Kamis, 27 November 2014

Guru Borderless

Cobalah sekali-kali bertanya pada seorang siswa, buat apa belajar matematika? Kemungkinan besar dia akan diam sejenak. Sambil mendongak dan bergumam ehm, apa yaa. Paling dia akan menjawab, pokoknya matematika itu bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Coba tanya lagi, terus manfaatnya apa? Paling sering siswa akan menjawab yaa untuk menghitung kalau kita belanja. Atau dia kan menjawab yaa agar kita bisa menghitung waktu, kapan berangkat dan kapan pulang.

Jawaban di atas tidaklah salah. Lumrah. Padahal kalau sekedar menghitung belanjaan, tidak usah pakai matematika, toh sekarang sudah ada barcode. Tinggal di laser udah keluar angka-angka. Dijamin tepat, hitungan tidak akan meleset. Kalau sekedar mengitung waktu, tidak perlu metematika tinggi. Toh, sekarang udah ada alarm, baik di HP atau di jam tangan. Di jamin alarm itu konsinten dan tidak akan malas mengingatkan kita.


Jawaban siswa seperti di atas wajar-wajar saja dan memang sering kita jumpai. Pertanyaannya, mengapa jawabnya hampir seragam? Iya, karena guru matemtika jarang mengurai manfaat belajar matematika. Guru hanya fokus pada topik yang diajarkan. Kalaupun di akhir dijelaskan aplikasinya, dari tahun ke tahun yaa itu itu saja. Padahal dunia setiap saat selalu berkembang. Tentu semua itu tidak lepas dari pengembangan ilmu dan penemuan – penbemuan baru yang semuanya berbasis logika. Padahal kita tahu, logika itu sendiri banyak dipelajari di matematika.

Untuk saat sekarang dan mungkin masa mendatang, jika seorang guru matematika hanya mengajarkan konten matematika yang sifatnya matematika ansih, maka bersiaplah untuk ditinggalkan para siswa. Matematika akan menjadi kering, tidak bermakna, bahkan mungkin saja disimpulkan tidak ada manfaatnya. Kalaupun ada itu kecil karena sekarang semua itu bisa digantikan oleh mesin. Akan jadi bahaya jika siswa berkata, buat apa belajar mati-matian, kalau toh nanti tidak bisa dipakai.

Benar, di abad ini kita dituntut semakin spesialis, menguasai bidang tertentu. Namun bukan berarti kita cuek dengan ilmu lain. Tidak ambil peduli dan tidak mau belajar. Justru seorang matematika dituntut banyak membaca dan terus mengikuti perkembangan ilmu lain. Maka tidak heran seorang guru matematika, juga harus tahu fisika, biologi, geografi, kimia, astronomi, dan lain sebagainya. Oleh karenanya, belakangan muncul pelajaran tematik. Itu menandakan bahwa mapel yang satu dengan yang lainnya sudah tidak tersekat-sekat lagi.

Sebaiknya guru matematika tahu banyak aplikasi ilmu yang diampunya. Tahu betul, buat apa belajar gradien dan persamaan garis. Tahu banyak, mengapa harus belajar garis singgung lingkaran. Mengapa harus belajar limit, logaritma, dan deferensial.  Manfaatnya apa dan aplikasinya apa. Andai tidak belajar itu apa dampaknya. Jika hal demikian tidak dilakukan, kemungkinan besar sang guru akan mengajarkan ilmu yang hampa. Mengajarkan angka-angka yang miskin makna.

Akan menjadi lebih baik, ketika guru menjelaskan teori himpunan, diperkenalkan ke siswanya bahwa ilmu ini banyak kegunaannya. Salah satunya adalah untuk menentukan daerah eksplorasi minyak bumi. Dengan pencitraan satelit akan diperoleh peta yang potensial kaya minyak. Dengan pemotretan kedua (tentu dengan sudut berbeda) akan diperoleh peta baru. Begitu seterusnya. Irisan himpunan peta itulah yang kemungkinan besar terdapat cadangan minyak bumi. Walau sesungguhnya di lapangan tidak sesederhana itu. Hal yang senada di gunakan, jika akan menentukan titik yang akan dibangun tower penguat sinyal telephon.

Saat guru menjelaskan bab persamaan garis, akan lebih baik ditunjukkan manfaat mempelajari ilmu ini. Salah satunya adalah peramalan. Kita bisa memprediksi naik turun nya saham dengan melihat pola garis. Itu baru garis lurus, belum garis lengkung yang berbentuk kurva. Padahal di alam ini sangat jarang ditemui kasus garis lurus, lebih banyak yang lengkung bahkan berbentuk gelombang. Di antariksa orbit planet dan benda langit lainnya juga tidak selalu lurus. Namun semua itu dimulai dari belajar gradien dan persamaan garis lurus. Pengenalan aplikasi suatu topik matematika menjadi awalan yang bagus, dan akan menentukan minat siswa untuk belajar selanjutnya.

Guru yang mampu mengaitkan materi matematika dengan aplikasi di bidang lain, dia akan lebih percaya diri. Bahkan bisa meyakinkan siswa bahwa matematika benar-benar king of science. Apersepsi di awal pembelajaran akan lebih bermakna. Terapan materi di akhir pelajaran semakin mengokohkan bahwa matematika diperlukan di semua bidang. Jika sudah tercipta atsmosfir seperti itu, maka guru seperti ini sudah borderless. Akhirnya siswa akan sulit menyimpulkan, apakah gurunya itu guru matematika atau bukan. Karena dia mampu mengetahui banyak hal. Dia mampu menunjukkan bahwa matematika hanya alat bantu. Tetapi mampu masuk ke semua lini ilmu.


Nah, sudah saatnya kini guru matematika meng upgrade diri agar menjadi pribadi yang borderless. Mau?

1 komentar: