Di setiap kelas dan di setiap
tahun pelajaran, sering kita temui siswa yang malas, tampak malas, pura-pura
malas atau betul-betul malas. Ini penyakit klasik dan menimpa hampir semua
sekolah, di jenjang apapun dan dimanapun sekolah itu berada. Baik di kota, di
desa maupun di daerah terpencil. Tabiat siswa ini sering dirasakan tapi sulit
ditemukan penawarnya. Andai kita mengetahui penyebab murid menjadi malas,
mungkin sedkit banyak akan membantu kita mencarikan alternatif solusinya.
Berikut ini 8 faktor yang ditengarai menyebabkan siswa menjadi
malas.
Pertama, anggapan
siswa bahwa aktivitas di sekolah itu tidak penting. Tidak ada hubungannya
dengan mereka dan kehidupan mereka. Siswa seperti ini biasanya cuek dengan
apapun yang disampaikan oleh guru.
Kedua, perasaan
takut salah. Siswa seperti ini merasa aman untuk tidak melakukan sesuatu. Dia beranggapan
bahwa lebih baik tidak melakukan daripada melakukan tapi salah.
Ketiga, bersikap
cool. Siswa ini menampakkan dirinya seperti orang yang 'nyantai'. Dia akan
melakukan kalau yang lain sudah melakukan. Jarang dia berinisiatif. Sikapnya selalu menunggu dan lihat kondisi
teman.
Keempat,
bermasalah dalam belajar. Siswa seperti ini tidak gigih dalam menyelesaikan
tugas. Biasanya mudah frustasi. Mudah mengeluh jika diberi PR. Kalaupun
melakukan dia mengerjakan asal-asalan. Apa adanya, yang penting bebas
kewajiban.
Kelima, kurang
tantangan. Siswa menjadi malas kadang-kadang pemicunya adalah guru. Tugas-tugas
yang diberikan jauh di bawah rata-rata. Tugas dianggap kurang menantang. Atau sebaliknya,
tugas yang diberikan guru terlalu tinggi, terlampau jauh dari kemampuan kognitifnya,
sehingga siswa malas untuk berfikir lebih.
Keenam, minta
diperhatikan. Siswa model ini selalu ada dan sering kita jumpai di kelas manapun.
Dia biasanya mencoba menarik perhatian guru dan menampakkan dirinya seperti
orang yang membutuhkan bantuan. Kadang dia sering bertanya, walau hal itu sudah
dijelaskan sang guru. Siswa seperti ini inginnya semua tugas guru yang
menyelesaikan.
Ketujuh,
emosional. Siswa ini mudah tersinggung. Kadang emosinya meledak-ledak. Mungkin terjangkit
depresi, walau dengan skala ringan. Siswa ini kurang tertarik terhadap
tugas-tugas sekolah. Dia sulit untuk bisa fokus.
Kedelapan, gelisah.
Gestur siswa biasanya mudah dikenali. Dia tidak bisa tenang. Ada saja yang
dilakukan, meski kadang tidak jelas. Siswa
seperti ini biasanya kemampuan nya di bawah rata-rata. Rasa gelisah ini mungkin
disebabkan mereka mempunyai masalah, baik masalah dengan teman maupun
keluarganya.
Siswa tidak akan menjadi malas apabila
guru tahu bagaimana seharusnya bersikap dan berusaha mencari cara untuk menyelesaikannya.
Berikut ini alternatif untuk mengatasi siswa yang malas:
1. Guru sebaiknya memberi respon positif
sesegera mungkin untuk mensupport siswa bahwa dia dapat melakukannya dengan
baik. Kalimat positif dan pujian harus sering kita lontarkan. Jangan pernah
men-down-kan siswa dengan kata-kata negatif. Hal ini kadang dilakukan guru,
walau itu maksudnya guyon (bercanda). Bagi siswa yang sense of humor nya
rendah, itu bisa membekas di hatinya dan menyebabkan dia malas.
2. Guru sebaiknya memberi kesempatan
kepada siswa untuk sukses mengerjakan tugas yang tidak terlalu mudah juga tidak
terlalu sulit. Pemilihan tipe soal ini penting. Agar siswa merasa dirinya BISA,
dan teransang untuk melakukan lebih.
3. Guru sebaiknya membantu siswa untuk
menemukan nilai postif yang berguna bagi dirinya dari setiap materi yang kita
berikan. Oleh karenanya guru harus menyampaikan tujuan pembelajaran dengan
baik. Jika tidak, siswa akan kebingungan untuk apa dia mempelajari materi yang
kita ajarkan.
4. Guru sebaiknya menciptakan susanana
pembelajaran yang terbuka dan positif. Jam terbang guru mempengaruhi hal ini,
walau ini bukan segala-galanya. Guru yang tidak kaku, dan sering menyisipkan joke
akan membuat siswa merasa nyaman belajar.
5. Guru sebaiaknya membantu siswa untuk
merasakan bahwa dia sangat berharga bagi kelompoknya. Ini bisa diterapkan untuk
tugas – tugas kelompok. Baik kelompok kecil maupun kelompok besar. Yakinkan siswa
bahwa semua punya peran dan keberhasilan kelompok bergantung keberhasilan
masing-masing individu. Jika ada salah satu anggota yang tidak berperan atau
malah ‘nggembosi’ maka akan merusak kelompoknya.
Nah, itu tadi beberapa solusi untuk
siswa yang malas. Kalau guru yang malas, bagaimana? Ah, semoga tidak.
terimakasih atas alternatif yang telah diberikan ustadz, semoga kami menjadi guru pejuang yang mampu mengatasi berbagai permasalahan siswa, dan bisa menjadikan siswa menjadi lebih baik lagi. amiin
BalasHapussaya sangat setuju dan perlu belajar dengan alternatif point 1 "Guru sebaiknya memberi respon positif sesegera mungkin untuk mensupport siswa bahwa dia dapat melakukannya dengan baik....." .,
BalasHapusterimakasih ustadz