Lima menit lebih kami berdiri di depan
pintu rumah. Tak ada jawaban walaupun bel saya tekan tiga kali. Rumah itu
besar, anggun dan asri. Terdapat taman indah di depan dan sebuah mobil di halaman
samping. “Maaf pak, ibu masih keluar.” Suara itu mengagetkan saya dan pak Yanto.
“Silahkan masuk Pak”. “Oh iya ndak apa-apa mbak, kami sudah janjian kok, kami
tunggu saja. terima kasih.” Jawab saya.
Sambil menunggu kami mencicipi hidangan
setelah di persilahkan. Sesekali kami membaca koran dan majalah di ruang tamu
walau hanya sebatas judul dan sub judulnya saja. Beberapa saat kemudian, sang
tuan rumah datang. Lebih menyenangkan lagi suami beliau juga datang. Setelah
kami memperkenalkan diri, saya mulai mengeksploarsi kepribadian murid saya itu.
Dan ternyata benar, seperti yang terjadi di ruang kelas. Dia pendiam, agak
susah bersosialisasi. Suka fotografi, tapi tidak suka di foto. Sering asyik
dengan dunianya sendiri. Dan yang jelas, pemalu.
Saya putuskan, home visit ke rumah murid
saya ini, karena beberapa hasil try out dia mengecewakan. Hasilnya di bawah
standar minimal. “Iya ustad, saya sudah menyuruhnya belajar, kadang
mendampinginya. Tapi dia bilang sudah belajar, sudah mengerti, dan sudah bisa.”
Begitu komentar mamanya. “Tapi hasilnya masih segini ibu”, balas saya dengan
senyum sambil menujuk angka di kertas nilai try out. Ananda diamana bu? Itu, di
kamar, biasa ustad, malu. Setelah di panggil oleh ayahnya beberapa kali baru
dia keluar, itupun setelah pamit ke ijin ke kamar mandi dulu, cuci muka
katanya.
“Oke, apa yang kamu inginkan dari ustad,
agar prestasi akademikmu meningkat?” Begitu pertanyaan tajam saya kepada dia. Seakan-akan
kesimpulan dari diskusi kami sebelumnya. Seperti saya duga, lama kami menunggu
jawaban. Papa dan mamanya senyum senyum saja. “Sudah utarakan saja, mumpung ada
papa, mama, ust zain, dan ust yanto. Gak usah malu, toh temenmu gak ada yang
denger.” Begitu kata mamanya. “Saya ingin di ajari ustad sendirian”, jawaban
itu mengagetkan kami dan sekaligus memuaskan kami, setelah lama nunggu lama kata-kata
keluar dari mulutnya. Baiklah, akan ustad laksanakan.
Keesokan harinya, waktu istirahat dia
mendekati saya. “Ustad, kalau ini gimana caranya?”. Sambil malu-malu, dia
menyodorkan buku tebal yang dibelikan mamanya dari gramedia. Buku kumpulan soal
persiapan UN 2013. Saya tersenyum. “Lihat ini,” saya ambil kertas kecil dan
menuliskan beberapa langkah. “Yes, makasih ustad, dia langsung nyelonong pergi.
Hari-hari berikutnya selalu begitu yang kami lakukan. Kadang sebelum pelajaran
dimulai, kadang pas istirahat, kadang beberapa menit setelah doa pulang. Bahkan
kadang saat pelajaran lain berlangsung, dan saya duduk di belakang dia
mendekat, bertanya. Mungkin saking penasaranya dengan soal yang dia pilih.
Hal itu berlangsung berhari-hari hingga
menjelang ujian nasional. Dia masih ingat betul apa yang saya sampaikan di
rumahnya. Andai kamu belajar dua soal saja yang sulit, yang kamu rasa tidak
bisa atau ragu-ragu pada jawabannya, sudah berapa banyak soal sulit yang dapat
kamu pecahkan. Dan itu terbukti dia dengan tekun belajar mandiri. Bahkan disaat
temennya bermain di kelas. Dia lebih asyik dengan buku ‘produk luar’ sekolah
tersebut. Saya baru tahu kalau ternyata dia melakukan apa yang saya anjurkan.
Dia mentarget dalam seminggu harus selesai 4 paket. Senin dia belajar paket bahasa
Indonesia, selasa paket bahasa Inggris, rabu matematika dan kamis belajar paket
ipa.
Ketekunan dia membuahkan hasil. Sedikit
demi sedikit nilai matematika nya meningkat. Semakin dekat dengan UNAS nilainya
semakin bagus. Sering saya sebut namanya ketika pembelajaran di kelas. Saya
tunjukkan ke teman-temannya. Bahwa Adil Jihad Muhammad, seorang anak yang
dulunya nilai matematika pas-pasan, sekarang menyalip di urutan 5 atas. Dan puncaknya,
saya benar-benar terharu saat tahu dia mendapatkan nilai sempurna. Nilai
sepuluh untuk mata pelajaran matematika di unas. Saat namanya dipanggil sebagai
salah satu siswa peraih nilai 10, dia sempat menoleh ke saya dan tersenyum.
Seakan-akan berucap, terima kasih ustad. Saya hanya mengangguk bangga.
Tidak menyangka usaha berbulan-bulan dan buah
ketekunan nya akhirnya terjawab sudah. Nilai yang diblok hitam pada saat try
out berubah menjadi nilai sempurna. Masih teringat betul saat saya berucap,
semua siswa punya hak yang sama untuk dapat nilai sepuluh. Setiap siswa juga
punya kesempatan yang sama untuk mendapat nilai sempurna di unas. Dan benar,
akhirnya kesempatan itu diambil oleh Adil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar