Jumat, 17 Oktober 2014

Membunyikan Huruf

Berapa banyak orang islam yang bisa membaca Al Qur’an? Pertanyaan ini simpel, tapi jawabannya susah. Karena hingga kini belum ada data, berapa persen penduduk yang buta huruf hijaiyah. Tapi kalau pertanyaan tadi kita lontarkan ke orang disekitar kita, mungkin jawabnya beragam. Tapi, sebagian besar menjawab banyak. Baik yang menjawab yakin maupun ragu-ragu.

Biasanya mereka beralasan begini. Coba lihat saja, berapa banyak masjid di Indonesia? Berapa mushollahnya?. Pertumbuhan masjid dan mushollah sungguh luar biasa. Hampir bisa dipastikan, jika ada perumahan baru, pasti di situ juga ada masjid baru. Jika ada kantor baru, di situ pasti ada masjid baru. Paling tidak musholla baru. Andai setiap masijd atau mushollah ada TPQ atau TPA, maka jumlah yang bisa membaca Al Qur’an pasti banyak.

Data ini diperkuat dengan banyaknya lantunan ayat suci Al Qur’an di masa Romadhon. Di daerah tertentu malah hampir setiap kamis malam jum’at selalu ada pengajian. Di dalamnya pasti ada unsur membaca Al Qur’an. Belum lagi ditambah dengan menjamurnya lembaga Tahfidz Al Qur’an. Tentu jumlah yang bisa membaca Al Qur’an makin hari makin banyak saja.

Tetapi bila ditanya lebih dalam, berapa banyak yang paham Al Qur’an?. Sebagian besar menjawab dengan senyuman. Tidak usah dimaknai macam-macam. Yang jelas senyum itu artinya sedikit. Kalaupun banyak yang bisa membaca, sesungguhnya itu bukan membaca. Akan tetapi hanya membunyikan Al Qur’an. Tidaklah salah membunyikan saja. Toh juga dapat pahala. Tetapi akan lebih mengena jika selain membunyikan juga bisa membaca. Jika sudah bisa membaca, Al Qur’an akan benar-benar menjadi way of life.

Jauh bedanya antara membunyikan dengan membaca. Coba perhatikan ilustrasi berikut. Ketika seorang anak kecil disajikan huruf-huruf P,R,E,S,T,A,S, dan I, bisa saja si anak membunyikan nya dengan benar. Tetapi belum tentu dia tau apa itu PRESTASI. Dia belum paham makna PRESTASI. Bahkan bisa saja dia menganngagap PRESTASI itu sejeneis makanan atau tumbuhan atau hewan. Nah, beda dengan anak kelas 6 SD misalnya, ketika dia membunyikan PRESTASI, yang ada di otaknya kemungkinan dibayangkan, juara, piala, hadiah dan seterusnya. Dia sudah bisa mengasosiasikan kumpulan huruf yang dirangkai dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Ini bisa menjawab mengapa sesorang bisa berjam-jam nya membaca novel favoritnya. Alam pikirnya bisa berkelana kemana-mana. Walau dia tidak bergeser sesentipun dari tempat duduknya. Kadang dia bisa tersenyum dan menangis hanya dengan melihat rangkaian huruf di novel tersebut.

Kita tahu bahwa setiap kata mempunyai makna. Setiap kalimat mempunyai beragam makna. Jika kita membaca beneran, tentu kita mendapatkan informasi berharga. Selanjutnya informasi ini bisa disimpan dalam memory otak kita. Sebanyak apapun informasi yang kita simpan tidak akan over load. Tidak akan meluber. Seandainya setiap hari kita membaca buku dengan 250 halaman saja, hingga akhir hayat, otak kita tidak akan penuh. Bisa dibayangkan berapa banyak informasi yang terekam di otak kita. Apalagi itu informasi dari Ilahi.


Membaca jauh lebih mulia daripada sekedar melafalkan saja. Orang yang pandai membunyikan saja tidak akan mendapatkan informasi apa-apa dari apa yang dia ucapkan. Bisa jadi mata kita bergerak dari kanan ke kiri (huruf hijaiyah) atau dari kiri ke kanan (huruf latin). Mulut kita mungkin beraktifitas. Keluar energi banyak. Tetapi otak kita tidak bekerja apa-apa. Kosong dari makna dan esensi. Nah, sekarang maukah kita melafalkan Al Qur’an sekaligus membacanya? Tidak usah dijawab. Yang terpenting adalah memulai. Setuju?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar