Rasulullah mengajar dengan berdiam, tersenyum, tertawa, atau berkata dalam memberikan keputusan.
Hadits riwayat Imam Bukhori: Rasulullah mempersaudarakan Salman Al
Farisi dengan Abu Dardak.
(Salman Al Farisi berasal dari Persia,
dikenal sebagai pencari kebenaran sejati. Abu Dardak adalah orang Anshor yang
tinggal di Madinah. Sebelum Abu Dardak masuk Islam, Rasulullah sudah dijanjikan
oleh Allah bahwa Abu Dardak akan masuk Islam. Abu Darda adalah ahli fikih, ahli
hukum, sangat zuhud, pandai, cerdas, ahli Al Qur’an, yang bersama Zaid bin
Tsabit mengumpulkan kodifikasi Al Qur’an. Setelah dipersaudarakan, Salman
berkunjung ke Abu Dardak. Salman melihat baju istri Abu Dardak seperti lusuh
kemudian bertanya mengapa demikian. Istrinya menjawab “Ini karena saudaramu
(Abu Dardak) karena ahli zuhud.”
Abu Dardak membuatkan makanan dan
menyuruh Salman makan “Makanlah karena sekarang saya sedang berpuasa, saya
tidak akan makan sebelum kamu ikut makan bersama saya.” Abu Dardak akhirnya membatalkan
puasanya dan makan bersama. Salman tidur, Abu Dardak pun tidur, tetapi kemudian
Abu Dardak bangun untuk sholat malam dll. Salman meminta Abu Dardak untuk
tidur, kemudian ia memberi nasihat. “Sesungguhnya bagi Rabbmu punya hak yang
harus kamu tunaikan, untuk dirimu, untuk keluargamu juga ada hak yang harus
kamu tunaikan.” Riwayat lain menyebutkan untuk tamu kamu juga tunaikan.
Tunaikan hak yang harus kamu lakukan.
Abu Dardak menemui Rasulullah dan melaporkan pada Rasulullah. “Benarlah apa yang dilakukan Salman.
Salman telah dipenuhi cahaya ilmu dari Allah Swt.”
Prinsip persaudaraan itu sangat penting dalam Islam. Dengan
persaudaraan, bisa saling curhat, saling memberikan solusi, dll.
Pelajaran yang bisa diambil:
1.
Penting sekali untuk saling menasihati
saudara kita, tetapi bukan di depan orang banyak. Imam Syafii: kalau
menasihati, jangan di depan umum, tapi secara 4 mata.
2.
Islam itu tawasuth, seimbang antara
dunia dan akhirat. Keitka Abu Dardak terlalu focus akhirat, dinasihati oleh
Salman agar seimbang juga dengan dunia.
3.
Rasa malu itu termasuk iman. Istri Abu
Dardak menyampaikan dengan bahasa “Saudaramu ini” bukan menyebut nama maupun
suamiku. Istri Abu Dardak juga menyebut karena ahli zuhud.
Kisah lain: Umar dilapori oleh seorang
wanita dengan bahasa “Suami saya ahli ibadah, ahli puasa” sebagai kiasan bahwa
suaminya kurang memperhatikannya.
Gunakan kata-kata yang positif,
kiasan, jaga adab, miliki rasa malu.
4.
Setiap rumah tangga pasti punya
masalah, harusnya berusaha untuk menutupi masalah tersebut, jangan dibeberkan apalagi
diviralkan.
5.
Ceritakan masalah pada orang yang
tepat, pada yang mampu memberikan solusi atau menyelesaikannya.
6.
Mengambil keputusan tidak dengan menjelaskan
panjang lebar tapi cukup dengan berkata “Benarlah Salman” sebagai tanda setuju
atas jawaban Salman yang benar. Sebagai guru, jika ada siswa yang menjawab
benar, kita juga bisa berkata demikian.
Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Amru
bin Ash, ketika Amru bin Ash memimpin perang. Ketika malam, Amru bin Ash mimpi
basah, kemudian mau melakukan sholat Subuh, kalau mandi junub akan mati karena
terlalu dingin. Amru bin Ash berijtihad bertayamum, kemudian sholat bersama
sahabat untuk sholat Subuh. Sahabat yang mengetahuinya, melaporkan kejadian
tersebut pada Rasulullah.
Rasulullah bertanya pada Amru bin Ash,
“Wahai Amru, apa kamu sholat Subuh dalam keadaan junub?”
Amru menjawab dengan ayat Qur’an Surat
An Nisa ayat 29, “Janganlah kalian membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya Allah
Maha Pengampun.” Kemudian Amru menjelaskan alasannya mengapa bertayamum.
Rasulullah
tidak mengiyakan, tidak menolak, hanya tertawa, di riwayat lain tersenyum.
Tertawanya ini sebagai tanda setuju. Jawaban
senyum Rasulullah itu dijadikan dalil bolehnya bertayamum ketika hawa dingin
yang menusuk tulang.
Pelajaran yang bisa diambil:
1.
Boleh bertayamum ketika hawa dingin
menusuk tulang atau sakit keras meskipun ada air.
2.
Ada rushsoh yang diberikan oleh Allah
dalam menjalankan syariat dan ruhsoh ini merupakan rahmat dari Allah.
3.
Ketika Rasulullah tertawa/tersenyum,
diam, tertawa/tersenyumnya Rasulullah sebagai jawaban bisa kita tiru sebagai
metode pembelajaran ketika menjawab pertanyaan siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar