Kamis, 04 November 2021

Sikap Tegas saat Mengajar

 


 

Jika keadaan itu membutuhkan, maka kita bisa tegas (marah) tapi tidak selamanya.

 

Sebagai manusia biasa, kadanng rosul itu ridho kadang marah. Tapi beliau sempurna, sebaik-baiknya manusia. Marahnya rosul demi kebenaran. Abdulloh bin Amr menulis semua yang diucapkan dan didengar dari Rosul. Kemudian dia dimarahari kaumnya, karena dianggap rosul itu juga manusia biasa yang bisa khilaf. Akhirnya berhenti menulis, kemudian lapor rosul. Dijawab tulislah, terus tulislah, demi Alloh apa yang saya lakukan ini sudah sesuai dengan petunjuk Alloh.

Sifat marah itu sifat negatif. Biasanya timbul dari nafsu, menjadikan orang yang marah akan berkata sesuatu yang tidak terpuji sikapnya. Faktornya itu biar lega, fanatik melindungi kelompoknya. Tapi marahnya Rosul perkataan itu kebenaran agar terhindar dari apa yang diharamkan. Tidak ada dendam, tidak ada berlebihan. Faktornya mengingkari kemungkaran, untuk melakukan kebaikan, kepada sispapun, termasuk pada istrinya.

Contoh 1. Hadis dari Abi Mas’ud. Pernah datang seseorang. Wahai rosul, demi Alloh saya sering datang terakhir subuh berjamaah gara-gara fulan (sebagai imam), karena sering memanjangkan bacaan sholat. Aku tidak pernah melihat rosul marah seperti ketika orang itu lapor. Rosul berkata, wahai kalian, sesungguhnya ada diantara kalian ada yang membuat orang lain lari dalam menjalankan ajaran islam. Kalau sholat bersama orang lain, maka hendaklah mengkondisikan bacaannya, jangan memanjang-manjangkan. Disesuaikan. Karena diantara mereka ada yang tua, ada yang lemah, ada yang punya kebutuhan mendesak untuk ditunaikan.

Pelajaran dari hadis tersebut (1) rosul memerintahkan kita untuk menghindari perilaku yang membuat orang lain lari dari kebaikan, atau tidak mau menjalankan ajaran islam. Bisa karena perkataan kita, perilaku kita, dan perbuatan kita. (2) pentingnya memperhatikan keadaan orang lain. Bisa jadi enggan untuk sholat lagi. Rosul pernah memperpendek sholat karena tangisan bayi (3) boleh marah karena Alloh. Rosul pernah ketika sudah adzan, masih santai-santai. (4) tidak menyebut nama pelapor, menjaga agar aib (andai dia yang salah) jangan sampai menyebar. (5) ketika menasehati orang banyak, tidak perlu menyebut nama, cukup hanya sifatnya saja. Sesungguhnya ada diantara kalian yang membuat orang lain lari dalam menjalankan syariat agama.

Contoh 2. Dari Aisyah RA. Sesungguhnya orang Quraisy mengkajhawatirkan perempuan yang mencuri saat fathul Makkah, padahal dari suku elit. Rosul ingin memotong tangannya. Mereka berdiskusi, siapa yang berani ke Rosul agar tidak melakukan hukuman itu. mereka memilih Usamah bin Zaid karena termasuk yang dicintai Rosul, harapannya rosul tidak marah. Usamah mendatangi Rosul, berubahnya wajah rosul tadinya biasa menjadi marah. Berkata beliau, apakah kamu akan menolong seorang pencuri untuk tidak dihukum? Spontan usamah minta maaf. Mintakan ampun kepada Alloh untuk saya. Ketika malam rosul berkhutbah, sesungguhnya telah binasalah orang yang datang sebelum kalian. Kalau ada orang mulia dari suku yang mulia, itu mencuri tapi tidak dihukum, tapi kalau ada orang lemah mencuri, dihukum. Kalau seandainya fatimah mencuri, pasti saya akan memotongnya. Seteah itu taubatnya perempuan itu diterima.

Pelajaran hadis tersebut (1) kalau mengkisahkan kejahatan hendaklah tidak menyebutkan namanya, karena memang nama itu tidak disebutkan. Ini adlah adab yang luar biasa. Kebaikan-kebaikan selanjutnya akan tumbuh. (2) kalau kita tdak melaporkan untuk hal pidana, kita dianggap menutup-nutupinya. Ini boleh. Untuk menolongnya, memaafkan, tentu untuk kebaikan. Tapi kalau tindak itu sudah dilaporkan, maka sudah tidak ada lagi pertolongan. Kalau bukti kuat, tinggal menunggu keputusan hakim. (3) tidak ada perbedaan dalam eksekusi hukuman pidana. (4) islam agama yang adil, tidak tebang pilih. Jika keadilan itu hilang, maka itu tanda kehancuran. (5) seorang bisa jadi melakukan yang dilarang kemudian dieksekusi. Jangan sampai kita menghinanya, menjelekannya, bisa jadi orang itu bertaubat dan taubatnya diterima, menjadi orang baik.

Contoh 3. Dari Imam Ali. Saya diberi hadiah oleh Rosul, kain dari sutra yang luar biasa bagusnya. Saya memakainya. Tiba-tiba rosul marah, tampak di wajahnya. Sesungguhnya saya tidak memberikan hadiah untuk kamu pakai, tapi agar kamu membagikan nya untuk para perempuan. Dibagikan ke Fatimah (istrinya), ibunya Ali dan bibinya Ali.

Pelajaran hadis ini (1) haram sutra untuk laki-laki, boleh untuk perempuan (2) boleh laki-laki memberi hadiah sutra atau emas bukan untuk dipakai tapi untuk diberikan ke kaum wanita. (3) boleh marah karena Alloh ketika kita dalam pembelajaran dalam mendidik terutama kepada ara murid bahwa itu haram tetapi tetap saja dia melakukannya.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar