Kamis, 11 September 2014

Variasi Gaya Mengajar


Ustadz/ah, setiap manusia itu terlahir dalam keadaan berbeda satu sama lain. Perbedaan genetik plus pengaruh lingkungan yang melingkupinya akan membentuk manusia menjadi individu yang memiliki karakter dasar yang unik. Begitupun siswa kita. Adanya siswa yang "berbeda" dengan kebanyakan siswa yang lain, kerap kali dianggap nakal, gagal, bodoh, atau lambat. Jika kita renungkan lebih dalam, ternyata bukan mereka yang bermasalah, melainkan sebenarnya mereka mengalami kebingungan dalam menerima pelajaran karena tidak mampu mencerna materi yang kita diberikan.



Mengapa hal itu terjadi? Tampaknya, siswa gagal mencerna materi disebabkan oleh ketidaksesuaian gaya mengajar kita dengan gaya belajar siswa. Sebaliknya, jika ‘frekuensi’ gaya mengajar kita sudah sesuai dengan ‘frekuensi’ gaya belajar kita, insyaAllah pelajaran akan terasa  mudah dipahami. Karena pada hakikatnya gaya mengajar adalah strategi mentranfer informasi, sedangkan gaya belajar adalah bagaimana sebuah informasi dapat diterima oleh siswa. Untuk mensinkronkan itu perlu gaya mengajar yang bervariasi.
Variasi gaya mengajar adalah perubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan kita dalam proses KBM yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa kita memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Hal ini bisa dibuktikan melalui ketekunan, antusiasme, keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya kita di kelas.
 Ustadz/ah, Siswa kita tidak bisa dipaksakan untuk terus menerus memusatkan perhatiannya dalam mengikuti pelajaran, apalagi jika kita saat mengajar tidak menggunakan variasi (monoton) yang membuat siswa kita kurang perhatian, mengantuk, dan bosan. Untuk mengatasi hal itut perlu adanya beberapa variasi, misalnya:
1) Variasi gaya mengajar
2) Variasi dalam menggunakan media
3) Variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.

Adanya variasi gaya mengajar sekurang-kurangnya dapat:
1) Meningkatkan, menimbulkan dan memelihara perhatian siswa terhadap pelajaran kita.
2)   Memberi kesempatan untuk berkembangnya rasa ingin tahu dan berfungsinya motivasi belajar.
3)    Memupuk dan membentuk sikap positif mereka terhadap kita.
4)    Membantu siswa kita senang dalam belajar.
5)    Memberi pengalaman belajar yang menarik sehingga materi mudah diserap.


Komponen variasi gaya mengajar:
a.      Variasi suara
Variasi suara kita (intonasi, volume, dan kecepatan) mempengaruhi informasi yang kita sampaikan. Perubahan suara bisa dari keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, atau dari cepat menjadi lambat. Intonasi suara mempunyai pengaruh pada daya tangkap siswa terhadap pembicaraan kita.  bicara kita yang datar (monoton) akan membosankan siswa, sehingga siswa cepat lelah dalam mendengarkan. Demikian pula bicara yang naik turun atau bersendat-senda, akan menjadi bahan tertawaan dan cenderung ditirukan dengan maksud mengejek. Kelancaran bicara kita patut diperhatikan karena mempunyai pengaruh yang besar pada daya tangkap siswa.

b.      Pemusatan perhatian
Arahkan perhatian siswa pada hal-hal yang baru dan penting. Biasanya kita sering menggunakan kata-kata, “perhatikan ini baik-baik”. Umumnya perhatian siswa juga terarah pada hal-hal yang rumit. (namun jangan sekali-kali mempersulit pelajaran yang sederhana dikarenakan semata-mata untuk menarik perhatian siswa kita).

c.       Kesenyapan
Kesenyapan adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba di saat kita menerangkan sesuatu. Kesenyapan merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Dengan keadaan senyap atau diamnya kita secara tiba-tiba bisa menimbulkan perhatian siswa, sebab siswa merasa ingin tahu apa yang selanjutnya terjadi. Pun pada saat memberi pertanyaan, beri waktu yang cukup agar siswa kita mengingat kembali informasi dan mengorganisasikannya menjadi jawaban yang kita harapkan.

d.      Kontak pandang
Ketika mengajar, hendaknya kita tidak terlalu sering menunduk atau melihat ke langit-langit. Usahakan ada kontak pandang sewajarnya sehingga terjadi interaksi yang bermakna.


e.       Gerakan anggota badan
Variasi ekspresi kita (wajah, gerakan kepala, gerakan tangan dan anggota badan lainnya) adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi, gunanya selain untuk menarik perhatian, juga untuk menyampaikan arti dari pesan lisan yang kita maksudkan sehingga memperjelas penyampaian materi. Siswa akan lebih jelas dalam memahami sesuatu menggunakan indera pendengar dan disertai indera penglihatan atau mata, semakin banyak indera yang digunakan hasilnya semakin baik.

f.       Pemindahan posisi guru.
Perpindahan posisi kita dalam ruang kelas dapat membantu menarik perhatian siswa. Jangan terlalu kaku, berlebihan dan kelihatan terburu-buru. Lakukan  secara bebas dan sewajarnya saja. Jika kaku akan membosankan siswa, jika berlebihan akan menganggu konsentrasi siswa.

Ustadz/ah, apa yang telah diuraikan di atas adalah sekelumit upaya agar siswa ‘mau’ (tanpa disuruh/dipaksa)  belajar. Kita juga sadar bahwa tidak ada satupun model, strategi, pendekatan mengajar yang paling baik/sempurna. Semua tergantung pada situasi dan kondisi saat pembelajaran berlangsung. Misalnya, mengajar di jam-jam awal biasanya ‘lebih mudah’ dibanding selepas dhuhur. Karena saat pagi, badan masih fresh dan pikiran belum ‘tercemari’, sedangkan waktu siang, otak sudah ‘drop’ sehingga perlu di ‘charge’ ulang dengan gaya mengajar yang sesuai. Kemampuan kita membaca ‘keadaan’ turut menentukan gaya mengajar yang kita pilih.

Adalah mimpi kita bersama, bahwa kehadiran kita di kelas selalu ditunggu-tunggu dan dinanti-nanti siswa kita. Ketidakberadaan kita di tengah-tengah siswa kita menjadi hal yang ‘tidak mengenakkan’ bagi mereka. Akankah mimpi itu segera terwujud?. Semoga …

1 komentar:

  1. namun untuk pembelajaran di siang hari saya rasa hanya beberapa guru yang dapat mengembalikan pikiran siswa kembali fresh.....
    untuk yang lebih efektif dengan pengisian setiap kelas yang tidak lebih dari 25 karena semakin banyak siswa di dalam kelas maka akan makin banyak kejadian yang tidak diinginkan terjadi......
    sekedar saran (farid)

    BalasHapus