Kamis, 11 Desember 2014

Rumah Sakit Guru

Pernahkah Anda melihat tentara sakit ketika sedang bertugas? Ada, tapi sangat kecil kemungkinannya. Abdi negara yang satu ini harus selalu dalam kondisi bugar. Tubuhnya harus tetap fit. Mereka harus tampil prima. Tidak boleh menunjukkan kondisi lembek, cengeng, ringkih, dan aras-arasen. Oleh karenanya olahraga rutin adalah menu wajib dalam keseharian. Asupan nutrisi juga diperhatikan dengan serius.

Mengapa begitu? Ya, karena negara ini harus dijaga. Dipastikan aman. Sehingga personil yang menjaga negara pun harus sehat. Bisa dibayangkan ,apa jadinya negara jika tentaranya sakit-sakitan. Tentu tetara akan bertugas dengan energi apa adanya. Mereka menjalankan tugas asal-asalan. Akibatnya negara mudah disusupi agen asing. Selanjutnya rahasia negara ada di genggaman negara pesaing.


Dari uraian di atas, tidaklah heran hampir di kota-kota besar selalu ada rumah sakit khusus tentara. Ada rumah sakit Angkatan Darat, rumah sakit Angkatan Laut, rumah sakit Angkatan Udara, dan rumah sakit Polisi. Ini adalah wajar, dan benar adanya. Begitu ada personil yang kurang fit, harus segera teratasi agar ‘stabilitas’ institusi terjaga. Ada juga rumah sakit untuk karyawan BUMN, seperti rumah sakit pertamina dan rumah sakit Pabrik Gula. Bahkan di beberapa propinsi ada rumah sakit haji yang umumnya ramai saat musim haji saja.

Kalau TNI dan Polri dianggap penting karena penjamin keutuhan wilayah NKRI, maka Guru sebagai pencerdas generasi bangsa juga tidak kalah penting. Maka tidak salah jika guru juga harus sehat. Tidak boleh sakit-sakitan. Guru harus fit, bugar, dan prima ketika berdiri di depan anak bangsa. Agar para guru selalu menularkan semangat optimisme untuk memajukan negeri. Bisa dibayangkan jika kurang sehat, tentu proses mendidik dan tranfer ilmu tidak berjalan optimal. Dan dampaknya, remaja pembelajar menjadi lesu dan demotivasi.

Untuk menjamin itu, tentu tidak cukup dengan BPJS atau kartu indonesia sehat (KIS). Perlu rumah sakit khusus guru dengan pelayanan prima. Minimal satu di setiap propinsi. Toh, ada puluhan ribu guru di setiap propinsi. Mulai guru TK, SD, MI, SMP, MTs, SMA, MA, Dosen, Guru TPA/TPQ dan sebagainya. Untuk orang gila saja ada RSJ (Rumah sakit Jiwa), masak untuk pendidik anak bangsa tidak ada?. Kalau memang pendidikan menjadi prioritas utama, untuk mempercepat kebangkitan bangsa, ide ini bukanlah sulit direalisasikan. Rumah sakit guru (Teacher’s Hospital) mutlak diperlukan. Rumah sakit ini menjamin guru-guru ini sehat. Suplemen saja tidak cukup. Harus ada sistem yang menjamin mutu kebugaran guru. Program yang mengedukasi kesehatan guru juga harus ada.

Hingga saat ini, jika guru sakit biasanya ke puskesmas atau dokter umum. Jika agak parah baru ke dokter spesialis. Jika terpaksa opname, ke rumah sakit daerah. Itupun ambil kamar kelas 3. Jika punya sedikit uang lebih, baru ambil kamar nomor 1. Jarang yang ambil kelas paviliun. Berapa sih gaji guru?. Padahal kita tahu, pelayanan kelas paviliun dengan kelas 3, jauh berbeda. Jika urusan sehat untuk guru tidak dipentingkan, maka kondisinya ya tetap saja seperti saat ini.

Kita tentu sangat kehilangan, jika guru baik dan mumpuni akhirnya meninggal hanya gara-gara tidak kuat membayar di rumah sakit mahal. Ilmunya yang dalam belum bisa ditransfer sepenuhnya ke generasi penerus. Padahal guru seperti ini sesungguhnya dibutuhkan untuk perbaikan anak negeri. Sangat jarang lahir guru-guru seperti itu. Belum tentu guru seperti ini ada di setiap generasi dan di setiap propinsi.


Nah, saatnya kita semua mendorong pemerintah untuk mewujudkan rumah sakit khusus guru. Anda setuju?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar