Jumat, 19 September 2014

Menjadi Guru KW1

Dunia pendidikan di negeri ini masih terpuruk. Masih jauh dari harapan kita semua. Amanat “mencerdaskan kehidupan bangsa” seperti tertera dalam pembukaan UUD 1945, masih sekedar wacana. Perlu terobosan besar bagi pemerintah, agar negara besar ini benar-benar menjadi negara yang disegani di kawasan Asia. Semua itu hanya bisa dimulai dari bidang pendidikan.

Sesungguhnya bangkitnya suatu negara sangat ditentukan oleh Sumber Daya Manusianya (SDM) bukan sumber daya alamnya. SDM yang baik itu di produksi oleh sistem pendidikan yang baik. Sedangkan pendidikan yang baik berasal dari guru-guru yang terbaik. Hanya guru yang berkualitas saja yang bisa melahirkan generasi yang berkualitas.

Menurut penulis ada 4 macam kualitas guru. Bagian berikut ini akan menjelaskan ciri-ciri kualitas guru tersebut.

Pertama, Guru KW1. Guru ini mengajar dengan profesional. Dia biasa mempersiapkan desain, instrumen dan bahan pembelajaran lain TANPA diminta. Karena dia menggangap itu sudah menjadi kebutuhan. Guru tipe ini aktif mencari dan mengembangkan bahan ajar. Dia juga aktif mencari metode atau cara agar anak didiknya berhasil. Tidak lupa juga dia aktif ‘merenung’, mengevaluasi kinerja sendiri. Dia berusaha menjadi contoh dan pembimbing yang baik bagi siswanya. Keberhasilan mengajarnya tinggi. Ciri lainnya, dia suka berkumpul dengan siswa dibanding dengan guru. Akibatnya dia mempunyai kedekatan dan pengaruh yang kuat pada siswa. Bahkan tidak jarang dia menjadi idola di sekolah.

Kedua, Guru KW2. Guru ini masih taraf belajar untuk mengajar. Dia menyadari fungsi perencanaan, instrumen dan bahan ajar tetapi masih kesulitan menyusun dan mengembangkannya. Biasanya belum percaya diri, tetapi tidak segan belajar pada teman sejawat. Terbuka pada kritik, saran dan masukan orang lain. Dia juga banyak membahas masalah pembelajaran dan siswa sebagai topik pembicaraan. Umumnya guru tipe ini tidak berhenti mencari cara agar siswanya berhasil mencapai kompetensi. Ciri lainnya adalah kadang dia masih gugup ketika menghadapi wali murid. Namun demikian guru seperti ini masih berpotensi untuk menjadi idola bagi siswanya.

Ketiga, Guru KW3. Guru ini mengajar setengah-setengah. Meski mampu, dia enggan menyiapkan bahan ajar. Karena dia menganggap itu sebagai beban. Kompetensinya tidak berkembang. Dia tidak berorientasi pada kepuasan kerja. Dia biasa bilang ‘dibayar berapa?’ atau ‘ada tambahan berapa?’. Guru tipe ini biasanya menghindar dari tugas sekolah. Suka beralasan repot jika imbalan tidak memadai. Kaya alasan untuk membenarkan diri. Biasanya akrab dengan  pembicaraan negatif, kasak – kusuk, bahkan tidak jarang berbau sinisme dan permusuhan. Dia hanya aktif bila ada maunya, seperti kalau ada supervisi atau promosi atau takut kena sangsi. Keberhasilan mengajarnya rendah. Tidak peduli meski anak didiknya belum berhasil. Lebih suka santai dalam mengajar dan cuek sama siswa. Umumnya dia suka berkumpul dengan guru dibanding dengan siswa.

Keempat, Guru KW4. Guru ini perlu ‘diajar’.  Guru tipe ini mengeluh jika diminta membuat desain dan instrumen bahan ajar. Kompetensinya tidak berkembang. Dia sulit memahami dan mudah bingung bila dihadapkan pada konsep (kurikulum) baru. Celakanya, dia tidak menyadari kekurangan dirinya. Biasanya tidak berpendirian dan mudah terpengaruh orang lain. Kadang mudah tersinggung dan kemampuan berfikirnya rasionalnya rendah. Dia juga tidak disiplin. Bekerja keras bila ada imbalan yang sepadan. Tidak tahu sikap dan perilakunya layak dicontoh siswa atau tidak. Hasil pembelajarannya rendah, tetapi bersikap santai, seolah-olah tidak ada masalah. Perilaku anak didik biasanya tidak konstruktif karena guru tipe ini tidak punya kompetensi untuk mendidik.


Nah, apakah Anda termasuk guru KW1? Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar