Pernahkah Anda melihat tentara
sakit ketika sedang bertugas? Ada, tapi sangat kecil kemungkinannya. Abdi
negara yang satu ini harus selalu dalam kondisi bugar. Tubuhnya harus tetap
fit. Mereka harus tampil prima. Tidak boleh menunjukkan kondisi lembek,
cengeng, ringkih, dan aras-arasen. Oleh karenanya olahraga rutin adalah
menu wajib dalam keseharian. Asupan nutrisi juga diperhatikan dengan serius.
Mengapa begitu? Ya, karena negara
ini harus dijaga. Dipastikan aman. Sehingga personil yang menjaga negara pun
harus sehat. Bisa dibayangkan ,apa jadinya negara jika tentaranya
sakit-sakitan. Tentu tetara akan bertugas dengan energi apa adanya. Mereka menjalankan
tugas asal-asalan. Akibatnya negara mudah disusupi agen asing. Selanjutnya rahasia
negara ada di genggaman negara pesaing.
Dari uraian di atas, tidaklah
heran hampir di kota-kota besar selalu ada rumah sakit khusus tentara. Ada rumah
sakit Angkatan Darat, rumah sakit Angkatan Laut, rumah sakit Angkatan Udara,
dan rumah sakit Polisi. Ini adalah wajar, dan benar adanya. Begitu ada personil
yang kurang fit, harus segera teratasi agar ‘stabilitas’ institusi terjaga. Ada juga rumah sakit untuk karyawan BUMN, seperti rumah sakit pertamina dan rumah sakit Pabrik Gula. Bahkan
di beberapa propinsi ada rumah sakit haji yang umumnya ramai saat musim haji
saja.
Kalau TNI dan Polri dianggap
penting karena penjamin keutuhan wilayah NKRI, maka Guru sebagai pencerdas generasi
bangsa juga tidak kalah penting. Maka tidak salah jika guru juga harus sehat. Tidak
boleh sakit-sakitan. Guru harus fit, bugar, dan prima ketika berdiri di depan
anak bangsa. Agar para guru selalu menularkan semangat optimisme untuk
memajukan negeri. Bisa dibayangkan jika kurang sehat, tentu proses mendidik dan
tranfer ilmu tidak berjalan optimal. Dan dampaknya, remaja pembelajar menjadi
lesu dan demotivasi.
Untuk menjamin itu, tentu tidak
cukup dengan BPJS atau kartu indonesia sehat (KIS). Perlu rumah sakit khusus
guru dengan pelayanan prima. Minimal satu di setiap propinsi. Toh, ada puluhan
ribu guru di setiap propinsi. Mulai guru TK, SD, MI, SMP, MTs, SMA, MA, Dosen,
Guru TPA/TPQ dan sebagainya. Untuk orang gila saja ada RSJ (Rumah sakit Jiwa), masak
untuk pendidik anak bangsa tidak ada?. Kalau memang pendidikan menjadi
prioritas utama, untuk mempercepat kebangkitan bangsa, ide ini bukanlah sulit
direalisasikan. Rumah sakit guru (Teacher’s Hospital) mutlak diperlukan.
Rumah sakit ini menjamin guru-guru ini sehat. Suplemen saja tidak cukup. Harus
ada sistem yang menjamin mutu kebugaran guru. Program yang mengedukasi kesehatan
guru juga harus ada.
Hingga saat ini, jika guru sakit biasanya
ke puskesmas atau dokter umum. Jika agak parah baru ke dokter spesialis. Jika terpaksa
opname, ke rumah sakit daerah. Itupun ambil kamar kelas 3. Jika punya sedikit
uang lebih, baru ambil kamar nomor 1. Jarang yang ambil kelas paviliun. Berapa sih
gaji guru?. Padahal kita tahu, pelayanan kelas paviliun dengan kelas 3, jauh
berbeda. Jika urusan sehat untuk guru tidak dipentingkan, maka kondisinya ya
tetap saja seperti saat ini.
Kita tentu sangat kehilangan,
jika guru baik dan mumpuni akhirnya meninggal hanya gara-gara tidak kuat membayar
di rumah sakit mahal. Ilmunya yang dalam belum bisa ditransfer sepenuhnya ke
generasi penerus. Padahal guru seperti ini sesungguhnya dibutuhkan untuk
perbaikan anak negeri. Sangat jarang lahir guru-guru seperti itu. Belum tentu
guru seperti ini ada di setiap generasi dan di setiap propinsi.
Nah, saatnya kita semua mendorong pemerintah untuk
mewujudkan rumah sakit khusus guru. Anda setuju?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar