembelajaran adalah berguna (1) untuk menyebarkan imu dan menyeru manusia dengan tulisan. Rosul juga menggunakan metode ini, untuk dakwah ke para kabilah dan raja-raja. Sebaiknya guru juga menulis surat kepada siswanya, agar siswa merasa diperhatikan.

(2) mudah untuk menghafal dan menjaga ilmu termasuk murajaah. orang arab dulu bilang, ilmu itu seperti binatang buruan. menulis itu seperti ikatan. jika ikatan itu hilang maka binatang juga hilang. banyak orang mendapatkan ilmu dan takjub, namun beberapa hari kemudian lenyap, hilang, dan lupa, karena tidak ditulis.

Kamis, 11 November 2021

Belajar dari Marahnya Rosul

Usamah melapor kepada Rosul, bahwa saat perang dia menghunus pedang dan musuhnya itu menghunusmengucap Lailaha illalloh. Kata itu karena iman atau karena takut, tidak tahu dia. Akhirnya dia membunuh orang yang mengucapkan

1.     Kita menghukumi seseorang berdasarkan fakta lahir bukan pada fakta batin. Fakta batin kita serahkan kepada Alloh SWT.

2.     Begitu agungnya pahala dari kalimat tauhid. Dengan kalimat ini Rosul merayu Abu Tholib. Andai bisa mnegucap 1x saja, Rosul berjanji akan memberi syafaat. Juga Izin pada Alloh agar Abu Tholib bisa ke surga.

3. Seserang pasti tidak lepas dari kesalahan. Jangan sampai guru berlebihkan dalam menerapkan konsekuensi untuk hukuman. Mana kesalahan yang tidak harus marah, mana kesalahan yang perlu untuk marah. Harus proposional. Usamah merasa bersalah sekali. Ya Alloh minta ampunkan saya. Jawab Rosul : bagaimana kamu mempertanggungjawabkan ini di akhirat. Begitu diulang-ulang. Artinya rosul sedang marah. Akhirnya, dia bersumpah dia tidak akan membunuh orang kalau sudah mengucap kalimat tauhid. Ini terbukti sampai periode kekhalifaan.

Berikutnya, kisah seperti pada hadist. Rosul membagi rampasan perang. Seseorang berkata. Sungguh pembagian ini dilakukan tidak karena Alloh. Menuduh rosul tidak adil. Ibnu Mas’ud menceritakan ini ke rosul. Rosul marah sekali. tanda marah itu tampak sekali. seakan dia mencela rosul sebagai orang yang tidak adil. Jika ada orang mencela rosul, maka berdosa dan akan mendapat celaka (adzab) di dunia dan akhirat.

Rosul tetap sabar. Terus siapa lagi yang bisa berbuat adil, kalau Alloh dan rosulnya tidak bisa berbuat adil. Meskipun rosul marah beliau tidak menampakkan marah pada orang yang mencelanya tadi. Bisa menyembunyikan amarahnya.

Hikmahnya dalam hadist ini adalah (1) Bolehnya memberikan berita pada pemimpin perkataan yang tidak pantas untuk mengingatkan yang berkata. Kita juga harus sabar, andai ada orang yang mengatai tidak pantas pada kita. Bagaimana caranya. Rosul sebaik-baik orang saja pernah dikatakan tidak adil. (2) bagaimana kita sabar menenagkan diri dengan kisah nabi sebelumnya. Nabi Musa di sakiti bani Israil. Ketika laut terbelah, kaumnya selamat, fir’aun tenggelam. Padahal nyata mu’jizat itu. saat Musa berkata, ayo berperang, di jawab kami capek, kamu saja berperang. Bani israil juga menghina bahwa Nabi Musa punya cacat di tubuhnya, karena mandi tidak pernah lepas baju. Nabi Musa dituduh membunuh nabi Harun. Oleh kaum bani israil. (3) pentingnya guru bisa menyembunyikan amalan di depan murid. (a) Guru harus tahu kesalahan siswa itu besar atau kecil. Sehingga bisa diukur, perlu arah atau tidak. (b) Guru harus tahu yang melakukan itu siapa. Ketika mengahdai Usamah, rosul marah sekali, tetapi saat bertemu orang itu tidak marah. Berikutnya (c) guru harus tahu efeknya jika marah. Apakah marah bikin orang itu tidak mengulangi lagi atau malah semakin menjadi-jadi.

Perhatikan bahwa asal prinsip mengajar dilakukan dengan cinta dan kasih sayang, bukan dengan marah. Marahnya rosul tidak setiap saat. Jauh lebih banyak hadis tentang kasih sayang Rosul. Dari abu Hurairah, mengajarlah dengan baik dan jangan marah-marah terus. Karena guru yang mengajar lebih baik daripada yang suka arah-marah terus.

Guru harus memperhatikan peserta didik, kebutuhan dirinya, anaknya dan harus sabra jika peserta didik itu melakukan keslahan. Lebih banyak memberikan maaf. Karena kesalahan peserta didik tidak sering, yang lebih sering adalah taat pada gurunya. Jiwa pemaaf harus lebih besar dari jiwa pemarah. Orang marah itu karena tidak bisa mengontrol ucapan. Oleh karenanya tidak boleh menjadi hakim, membuat keputusan jika sedang marah. Mengajar itu memudahkan bukan menyulitkan. Mengajarlah, permudah dan jangan persulit. Kalau akan merasa mau marah dan merasa tidak bisa mengontrolnya, lebih baik diam.

Rosul berkata La Tahdhob, sampai 3 kali. Maknanya (1) jangan marah, usahakan jangan marah (2) jika terpaksa marah, jangan sampai emosional. Kata yang keluar tetap terkendali. Jangan sampai di luar kontrol, yang kita sesali kelak. Bisa menyadarkan orang itu. cara bisa sabar, yaa .. harus latihan. Apa standar marah yang terpuji. Yaitu orang itu bisa mengontrol dirinya untuk tidak emosional. Tentu marahnya karena Alloh.

 

Kamis, 04 November 2021

Sikap Tegas saat Mengajar

 


 

Jika keadaan itu membutuhkan, maka kita bisa tegas (marah) tapi tidak selamanya.

 

Sebagai manusia biasa, kadanng rosul itu ridho kadang marah. Tapi beliau sempurna, sebaik-baiknya manusia. Marahnya rosul demi kebenaran. Abdulloh bin Amr menulis semua yang diucapkan dan didengar dari Rosul. Kemudian dia dimarahari kaumnya, karena dianggap rosul itu juga manusia biasa yang bisa khilaf. Akhirnya berhenti menulis, kemudian lapor rosul. Dijawab tulislah, terus tulislah, demi Alloh apa yang saya lakukan ini sudah sesuai dengan petunjuk Alloh.

Sifat marah itu sifat negatif. Biasanya timbul dari nafsu, menjadikan orang yang marah akan berkata sesuatu yang tidak terpuji sikapnya. Faktornya itu biar lega, fanatik melindungi kelompoknya. Tapi marahnya Rosul perkataan itu kebenaran agar terhindar dari apa yang diharamkan. Tidak ada dendam, tidak ada berlebihan. Faktornya mengingkari kemungkaran, untuk melakukan kebaikan, kepada sispapun, termasuk pada istrinya.

Contoh 1. Hadis dari Abi Mas’ud. Pernah datang seseorang. Wahai rosul, demi Alloh saya sering datang terakhir subuh berjamaah gara-gara fulan (sebagai imam), karena sering memanjangkan bacaan sholat. Aku tidak pernah melihat rosul marah seperti ketika orang itu lapor. Rosul berkata, wahai kalian, sesungguhnya ada diantara kalian ada yang membuat orang lain lari dalam menjalankan ajaran islam. Kalau sholat bersama orang lain, maka hendaklah mengkondisikan bacaannya, jangan memanjang-manjangkan. Disesuaikan. Karena diantara mereka ada yang tua, ada yang lemah, ada yang punya kebutuhan mendesak untuk ditunaikan.

Pelajaran dari hadis tersebut (1) rosul memerintahkan kita untuk menghindari perilaku yang membuat orang lain lari dari kebaikan, atau tidak mau menjalankan ajaran islam. Bisa karena perkataan kita, perilaku kita, dan perbuatan kita. (2) pentingnya memperhatikan keadaan orang lain. Bisa jadi enggan untuk sholat lagi. Rosul pernah memperpendek sholat karena tangisan bayi (3) boleh marah karena Alloh. Rosul pernah ketika sudah adzan, masih santai-santai. (4) tidak menyebut nama pelapor, menjaga agar aib (andai dia yang salah) jangan sampai menyebar. (5) ketika menasehati orang banyak, tidak perlu menyebut nama, cukup hanya sifatnya saja. Sesungguhnya ada diantara kalian yang membuat orang lain lari dalam menjalankan syariat agama.

Contoh 2. Dari Aisyah RA. Sesungguhnya orang Quraisy mengkajhawatirkan perempuan yang mencuri saat fathul Makkah, padahal dari suku elit. Rosul ingin memotong tangannya. Mereka berdiskusi, siapa yang berani ke Rosul agar tidak melakukan hukuman itu. mereka memilih Usamah bin Zaid karena termasuk yang dicintai Rosul, harapannya rosul tidak marah. Usamah mendatangi Rosul, berubahnya wajah rosul tadinya biasa menjadi marah. Berkata beliau, apakah kamu akan menolong seorang pencuri untuk tidak dihukum? Spontan usamah minta maaf. Mintakan ampun kepada Alloh untuk saya. Ketika malam rosul berkhutbah, sesungguhnya telah binasalah orang yang datang sebelum kalian. Kalau ada orang mulia dari suku yang mulia, itu mencuri tapi tidak dihukum, tapi kalau ada orang lemah mencuri, dihukum. Kalau seandainya fatimah mencuri, pasti saya akan memotongnya. Seteah itu taubatnya perempuan itu diterima.

Pelajaran hadis tersebut (1) kalau mengkisahkan kejahatan hendaklah tidak menyebutkan namanya, karena memang nama itu tidak disebutkan. Ini adlah adab yang luar biasa. Kebaikan-kebaikan selanjutnya akan tumbuh. (2) kalau kita tdak melaporkan untuk hal pidana, kita dianggap menutup-nutupinya. Ini boleh. Untuk menolongnya, memaafkan, tentu untuk kebaikan. Tapi kalau tindak itu sudah dilaporkan, maka sudah tidak ada lagi pertolongan. Kalau bukti kuat, tinggal menunggu keputusan hakim. (3) tidak ada perbedaan dalam eksekusi hukuman pidana. (4) islam agama yang adil, tidak tebang pilih. Jika keadilan itu hilang, maka itu tanda kehancuran. (5) seorang bisa jadi melakukan yang dilarang kemudian dieksekusi. Jangan sampai kita menghinanya, menjelekannya, bisa jadi orang itu bertaubat dan taubatnya diterima, menjadi orang baik.

Contoh 3. Dari Imam Ali. Saya diberi hadiah oleh Rosul, kain dari sutra yang luar biasa bagusnya. Saya memakainya. Tiba-tiba rosul marah, tampak di wajahnya. Sesungguhnya saya tidak memberikan hadiah untuk kamu pakai, tapi agar kamu membagikan nya untuk para perempuan. Dibagikan ke Fatimah (istrinya), ibunya Ali dan bibinya Ali.

Pelajaran hadis ini (1) haram sutra untuk laki-laki, boleh untuk perempuan (2) boleh laki-laki memberi hadiah sutra atau emas bukan untuk dipakai tapi untuk diberikan ke kaum wanita. (3) boleh marah karena Alloh ketika kita dalam pembelajaran dalam mendidik terutama kepada ara murid bahwa itu haram tetapi tetap saja dia melakukannya.