Dunia pendidikan di negeri ini
masih terpuruk. Masih jauh dari harapan kita semua. Amanat “mencerdaskan
kehidupan bangsa” seperti tertera dalam pembukaan UUD 1945, masih sekedar
wacana. Perlu terobosan besar bagi pemerintah, agar negara besar ini benar-benar
menjadi negara yang disegani di kawasan Asia. Semua itu hanya bisa dimulai dari
bidang pendidikan.
Sesungguhnya bangkitnya suatu
negara sangat ditentukan oleh Sumber Daya Manusianya (SDM) bukan sumber daya
alamnya. SDM yang baik itu di produksi oleh sistem pendidikan yang baik.
Sedangkan pendidikan yang baik berasal dari guru-guru yang terbaik. Hanya guru
yang berkualitas saja yang bisa melahirkan generasi yang berkualitas.
Menurut penulis ada 4 macam
kualitas guru. Bagian berikut ini akan menjelaskan ciri-ciri kualitas guru
tersebut.
Pertama, Guru KW1. Guru
ini mengajar dengan profesional. Dia biasa mempersiapkan desain,
instrumen dan bahan pembelajaran lain TANPA diminta. Karena dia menggangap itu
sudah menjadi kebutuhan. Guru tipe ini aktif mencari dan mengembangkan bahan
ajar. Dia juga aktif mencari metode atau cara agar anak didiknya berhasil. Tidak
lupa juga dia aktif ‘merenung’, mengevaluasi kinerja sendiri. Dia berusaha
menjadi contoh dan pembimbing yang baik bagi siswanya. Keberhasilan mengajarnya
tinggi. Ciri lainnya, dia suka berkumpul dengan siswa dibanding dengan guru.
Akibatnya dia mempunyai kedekatan dan pengaruh yang kuat pada siswa. Bahkan tidak
jarang dia menjadi idola di sekolah.
Kedua, Guru KW2. Guru
ini masih taraf belajar untuk mengajar. Dia menyadari fungsi perencanaan,
instrumen dan bahan ajar tetapi masih kesulitan menyusun dan mengembangkannya.
Biasanya belum percaya diri, tetapi tidak segan belajar pada teman sejawat. Terbuka
pada kritik, saran dan masukan orang lain. Dia juga banyak membahas masalah
pembelajaran dan siswa sebagai topik pembicaraan. Umumnya guru tipe ini tidak
berhenti mencari cara agar siswanya berhasil mencapai kompetensi. Ciri lainnya
adalah kadang dia masih gugup ketika menghadapi wali murid. Namun demikian guru
seperti ini masih berpotensi untuk menjadi idola bagi siswanya.
Ketiga, Guru KW3. Guru
ini mengajar setengah-setengah. Meski mampu, dia enggan menyiapkan bahan
ajar. Karena dia menganggap itu sebagai beban. Kompetensinya tidak berkembang.
Dia tidak berorientasi pada kepuasan kerja. Dia biasa bilang ‘dibayar berapa?’
atau ‘ada tambahan berapa?’. Guru tipe ini biasanya menghindar dari tugas
sekolah. Suka beralasan repot jika imbalan tidak memadai. Kaya alasan untuk
membenarkan diri. Biasanya akrab dengan
pembicaraan negatif, kasak – kusuk, bahkan tidak jarang berbau sinisme
dan permusuhan. Dia hanya aktif bila ada maunya, seperti kalau ada supervisi
atau promosi atau takut kena sangsi. Keberhasilan mengajarnya rendah. Tidak
peduli meski anak didiknya belum berhasil. Lebih suka santai dalam mengajar dan
cuek sama siswa. Umumnya dia suka berkumpul dengan guru dibanding dengan siswa.
Keempat, Guru KW4. Guru
ini perlu ‘diajar’. Guru tipe ini
mengeluh jika diminta membuat desain dan instrumen bahan ajar. Kompetensinya tidak
berkembang. Dia sulit memahami dan mudah bingung bila dihadapkan pada konsep (kurikulum)
baru. Celakanya, dia tidak menyadari kekurangan dirinya. Biasanya tidak
berpendirian dan mudah terpengaruh orang lain. Kadang mudah tersinggung dan
kemampuan berfikirnya rasionalnya rendah. Dia juga tidak disiplin. Bekerja keras
bila ada imbalan yang sepadan. Tidak tahu sikap dan perilakunya layak dicontoh
siswa atau tidak. Hasil pembelajarannya rendah, tetapi bersikap santai,
seolah-olah tidak ada masalah. Perilaku anak didik biasanya tidak konstruktif
karena guru tipe ini tidak punya kompetensi untuk mendidik.
Nah, apakah Anda termasuk guru KW1? Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar