Kamis, 14 Oktober 2021

Pembelajaran untuk Kaum Wanita

 


Periode jahiliyah tidak ada kesempatan wanita untuk belajar. Begitu Rosul diutus berdakwah, memberi porsi besar untuk belajar bagi wanita. Sehingga banyak sahabat wanita yang mengajarkan ilmu pada semua orang orang. Bukan hanya mengajar ke para wanita saja tetapi juga ke para laki-laki, seperti  Aisyah dan

Riwayat bukhori Muslim , bab nasihat untuk para wanita dan pembelajaran untuk mereka. Dari Ibnu Abbas. Aku menyaksikan sendiri bahwa Rosul sholat Ied, sebelum khutbah. Setelah berkhutbah, rosul melihat perempuan yang di belakang. Rosul mendatangi mereka, menasehati mereka. Artinya khutbah lagi. Kemudian memerintahkan mereka untuk sedekah. Saat itu juga Bilal merespon, mengambil selendang dan menghamparkan di depan para wanita itu. secara spontan, mereka menyerahkan cincin, anting2, dst. Intinya semua bersedekah. Kemudian di berikan kepada yang membutuhkan.

Hikmah yang bisa diambil dari hadist tersebut adalah sebagai berikut:

1.       Lebih afdhol jika ada kajian khusus untuk perempuan. Apakah gurunya perempuan atau lak-laki, keduanya boleh, asal untuk laki-laki tidak ada fitnah.

2.       Jika laki-laki dan perempuan hadir bersama, maka penempatan laki-laki dan perempuan harus di pisah, agar tidak mengganggu fokus, penglihatan agar tidak ada fitnah. Laki-laki di depan dan perempuan di belakang.

3.       Cepatnya perempuan merespon materi pelajaran. Begitu memerintahkan sedekah, segera dilaksanakan. Hampir semua perempuan saat sholat Ied melakukan sedekah

4.       Tidak dilarang kajian bercampur antara laki-laki dan perempuan. Boleh mengkhususkan hari untuk perempuan.

Para wanita berkata, wahai rosul banyak laki-laki selalu menyibukkan berkerumun di sekitar engkau, sementara kami tidak punya waktu untuk belajar. Karena itu jadikan waktu khusus untuk kami yang kami bisa datang ke engkau sehingga engkau bisa mengajarkan segala sesuatu yang diberitahukan oleh Alloh kepada engkau. Rosul menjawab, kalau begitu berkumpullah kalian di hari ini dan ini,  kemudian mereka berkumpul . Rosul mendatangi dan mengajarkan segala sesuatu yang diajarkan Alloh pada Beliau.

Siapa saja yang melahirkan 3 anak, kemudian anaknya mati sebelum baligh dan ibunya ridho maka ada hijab dia dengan neraka. Ada satu perempuan bertanya, bagaimana kalau hanya 2 anak. Jawab rosul, 2 juga sama ada hijab dengan api neraka.

Pelajaran dari hadist di atas (1) keberanian perempuan untuk bertanya dan tetap menjaga adab ketika berbicara. (2) bagaimana rosul memulyakan ketika menjawab pertanyaan perempuan dan bagaimana menepati janji. (3) bagaimana perempuan itu ghiroh semangat dan ‘serakah’/ tamak akan ilmu. Maksud tamak di sini adalah barang sispa yang mengubur 3 anak lalu ia sabar terhadap musibah ditu dan mengharap pahala dari Alloh maka baginya syurga. Ummu Aiman berkata, bagaimana kalau 2? Rosul menjawab 2 juga dapat syurga.  Bagaimana kalau 1 ya Rosul?, Rosul diam sebentar kemudian berkata, oh 1 juga dapat syurga. Kuncinya adalah sabar akan takdir dan mengharap ridho Alloh. Setiap kita pernah kehilangan. Sabar itu tidak mudah apalagi kalau musibah yang menimpa itu musibah besar. Orang yang mendahului kita yang paling kita cintai. Biasanya kita hilang ingatan dan tidak terkontrol. Alloh memberi pahala besar bagi orang sabar, tanpa dihisab. Sabar tidak ada angka pahalanya, Alloh sendiri yang memberi langsung.

 

 

Kamis, 07 Oktober 2021

Menjelaskan dengan Terang-Terangan

 


Hadist Riwayat Imam Bukhori, Abdulloh bin Amr bin Ash. Ayah saya, menikahkan saya dengan seorang perempuan punya nasab yang sangat terhormat. Ayahnya mengunjungi rumah anaknya yang ditinggali bersama istrinya. Yang ditemui adalah istrinya. Bagaimana keadaan suamimu? Istrinya menjawab dengan kiasan. Alangkah bahagianya laki-laki orang baik, anak orang baik. Kakinya belum sama sekali menginjak kasur, dan belum pernah mencari-cari suaminya sejak menempati rumah ini. Amr bin ash paham, terus bertemu Rosululloh. Intinya anak amr bin ash, suka ibadah, suka puasa dst. Rosul menjawab: Setiap badan kita punya hak, termasuk istri kita punya hak.  

Ibu Ummu Sulai (Ibu Anas bin Malik) bertanya, sementara Ummu Salamah sendiri tidak berani bertanya. Wahai Rosul. Sungguh Alloh tidak malu demi untuk kebenaran (pendahuluan). Apakah wanita wajib mandi besar andai mimpi basah? Rosul menjawab, kalau senadainya kamu melihat air, berarti kamu harus mandi besar. Ini menunjukkan jawaban yang sangat jelas. Jika mimpi tapi tidak basah, tidak wajib mandi besar. Ummu Salamah pemalu, wajah di tutupi, tertawa kecil. Wahai Rosul, apakah perempuan juga mengalami mimpi basah? Dijawab iya. Rosul terkejut, apa tidak tahu yaa.

Riwayat lain, rosul menjelaskan lebih detil. Sesungguhnya air mani laki itu putih dan agak tebal, sementara air mani perempuan tipis warnanya agak kekuningan. Apapun itu (tebal atau tipis) wajib baginya mandi besar. Kenapa malu, kalau ini untuk ilmu. Untuk ilmu tidak perlu merasa malu.

Hikmah hadist di atas adalah sbb;

1.       Rasa malu itu baik, karena sebagian dari iman. Harus digunakan pada tempat dan kondisi yang proporsional. Jika ingin mencari kebenaran, rasa malu tidak boleh menghalangi untuk bertanya.

2.       Bolehnya perempuan minta fatwa pada orang lain khususnya yang terkait dengan kebutuhannya

3.       Luar biasanya sahabat wanita, perhatian sekali tentang ilmu, tidak menghalangi untuk bertanya. Tentu dengan adab dan tidak menyakiti, tidak menyinggung orang yang ditanya

4.       Keadaan perempuan sama seperti yang dialami laki-laki.

5.       Pentingnya menjelaskan materi yang lalu dengan jelas dan terang-terangan. Jika kita khawatir kalau pakai kiasan itu tidak paham

Wajibnya mandi besar itu karena hubungan suami istri atau karena turunnya air mani? Aisyah menjawab, karena hubungan suami istri. Jadi meskipun mani tidak turun, wajib mandi besar.

Kalau kita malu, tetap tidak bertanya, boleh. Asal kita tetap mencari tahu. Contoh: Ali bin Abi Tholib. Saya itu sering keluar air madzi. Biasanya keluar sebelum mani. Biasanya saat capek, kadang merasakan kadang tidak. Saya malu bertanya. Ali menyuruh seseorang untuk bertanya pada Rosul. Cukup cuci kemudian wudhu tanpa harus mandi besar.

 

Hikmah yang bisa diambil hadist tersebut adalah sbb:

1.       Bolehnya kita mewakilkan ketika minta fatwa, syarat orangnya terpercaya, tidak melebihkan atau mengurangi

2.       Pentingnya adab bertanya

3.       Adab terhadap mertua

4.       Begitu semangatnya para sahabat untuk bertanya khususnya Thoharoh

5.       Islam itu agama rahmat, penuh kasih sayang. Ali selalu mandi setiap keluar madzi. Beliau terkenal walau musim dingin. Setelah tahu itu, Ali RA cukup membersihkan dan berwudhu.