Untuk hal yang maulu dibicarakan, Rosul
menggunakan cara menjelaskan dengan tidak terang2an dan dengan bahasa isyarat. Para
ulama menggunakan kata umum untuk hal yang tabu, misalnya dengan kata menunaikan
hajat, padahal itu bisa hajat ke pasar hajat ke sekolah dst. Yang dimaksud di
sini adalah menunaikan kepentingan buang air kecil dan atau uang air besar
Dari Aisyah RA. Ada sahabat anshor asma’ binti
Syaqari. Beliau bertanya pada nabi. Bagaimana cara mandi perempuan setelah
haid. Ini biasanya tabu. Salah satu dari kalian, mengambil air dan masukkan daun
bidara, fungsinya seperti sabun. Dahulu aun bidara ditumbuk, hasilnya dipakai
seperti sabun untuk bersuci, baunya harum. Perbaikkan cara mandinya, tuangkan
air ke kepala, kemudian di pijit sampai airnya sampai di kulit kepala. Ketika mandi
wajib, harus lebih kuat daripada mandi biasa. Hendaknya mengambil kapas diberi
wangi-wangian. (yang ini tidak wajib, tapi lebih dicintai, untuk menghilangkan
bau). Selanjutnya bersihkan tempat keluarnya darah, diberi kapas dan wangi-wangian
dan bilas dengan air.
Bagimana bersuci
dengan kapas itu? tanya Asma’. Rosul menjawab, Subhanalloh. Yaa … sucikan
dengan kapas itu. Asiyah ada di majelis itu, rosul memberi isyarat seakan-akan rosul
menyuruh menjelaskan. Aisyah berbisik kepada asma, tidak terdengar yang lain. Intinya,
rosul menjelaskan dengan tidak terang-terangan. Basuh sampai kepala. Mandi
jinabat sama dengan mandi habis haid, bedanya hanya dengan kapas dan bidara. Sebaik-baiknya
wanita adalah wanita anshor, karena tidak terhalangi dengan rasa malu untuk
belajar agama.
Mengapa hal
ini diajarkan? Karena kita sebagai guru sekaligus orang tua yang punya anak dewasa.
Tealadani Rosul cara menyampaikan materi tabu.
Pelajaran
1. Penting bagi guru, mengucapka Subhanalloh jika ada murid tidak mengerti, padahal
menurut kita itu sudah sangat jelas.
Pelajaran
2. Penting menggunakan bahasa kiasan ketika menjelaskan hal-hal yang berkaitan
dengan aurat.
Pelajaran
3. Pentingnya bertanya pada orang yang alim, jika benar-benar ingin belajar,
meski itu hal-hal tabu
Pelajaran
4. Cukup dengan penjelasan tidak terang-terangan atau menggunakan bahasa isyarat
Pelajaran 5.
Pentingnya mengulang jawaban khususnya bagi penanya yang belum paham dengan
jawaban.
Pelajaran 6.
Boleh guru melibatkan siswa lain untuk menjelaskan penjelasan guru walaupun guru
ada bersama mereka. Untuk penguatan.
Pelajaran 7.
Boleh belajar dari orang yang secara keilmuan kurang, dihadapan orang yang
secara keilmuan lebih afdhol. Seperti, Aisyah belajar dari Asma, padahal di
situ ada rosul. Belajar untuk tidak malu bertanya.
Pelajaran 8.
Memberikan kasih sayang ke peserta didik, dan memaafkan kalau ada yang belum
paham, jangan langsung menyalahkan
Pelajaran 9.
Menutupi aib dirinya sendiri. Hendaklah menghilangkan bau tidak sedap dengan
mandi atau dengan bau wangi, untuk kebersihan diri sendiri. Alloh maha bersih
dan menyukai hal bersih. Kadang, kalau terbiasa dengan bau tidak sedap, sulit
diajak untuk bersih. Misal, mulut dan hidung itu dekat, tapi hidung tak mampu
membau mulut yang tidak sedap.
Pelajaran 10.
Bagi guru, jangan menjawab hanya untuk khusus penanya saja. Perhatikan juga
untuk peserta didik yang lain.
Pelajaran 11.
jangan sampai malu menghalangi untuk belajar. Malu sebagian dari iman yaitu malu
untuk kebaikan bukan malu untuk menghalangi mendapatkan ilmu.