Senin, 24 November 2014

Kesempatan untuk Adil

Lima menit lebih kami berdiri di depan pintu rumah. Tak ada jawaban walaupun bel saya tekan tiga kali. Rumah itu besar, anggun dan asri. Terdapat taman indah di depan dan sebuah mobil di halaman samping. “Maaf pak, ibu masih keluar.” Suara itu mengagetkan saya dan pak Yanto. “Silahkan masuk Pak”. “Oh iya ndak apa-apa mbak, kami sudah janjian kok, kami tunggu saja. terima kasih.” Jawab saya.
Sambil menunggu kami mencicipi hidangan setelah di persilahkan. Sesekali kami membaca koran dan majalah di ruang tamu walau hanya sebatas judul dan sub judulnya saja. Beberapa saat kemudian, sang tuan rumah datang. Lebih menyenangkan lagi suami beliau juga datang. Setelah kami memperkenalkan diri, saya mulai mengeksploarsi kepribadian murid saya itu. Dan ternyata benar, seperti yang terjadi di ruang kelas. Dia pendiam, agak susah bersosialisasi. Suka fotografi, tapi tidak suka di foto. Sering asyik dengan dunianya sendiri. Dan yang jelas, pemalu.

Saya putuskan, home visit ke rumah murid saya ini, karena beberapa hasil try out dia mengecewakan. Hasilnya di bawah standar minimal. “Iya ustad, saya sudah menyuruhnya belajar, kadang mendampinginya. Tapi dia bilang sudah belajar, sudah mengerti, dan sudah bisa.” Begitu komentar mamanya. “Tapi hasilnya masih segini ibu”, balas saya dengan senyum sambil menujuk angka di kertas nilai try out. Ananda diamana bu? Itu, di kamar, biasa ustad, malu. Setelah di panggil oleh ayahnya beberapa kali baru dia keluar, itupun setelah pamit ke ijin ke kamar mandi dulu, cuci muka katanya.
“Oke, apa yang kamu inginkan dari ustad, agar prestasi akademikmu meningkat?” Begitu pertanyaan tajam saya kepada dia. Seakan-akan kesimpulan dari diskusi kami sebelumnya. Seperti saya duga, lama kami menunggu jawaban. Papa dan mamanya senyum senyum saja. “Sudah utarakan saja, mumpung ada papa, mama, ust zain, dan ust yanto. Gak usah malu, toh temenmu gak ada yang denger.” Begitu kata mamanya. “Saya ingin di ajari ustad sendirian”, jawaban itu mengagetkan kami dan sekaligus memuaskan kami, setelah lama nunggu lama kata-kata keluar dari mulutnya. Baiklah, akan ustad laksanakan.
Keesokan harinya, waktu istirahat dia mendekati saya. “Ustad, kalau ini gimana caranya?”. Sambil malu-malu, dia menyodorkan buku tebal yang dibelikan mamanya dari gramedia. Buku kumpulan soal persiapan UN 2013. Saya tersenyum. “Lihat ini,” saya ambil kertas kecil dan menuliskan beberapa langkah. “Yes, makasih ustad, dia langsung nyelonong pergi. Hari-hari berikutnya selalu begitu yang kami lakukan. Kadang sebelum pelajaran dimulai, kadang pas istirahat, kadang beberapa menit setelah doa pulang. Bahkan kadang saat pelajaran lain berlangsung, dan saya duduk di belakang dia mendekat, bertanya. Mungkin saking penasaranya dengan soal yang dia pilih.
Hal itu berlangsung berhari-hari hingga menjelang ujian nasional. Dia masih ingat betul apa yang saya sampaikan di rumahnya. Andai kamu belajar dua soal saja yang sulit, yang kamu rasa tidak bisa atau ragu-ragu pada jawabannya, sudah berapa banyak soal sulit yang dapat kamu pecahkan. Dan itu terbukti dia dengan tekun belajar mandiri. Bahkan disaat temennya bermain di kelas. Dia lebih asyik dengan buku ‘produk luar’ sekolah tersebut. Saya baru tahu kalau ternyata dia melakukan apa yang saya anjurkan. Dia mentarget dalam seminggu harus selesai 4 paket. Senin dia belajar paket bahasa Indonesia, selasa paket bahasa Inggris, rabu matematika dan kamis belajar paket ipa.
Ketekunan dia membuahkan hasil. Sedikit demi sedikit nilai matematika nya meningkat. Semakin dekat dengan UNAS nilainya semakin bagus. Sering saya sebut namanya ketika pembelajaran di kelas. Saya tunjukkan ke teman-temannya. Bahwa Adil Jihad Muhammad, seorang anak yang dulunya nilai matematika pas-pasan, sekarang menyalip di urutan 5 atas. Dan puncaknya, saya benar-benar terharu saat tahu dia mendapatkan nilai sempurna. Nilai sepuluh untuk mata pelajaran matematika di unas. Saat namanya dipanggil sebagai salah satu siswa peraih nilai 10, dia sempat menoleh ke saya dan tersenyum. Seakan-akan berucap, terima kasih ustad. Saya hanya mengangguk bangga.

Tidak menyangka usaha berbulan-bulan dan buah ketekunan nya akhirnya terjawab sudah. Nilai yang diblok hitam pada saat try out berubah menjadi nilai sempurna. Masih teringat betul saat saya berucap, semua siswa punya hak yang sama untuk dapat nilai sepuluh. Setiap siswa juga punya kesempatan yang sama untuk mendapat nilai sempurna di unas. Dan benar, akhirnya kesempatan itu diambil oleh Adil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar