Kamis, 11 November 2021

Belajar dari Marahnya Rosul

Usamah melapor kepada Rosul, bahwa saat perang dia menghunus pedang dan musuhnya itu menghunusmengucap Lailaha illalloh. Kata itu karena iman atau karena takut, tidak tahu dia. Akhirnya dia membunuh orang yang mengucapkan

1.     Kita menghukumi seseorang berdasarkan fakta lahir bukan pada fakta batin. Fakta batin kita serahkan kepada Alloh SWT.

2.     Begitu agungnya pahala dari kalimat tauhid. Dengan kalimat ini Rosul merayu Abu Tholib. Andai bisa mnegucap 1x saja, Rosul berjanji akan memberi syafaat. Juga Izin pada Alloh agar Abu Tholib bisa ke surga.

3. Seserang pasti tidak lepas dari kesalahan. Jangan sampai guru berlebihkan dalam menerapkan konsekuensi untuk hukuman. Mana kesalahan yang tidak harus marah, mana kesalahan yang perlu untuk marah. Harus proposional. Usamah merasa bersalah sekali. Ya Alloh minta ampunkan saya. Jawab Rosul : bagaimana kamu mempertanggungjawabkan ini di akhirat. Begitu diulang-ulang. Artinya rosul sedang marah. Akhirnya, dia bersumpah dia tidak akan membunuh orang kalau sudah mengucap kalimat tauhid. Ini terbukti sampai periode kekhalifaan.

Berikutnya, kisah seperti pada hadist. Rosul membagi rampasan perang. Seseorang berkata. Sungguh pembagian ini dilakukan tidak karena Alloh. Menuduh rosul tidak adil. Ibnu Mas’ud menceritakan ini ke rosul. Rosul marah sekali. tanda marah itu tampak sekali. seakan dia mencela rosul sebagai orang yang tidak adil. Jika ada orang mencela rosul, maka berdosa dan akan mendapat celaka (adzab) di dunia dan akhirat.

Rosul tetap sabar. Terus siapa lagi yang bisa berbuat adil, kalau Alloh dan rosulnya tidak bisa berbuat adil. Meskipun rosul marah beliau tidak menampakkan marah pada orang yang mencelanya tadi. Bisa menyembunyikan amarahnya.

Hikmahnya dalam hadist ini adalah (1) Bolehnya memberikan berita pada pemimpin perkataan yang tidak pantas untuk mengingatkan yang berkata. Kita juga harus sabar, andai ada orang yang mengatai tidak pantas pada kita. Bagaimana caranya. Rosul sebaik-baik orang saja pernah dikatakan tidak adil. (2) bagaimana kita sabar menenagkan diri dengan kisah nabi sebelumnya. Nabi Musa di sakiti bani Israil. Ketika laut terbelah, kaumnya selamat, fir’aun tenggelam. Padahal nyata mu’jizat itu. saat Musa berkata, ayo berperang, di jawab kami capek, kamu saja berperang. Bani israil juga menghina bahwa Nabi Musa punya cacat di tubuhnya, karena mandi tidak pernah lepas baju. Nabi Musa dituduh membunuh nabi Harun. Oleh kaum bani israil. (3) pentingnya guru bisa menyembunyikan amalan di depan murid. (a) Guru harus tahu kesalahan siswa itu besar atau kecil. Sehingga bisa diukur, perlu arah atau tidak. (b) Guru harus tahu yang melakukan itu siapa. Ketika mengahdai Usamah, rosul marah sekali, tetapi saat bertemu orang itu tidak marah. Berikutnya (c) guru harus tahu efeknya jika marah. Apakah marah bikin orang itu tidak mengulangi lagi atau malah semakin menjadi-jadi.

Perhatikan bahwa asal prinsip mengajar dilakukan dengan cinta dan kasih sayang, bukan dengan marah. Marahnya rosul tidak setiap saat. Jauh lebih banyak hadis tentang kasih sayang Rosul. Dari abu Hurairah, mengajarlah dengan baik dan jangan marah-marah terus. Karena guru yang mengajar lebih baik daripada yang suka arah-marah terus.

Guru harus memperhatikan peserta didik, kebutuhan dirinya, anaknya dan harus sabra jika peserta didik itu melakukan keslahan. Lebih banyak memberikan maaf. Karena kesalahan peserta didik tidak sering, yang lebih sering adalah taat pada gurunya. Jiwa pemaaf harus lebih besar dari jiwa pemarah. Orang marah itu karena tidak bisa mengontrol ucapan. Oleh karenanya tidak boleh menjadi hakim, membuat keputusan jika sedang marah. Mengajar itu memudahkan bukan menyulitkan. Mengajarlah, permudah dan jangan persulit. Kalau akan merasa mau marah dan merasa tidak bisa mengontrolnya, lebih baik diam.

Rosul berkata La Tahdhob, sampai 3 kali. Maknanya (1) jangan marah, usahakan jangan marah (2) jika terpaksa marah, jangan sampai emosional. Kata yang keluar tetap terkendali. Jangan sampai di luar kontrol, yang kita sesali kelak. Bisa menyadarkan orang itu. cara bisa sabar, yaa .. harus latihan. Apa standar marah yang terpuji. Yaitu orang itu bisa mengontrol dirinya untuk tidak emosional. Tentu marahnya karena Alloh.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar