Jumat, 03 November 2017

HC for Teacher


Hasil gambar untuk competence

HC pada judul di atas bukanlah kependekan dari Honoris Causa. Gelar kehormatan yang diberikan kampus untuk sesorang yang berjasa pada bidang tertentu. HC di sini adalah Highest Competence. Kompetensi tertinggi bagi seorang guru. Ini tidak diukur berdasarkan banyak gelar yang didapat atau seberapa lama dia menempuh studi. Ini juga tidak ditandai dengan banyaknya penghargaan dan piala yang diperoleh sang guru. Kompe tensi ini diukur dengan perasaan cinta.

Pernah kan kita jumpai seorang guru yang atraktif. Tampil di kelas sangat semangat. Power full. Energinya stabil, mulai opening class hingga closing. Mengajarnya memukau. Energy positifnya menular ke siswa. Warga kelas menjadi semangat belajar. Improvisasinya dalam classroom management membuat para peserta didik menjadi tidak bosan. Kadangkala sang guru menjadi idola. Beberapa siswa menginginkan menjadi seperti sang guru. Tentu ini membutuhkan ilmu public speaking yang tidak mudah. Namun demikian ini bukanlah kompetensi tertinggi bagi seorang guru.

Di lain tempat, kita juga pernah menjumpai seorang guru yang pandai mengajar. Penjelasannya runtut, mudah diterima. Topik yang dirasa sangat sulit bagi kebanyakan siswa, mampu dia sajikan dengan sederhana. Berbagai strata kognitif siswa di kelas itu mempu menyerap penjelasan guru. Ilustrasi gambar dan pemilihan contoh mudah ditangkap siswa. Guru tipe ini pun juga sering kali menjadi idola bagi siswa. Apalagi menjelang UN atau SBMPTN, beliau sering didekati siswanya agar diberi tips dan trik menyelesaiakan soal. Namun, kompetensi yang dimiliki sang guru jenis inipun bukanlah termasuk kompetensi tertinggi.

Pada kelas yang lain, kita jumpai guru yang suka melucu. Bahan humor terasa tidak pernah ada habisnya. Materi apapun bisa dibuat lucu. Suasana kelas tidak mejadi garing. Walau kadang satu dua siswa dijadikan tumbal. Bahan olek-olokan atau contoh jelek. Yang penting suasana kelas tidak jumud. Tentu penggemarnya banyak. Guru tipe ini mudah diingat walau sudah jadi alumni. Namun kemampuan meng organize kelas dengan cara ini bukanlah komptensi tertinggi bagi seorang guru.

Guru lain, tampil di kelas biasa-biasa saja. Dia mengajar sesuai patron kurikulum dan petunjuk teknis waka kurikulum. Dia mengajar di jalan yang ‘lurus’. Akan menjadi gelisah jika jam mengajar banyak tersita buat kegiatan atau acara kesiswaan yang lain. Itu artinya dia akan memutar otak agar materi di kurikulum habis dengan durasi waktu yang sempit. Namun dia berinfak dengan banyak waktu luang. Dia akan sangat telaten m,engajari siswa yang kurang dalam materi tertentu. Tentu itu dilakukan diluar jam belajar normal. Ketelatenan ini menjadikan guru tipe ini dikenang oleh beberapa siswa yang pernah dekat dengan guru ini. Namun demikian, kompetensi kesabaran guru ini juga bukanlah kompetensi bagi seorang guru.

Highest competence bagi seorang guru adalah manakala sang guru itu mampu mencitai muridnya dengan tulus, dan muridnya mencintai guru dengan tulus pula. Dia mampu mengalirkan energi keberkahan ilmu. Diam-diam di kesunyian malam, sang guru mendoakan muridnya dengan khusuk. Dia juga mampu membuat murid nya mencitai tanpa pamrih. Kekaguman sang murid pada guru tidak akan pernah luntur. Kapanpun. Walau kelak berbeda tempat sang murid masih teringat akan guru dan menyisipkan doa di sela-sela aktifitasnya. Meskipun sudah wafat, sang murid masih mengenal kebaikan sang guru. Kompetensi inilah yang akan melahirkan generasi emas dengan keunggulan akhlak dalam memuliakan ilmu dan para penyalur ilmu.


Tulusnya sang guru dalam mendidik (bukan hanya mengajar) tidak akan dibatasi oleh ruang kelas saja. Tidak terhambat oleh ujian dan bingkai kurikulum. Karena kecintaan itulah, maka sang guru akan tampil PRIMA setiap berhadapan dengan muridnya. Baik di depan kelas maupun di luar kelas. Senyum tulus dan kata-kata menentramkan selalu meluncur dari bibir beliau. Tentu guru seperti ini akan memberikan yang terbaik bagi muridnya. Mencintai dan dicintai adalah kompetensi tertinggi bagi seorang guru. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar