Ustadz/ah, setiap manusia itu terlahir dalam keadaan berbeda satu
sama lain. Perbedaan genetik plus pengaruh lingkungan yang melingkupinya akan
membentuk manusia menjadi individu yang memiliki karakter dasar yang unik. Begitupun
siswa kita. Adanya siswa yang "berbeda" dengan kebanyakan siswa yang
lain, kerap kali dianggap nakal, gagal, bodoh, atau lambat. Jika kita renungkan
lebih dalam, ternyata bukan mereka yang
bermasalah, melainkan sebenarnya mereka mengalami kebingungan dalam
menerima pelajaran karena tidak mampu
mencerna materi yang kita diberikan.
Mengapa hal itu terjadi? Tampaknya,
siswa gagal mencerna materi disebabkan oleh ketidaksesuaian gaya mengajar kita
dengan gaya belajar siswa. Sebaliknya, jika ‘frekuensi’ gaya mengajar kita sudah
sesuai dengan ‘frekuensi’ gaya belajar kita, insyaAllah pelajaran akan
terasa mudah dipahami. Karena pada
hakikatnya gaya mengajar adalah strategi mentranfer informasi, sedangkan gaya
belajar adalah bagaimana sebuah informasi dapat diterima oleh siswa. Untuk
mensinkronkan itu perlu gaya mengajar yang bervariasi.
Variasi gaya mengajar adalah perubahan
tingkah laku, sikap dan perbuatan kita dalam proses KBM yang bertujuan untuk
mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa kita memiliki minat belajar yang
tinggi terhadap pelajarannya. Hal ini bisa dibuktikan melalui ketekunan,
antusiasme, keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya kita di
kelas.
Ustadz/ah,
Siswa
kita tidak bisa dipaksakan untuk terus menerus memusatkan perhatiannya dalam
mengikuti pelajaran, apalagi jika kita saat mengajar tidak menggunakan variasi (monoton)
yang membuat siswa kita kurang perhatian, mengantuk, dan bosan. Untuk mengatasi
hal itut perlu adanya beberapa variasi, misalnya:
1) Variasi
gaya mengajar
2) Variasi
dalam menggunakan media
3) Variasi
dalam interaksi antara guru dengan siswa.
Adanya
variasi gaya mengajar sekurang-kurangnya dapat:
1) Meningkatkan,
menimbulkan dan memelihara perhatian siswa terhadap pelajaran kita.
2) Memberi kesempatan untuk berkembangnya
rasa ingin tahu dan berfungsinya motivasi belajar.
3) Memupuk dan membentuk sikap positif mereka
terhadap kita.
4) Membantu siswa kita senang dalam belajar.
5) Memberi pengalaman belajar yang
menarik sehingga materi mudah diserap.
Komponen
variasi gaya mengajar:
a.
Variasi suara
Variasi
suara kita (intonasi, volume, dan kecepatan) mempengaruhi informasi yang kita sampaikan.
Perubahan suara bisa dari keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, atau
dari cepat menjadi lambat. Intonasi suara mempunyai pengaruh pada daya tangkap
siswa terhadap pembicaraan kita. bicara kita
yang datar (monoton) akan membosankan siswa, sehingga siswa cepat lelah dalam
mendengarkan. Demikian pula bicara yang naik turun atau bersendat-senda, akan
menjadi bahan tertawaan dan cenderung ditirukan dengan maksud mengejek. Kelancaran
bicara kita patut diperhatikan karena mempunyai pengaruh yang besar pada daya
tangkap siswa.
b.
Pemusatan perhatian
Arahkan perhatian siswa pada
hal-hal yang baru dan penting. Biasanya kita sering menggunakan kata-kata,
“perhatikan ini baik-baik”. Umumnya perhatian siswa juga terarah pada hal-hal
yang rumit. (namun jangan sekali-kali mempersulit pelajaran yang sederhana dikarenakan semata-mata
untuk menarik perhatian siswa kita).
c.
Kesenyapan
Kesenyapan
adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba di saat kita menerangkan sesuatu. Kesenyapan
merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Dengan keadaan senyap
atau diamnya kita secara tiba-tiba bisa menimbulkan perhatian siswa, sebab
siswa merasa ingin tahu apa yang selanjutnya terjadi. Pun pada saat memberi
pertanyaan, beri waktu yang cukup agar siswa kita mengingat kembali informasi
dan mengorganisasikannya menjadi jawaban yang kita harapkan.
d.
Kontak pandang
Ketika mengajar, hendaknya kita
tidak terlalu sering menunduk atau melihat ke langit-langit. Usahakan ada
kontak pandang sewajarnya sehingga terjadi interaksi yang bermakna.
e.
Gerakan anggota badan
Variasi ekspresi kita (wajah, gerakan kepala, gerakan tangan
dan anggota badan lainnya) adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi,
gunanya selain untuk menarik
perhatian,
juga untuk
menyampaikan arti dari pesan lisan yang kita maksudkan sehingga memperjelas
penyampaian materi.
Siswa akan lebih jelas dalam memahami sesuatu menggunakan
indera pendengar dan disertai indera penglihatan atau mata, semakin banyak
indera yang digunakan hasilnya semakin baik.
f.
Pemindahan posisi guru.
Perpindahan posisi kita dalam ruang kelas dapat membantu menarik perhatian siswa. Jangan terlalu kaku, berlebihan
dan kelihatan terburu-buru. Lakukan secara bebas dan sewajarnya saja. Jika kaku
akan membosankan siswa, jika berlebihan akan menganggu konsentrasi siswa.
Ustadz/ah,
apa yang telah diuraikan di atas adalah sekelumit upaya agar siswa ‘mau’ (tanpa
disuruh/dipaksa) belajar. Kita juga sadar
bahwa tidak ada satupun model, strategi, pendekatan mengajar yang paling
baik/sempurna. Semua tergantung pada situasi dan kondisi saat pembelajaran
berlangsung. Misalnya, mengajar di jam-jam awal biasanya ‘lebih mudah’
dibanding selepas dhuhur. Karena saat pagi, badan masih fresh dan pikiran belum
‘tercemari’, sedangkan waktu siang, otak sudah ‘drop’ sehingga perlu di
‘charge’ ulang dengan gaya mengajar yang sesuai. Kemampuan kita membaca ‘keadaan’
turut menentukan gaya mengajar yang kita pilih.
Adalah
mimpi kita bersama, bahwa kehadiran kita di kelas selalu ditunggu-tunggu dan
dinanti-nanti siswa kita. Ketidakberadaan kita di tengah-tengah siswa kita
menjadi hal yang ‘tidak mengenakkan’ bagi mereka. Akankah mimpi itu segera
terwujud?. Semoga …
namun untuk pembelajaran di siang hari saya rasa hanya beberapa guru yang dapat mengembalikan pikiran siswa kembali fresh.....
BalasHapusuntuk yang lebih efektif dengan pengisian setiap kelas yang tidak lebih dari 25 karena semakin banyak siswa di dalam kelas maka akan makin banyak kejadian yang tidak diinginkan terjadi......
sekedar saran (farid)