Harusnya anak sekarang makin
pintar. Mengapa? Iya, karena mau tanya apa saja langsung ketemu jawabannya. Tidak
perlu menuggu lama, hanya butuh beberapa detik. Cukup ketik keyword nya langsung keluar situs untuk
menemukan jawaban yang dimaksud. Tidak usah membolak balik buku pelajaran. Atau
susah payah mencari di perpustakaan (yang sering malah tidak ada).
Anak sekarang memang dimanja internet.
Kini banyak banjir sosmed yang
menawarkan beragam fitur. Dengan facebook,
anak-anak mudah kenalan dengan siapa saja dan dari mana saja. Bahkan bisa juga saling
sharing tentang apa saja. Baik dengan teman maupun guru. Twitter juga begitu. Edmodo
malah menfasilitasi interaksi guru – siswa. Schoology juga memanjakan penggunanya dengan kirim soal dan koreksi
jawaban dengan cepat. Bahkan Brainly
bisa mengerjakan PR anak dengan cepat dan mudah. Tidak perlu guru les.
Bandingkan dengan kita dulu, kalau
mau mengerjakan tugas / PR mati-matian belajar dulu. Tanya sana sini, minimal
tanya teman keesokan harinya ketika pelajaran akan dimulai. Untuk mencari
pengetahuan umum jauh lebih sulit lagi. Paling-paling dari koran bekas atau
buku HPU (himpunan pengetahuan umum) atau sejenisnya. Kalau ingin mendapatkan
mencari informasi harus nunggu berita TVRI yang hanya tanyang jam 7 malam. Itupun
kadang beritanya basi. Kalau informasi dari majalah apa lagi. Jika mau minta
informasi dari guru, belum tentu sang guru tahu kabar terkini.
Memang internet menjadi tempat
pencarian informasi tercepat. Hingga kini google, sebagai mesin pencari masih menjadi
primadona. Dia menjadi guru bagi siapapun. Mulai anak-anak yang belum bisa berjalan
sampai kakek-kakek yang sudah tidak bisa berjalan lagi. Dia bisa dipanggil dari
manapun. Dia lebih cekatan daripada Humas suatu instansi ketika memberi
informasi. Bahkan dia lebih sigap dari polisi lalu lintas ketika memberikan
petunjuk jalan. Tentu jika kita punya gadget dengan akses cepat.
Namun kalau kita tidak hati-hati,
bahaya. Walau google guru primadona, namun dia tidak pintar. Dia tidak bisa
membedakan informasi bermutu dan informasi sampah. Dia tidak dapat mensortir
mana informasi buat anak belum baligh mana yang buat orang dewasa. Sehingga kalau
kita tidak selektif, akan menjadi bencana, minimal buat kita sendiri. Dia
terlalu baik hati, memberi informasi apa adanya. Baik buruk semua diberikan. Informasi
yang meluber ini terus membanjir dalam tahun – tahun berikutnya. Tak akan ada
yang bisa membendungnya. Jadi kita sendiri yang harus mempunyai filter. Kita sendiri
yang harus menyaringnya. Filter ini tidak bisa muncul sendiri, harus diajarkan.
Siapa yang mengajarkan? Ya orang tua dan guru di sekolah.
Jadi bagi guru (termasuk orang
tua), bukan materi yang penting. Tetapi yang lebih penting adalah cara mencari dan menyaring dan menggunakan
informasi. Guru sebenarkan sudah tidak usah susah payah mengajarkan materi. Semua
bisa diownload dan dipelajari secara mandiri, baik secara online maupun offline.
Bahkan banyak materi yang disajikan secara interaktif. Justru yang sulit adalah
menumbuhkan kemauan dan kemampuan untuk mencari informasi itu sendiri. Tentu
informasi yang KW1 bukan informasi abal-abal.
Jadi walau google jadi guru primadona tetapi guru sekolah
harus tetap menjadi guru idola. Setuju?
cerdas memmanfaatkan fasilitas belajar sekaligus cerdas dan jeli info yang hanya rubbish
BalasHapussetuju,,,, tolong bimbingannya ustadz,,,,
BalasHapus