Bagian ini kita akan membahas metode bertanya dengan menyerahkan jawaban ke sahabat untuk berlatih menjawab dengan benar. Hal ini penting bagi orang tua, guru, bagian administrasi dst.Bbagaimana jika ada pertanyaan dari tamu. Bagaimana memberi jawaban yang memuaskan dan sesuai yang dibutuhkan penanya.
Di metode ini rosul menyerahkan
jawban ke para sebagian sahabat. Ini dilakukan untuk menyiapkan para shabat
menjadi guru, panglima perang, dan pemimpin. Contoh 1, dari Ibnu Abbas. Ada seorang
laki2 menemui rosul kemudian bercerita, bahw a, dia bermimpi mewlihat awan di
langit, keluar darinya madu dan minyak samin (misnyak dari hewan). Saya lihat
orang2 berlomba mengambil madu dan minyak dengan kedua telapak tangan. Diantara
mereka ada yang mengambil banyak dan ada yang sedikit. Saya juga melihat tali yang
menjulur dari langit menuju bumi. Saya lihat engkau, ya rosul. Mengambil juga. Orang
lain mengambil dari bagian yang engkau ambil, dst. Setelahnya tali itu putus.
Setelah mimpi disampaikan, abu
bakar mengajukan diri untuk menafsirkan mimpi tersebut. Beliau sahabat yang
dicintai, punya posisi yang luar biasa, kedekatan dengan rosul juga luar biasa.
Banyak orang yang melakkuan kesalahan, tapi abu bakar bilang, saya yang salah
ya Rosul. Abu bakar dan rosul sudah ‘terhubung’. Termasuk dikisah ini. Wahai rosululloh, demi Alloh dan bapak dan
ibuku, izinkan saya menafsirkan mimpi tersebut.
Berkatalah abu bakar, awan adalah
awan naungan al islam, yang turun dari awan adalah Al Qur’an, karena rasa
manisnya seperti madu, kelembutannya seperti minyak samin. Dari Al Qur’an itu,
ada yang mengambil banyak ada yang sedikit. Andai kita terputus dengan Al Qur’an,
segera sadarlah, ambil al qur’an dan baca tafsirnya, sehingga kita termasuk
orang yang banyak mengambil dari Al Qur’an. Adapun tali yang menyambung dari
langit ke bumi, terputus, nyambung lagi, putus, nyambung lagi. Itu adalah
kebenaran ajaran islam yang di kemudian diambil oleh abu bakar, dan umarr. Kemudian
terputus, terus diambil lagi oleh usman dan ali, kemudian putus lagi dan
diambil lagi generasi berikutnya, begitu seterusnya. Wahai rosul beri tahu
saya, apakah tafsir saya benar?, rosul menjawab, sebagian benar sebagian salah.
Meskipun sahabat sendiri, tidak membenarkan semuanya. Jika benar dikatakan benar
jika salah dikatakan salah. Demi Alloh, wahai rosul, bagian mana yang salah? Dijawab,
Wahai abu bakar, jangan bersumpah atas nama bapak.
Ada beberapa pelajaran dari hadis
tersebut, (1) pentingnya kaderisasi. Menyaipakn sebagian sahabat untuk menjawab
pertanyaan dari sahabat yang lain. Abu bakar adalah sebaik-baik sahabat. Mengapa
begitu, karena rosul menyiapkan betul. Di menyiapkan abu bakar sebagai leader
rombongan haji tahun 9H. Bisa saja rosul memimpin, tapi Rosul menugaskan abu
bakar sebagai pemimpin. Kalau kita (guru) menyiapkan tugas, lihat karakter
mahasiswa tersebut, siap apa tidak siap, bagaimana cara menugaskannya, dan
seterusnya. Ini penting untuk kaderisasi.
Pelajaran (2) apabila ada siswa
langsung menjawab di hadapan guru, itu kurang adab. Harus minta izin dulu ke
gurunya, seperti abu bakar minta izin dulu sebelum menafsirkan. Bolehnya menjawab
setelah mendapat izin dari guru. Ini adab penting bagi murid di depan gurunya.
(3) seorang guru harus jeli melihat apakah menyerahkan jawaban itu dibutuhkan,
itu penting apa tidak. Tidak selamanya membiarkan siswa lain yang menjawab. Juga
tidak pertanyaan semuanya guru yang menjawab. Memberikan peran siswa lian untuk
menjawab, lihat urgensinya. Seperi jawaban rosul, benar sebagian dan salah
sebagian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar