Sesekali coba tanyakan kepada
siswa, guru
yang mengajarnya enak itu seperti apa? Kemungkinan besar jawaban siswa berbeda-beda. Antara
siswa yang
satu dengan sisa yang lain, berbeda dalam menilai guru. Walau guru yang dinilai
itu sama dan siswa tadi berada pada kelas yang sama. Biasanya siswa berkomentar, guru yang mengajarnya enak itu, yaa
kalau menerangkan enak. Coba kejar dengan pertanyaan, menerangkan enak itu
seperti apa? Kira-kira jawabnya, yaa kalau menerangkan itu mudah dimengerti.
Dengan
pertanyaan yang sama, jawaban lain adalah guru yang mengajarnya nyantai, tidak galak, suka humor,
penyabar dan lain sebagainya. Sulit mendefinisikan dengan clear,
apa kriteria
guru mengajar dengan baik. Namun demikian ada keterampilan mendasar yang bisa
dijadikan patokan, apakah seorang guru itu mengajar dengan baik atau belum.
Berikut ini keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh seorang guru.
1. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
2. Keterampilan Bertanya
3. Keterampilan Memberi Penguatan
4. Keterampilan Mengadakan
Variasi
5. Keterampilan Menjelaskan
Materi
6. Keterampilan Mengelola Kelas
7. Keterampilan Membimbing
Diskusi kelompok Kecil
8. Keterampilan Mengajar
Kelompok Kecil dan Perorangan
Andai ke delapan
keterampialn di atas dikuasai dengan baik, maka predikat guru yang mengajarnya
enak akan mudah didapat. Tentu hal ini tidak mudah. Tetapi juga bukan hal yang
mustahil. Perlu jam terbang yang cukup.
Semaikin sering dipraktekkan semakin ketemu sense of teaching
seorang guru. Maka tidak heran jika seorang calon guru harus mengadakan magang,
PPL atau sejenisnya. Ini dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan sense of teaching
tadi.
Pertanyaan
berikutnya, apakah dengan ke 8 keterampilan mengajar saja cukup? Menurut
penulis, belum cukup. Mengapa? Karena, ada sesuatu yang hilang. Ada satu esensi
yang harus ada, untuk melengkapi 8 keterampilan mengajar tersebut. Satu hal itu
adalah integrasi nilai-nilai. Guru yang hanya mahir ke 8 keterampilan dasar
diatas, benar materi tersampaikan dengan baik. Siswa dapat menangkap materi.
Tetapi hakikatnya jiwa sisa kering. Jauh dari Tuhannya.
Bukankah
seharusnya semakin banyak ilmu, maka semakin dekat seorang hamba dengan sang
pemilik segala ilmu. Oleh karenanya perlu ntegrasi nilai-nilai, baik keimanan maupun
moral. Nilai-nilai ini bisa ditempatkan pada saat membuka atau menutup
pelajaran. Bisa juga saat memulai diskusi, atau saat menerapkan keterampilan
bertanya. Pada prinsipnya setiap aspek keterampilan dasar di atas dapat
disisipi nilai-nilai ketuhanan. Hal ini juga sejalan dengan implementasi K13
khususnya untuk KI-1. Integrasi inilah yang disebut penulis dengan +1 pada
judul di atas.
Nah akankah kita mempraktekkan +1 itu?
Mudah-mudahan iya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar