Berapa banyak orang islam yang
bisa membaca Al Qur’an? Pertanyaan ini simpel, tapi jawabannya susah.
Karena hingga kini belum ada data, berapa persen penduduk yang buta huruf
hijaiyah. Tapi kalau pertanyaan tadi kita lontarkan ke orang disekitar kita,
mungkin jawabnya beragam. Tapi, sebagian besar menjawab banyak. Baik yang
menjawab yakin maupun ragu-ragu.
Biasanya mereka beralasan begini.
Coba lihat saja, berapa banyak masjid di Indonesia? Berapa mushollahnya?. Pertumbuhan
masjid dan mushollah sungguh luar biasa. Hampir bisa dipastikan, jika ada
perumahan baru, pasti di situ juga ada masjid baru. Jika ada kantor baru, di
situ pasti ada masjid baru. Paling tidak musholla baru. Andai setiap masijd
atau mushollah ada TPQ atau TPA, maka jumlah yang bisa membaca Al Qur’an pasti
banyak.
Data ini diperkuat dengan
banyaknya lantunan ayat suci Al Qur’an di masa Romadhon. Di daerah tertentu
malah hampir setiap kamis malam jum’at selalu ada pengajian. Di dalamnya pasti
ada unsur membaca Al Qur’an. Belum lagi ditambah dengan menjamurnya lembaga Tahfidz
Al Qur’an. Tentu jumlah yang bisa membaca Al Qur’an makin hari makin banyak
saja.
Tetapi bila ditanya lebih dalam, berapa
banyak yang paham Al Qur’an?. Sebagian besar menjawab dengan senyuman. Tidak
usah dimaknai macam-macam. Yang jelas senyum itu artinya sedikit. Kalaupun banyak
yang bisa membaca, sesungguhnya itu bukan membaca. Akan tetapi hanya
membunyikan Al Qur’an. Tidaklah salah membunyikan saja. Toh juga dapat pahala.
Tetapi akan lebih mengena jika selain membunyikan juga bisa membaca. Jika sudah
bisa membaca, Al Qur’an akan benar-benar menjadi way of life.
Jauh bedanya antara membunyikan
dengan membaca. Coba perhatikan ilustrasi berikut. Ketika seorang anak kecil
disajikan huruf-huruf P,R,E,S,T,A,S, dan I, bisa saja si anak membunyikan nya
dengan benar. Tetapi belum tentu dia tau apa itu PRESTASI. Dia belum paham makna
PRESTASI. Bahkan bisa saja dia menganngagap PRESTASI itu sejeneis makanan atau
tumbuhan atau hewan. Nah, beda dengan anak kelas 6 SD misalnya, ketika dia
membunyikan PRESTASI, yang ada di otaknya kemungkinan dibayangkan, juara,
piala, hadiah dan seterusnya. Dia sudah bisa mengasosiasikan kumpulan huruf
yang dirangkai dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Ini bisa menjawab
mengapa sesorang bisa berjam-jam nya membaca novel favoritnya. Alam pikirnya
bisa berkelana kemana-mana. Walau dia tidak bergeser sesentipun dari tempat
duduknya. Kadang dia bisa tersenyum dan menangis hanya dengan melihat rangkaian
huruf di novel tersebut.
Kita tahu bahwa setiap kata
mempunyai makna. Setiap kalimat mempunyai beragam makna. Jika kita membaca
beneran, tentu kita mendapatkan informasi berharga. Selanjutnya informasi ini
bisa disimpan dalam memory otak kita. Sebanyak apapun informasi yang kita
simpan tidak akan over load. Tidak akan meluber. Seandainya
setiap hari kita membaca buku dengan 250 halaman saja, hingga akhir hayat, otak
kita tidak akan penuh. Bisa dibayangkan berapa banyak informasi yang terekam di
otak kita. Apalagi itu informasi dari Ilahi.
Membaca jauh lebih mulia daripada
sekedar melafalkan saja. Orang yang pandai membunyikan saja tidak akan mendapatkan
informasi apa-apa dari apa yang dia ucapkan. Bisa jadi mata kita bergerak dari
kanan ke kiri (huruf hijaiyah) atau dari kiri ke kanan (huruf latin). Mulut
kita mungkin beraktifitas. Keluar energi banyak. Tetapi otak kita tidak bekerja
apa-apa. Kosong dari makna dan esensi. Nah, sekarang maukah kita melafalkan Al
Qur’an sekaligus membacanya? Tidak usah dijawab. Yang terpenting adalah memulai.
Setuju?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar