Iman biasa diartikan percaya. Iman juga berarti keyakinan terhadap sesuatu. Iman kepada sesuatu yang paling MAHA secara fitroh dimiliki semua manusia, di setiap zaman dan generasi. Kendati demikian kadar keimanannya berbeda-beda. Orang yang tidak percaya tuhanpun, pada hakikatnya dia menyadari ada kekuatan lain diluar dirinya. Dia bisa berbentuk gunung, karena gunung dianggap bisa memberi manfaat dan perlindungan. Dia bisa berbentuk matahari, karena matahari dianggap memberi kehidupan. Dia bisa berbentuk uang, karena dengan uang dianggap bisa berkuasa. Dia bisa berbentuk raja, karena raja dinggap punya kekuatan dan seterusnya.
Seberapa besar keyakinan sulit
diukur dengan pasti. Namun demikian kita bisa menggambarkan grafik iman seiring
dengan berkurangnya jatah usia manusia. Ada 4 jenis iman, seperti yang kan
dijelaskan pada bagian berikut.
Pertama, jenis iman nabi/rosul. Jenis iman ini selalu bertambah setiap saat
(hari). Mulai diangkat menjadi nabi dan rosul hingga wafatnya, imannya selalu
bertambah. Secara grafis bisa digambarkan seperti garis lurus yang gradiennya
positif. Apakah kemiringan iman setiap nabi itu sama? Kita tidak tahu. Yang
jelas, imannya tidak pernah turun. Apapun cobaannya. Semakin banyak hambatan
dakwah seorang rosul, semakin bertambah imannya. Mengapa demikian, karena
beliau diringi mukjizat yang diberikan
langsung oleh Alloh SWT.
Kedua, jenis iman syaiton. Jenis iman ini kebalikan dengan iman nabi/rosul di
atas. Gradiennya negatif. Jika digambar pada kartesian, berupa garis lurus yang
miring ke kiri. Artinya setiap saat imannya berkurang. Karena tugasnya
menyesatkan manusia, maka syaiton memperbanyak dosa. Iblis, tauhidnya tidak
diragukan lagi. Karena kesombongannya dia mengikrarkan diri bahwa anak turunnya
akan menggoda manusia dari berbagai arah hingga manusia tergelincir ke neraka.
Ketiga, imannya malaikat. Jenis iman ini stabil, tidak bertambah juga tidak
berkurang. Karena malaikat tidak mempunyai nafsu. Dia begitu taat pada
Tuhannya. Apabila digambarkan pada bidang datar, jenis iman ini berupa garis
lurus mendatar. Ini berarti gradiennya nol. Termasuk jenis iman ini adalah
makhluk lain yang ‘tidak bernyawa’, seperti batu, tumbuhan, oksigen, air dan
sebagainya. Pada hakikatnya makhluk tersebut patuh pada aturan Alloh dan
berdzikir setiap saat tanpa kita sadari.
Keempat, imannya manusia. Jenis iman ini fluktuatif. Bisa naik bisa turun. Gradiennya
berubah – ubah setiap waktu. Biasanya imannya tumbuh manakala terkena musibah
atau bencana. Manusia menjadi lebih dekat dnegan tuhannya saat diberi cobaan.
Sebaliknya, imannya turun jika dia bergelimang kebahagiaan.
Walau naik turun, tetapi trend iman bisa diprediksi. Cenderung naikkah
atau cenderung turun. Jika semakin bertambah usia, semakin baik amal perbuatannya,
kira-kira trend imannya naik. Jika begitu seterusnya hingga ajal menjemput,
maka itulah yang dinamai khusnul khotimah.
Sebaliknya jika semakin tua seseorang semakin semakin buruk perangainya,
semakin jauh dari tuhannya hingga akhir hayatnya, maka itulah yang dinamakan suul khotimah.
Adakalanya, seseorang berubah drastis
dalam hidupnya. Yang semula jahat tiba-tiba dia sadar berubah haluan 180
derajat menjadi orang baik. Ini yang dinamakan titik belok iman. Hidayah
memberi andil besar dalam kasus ini. Hidayah harus dicari, diupayakan, tidak
boleh pasrah begitu saja. Biasanya titik belok imannya ini dinamai titik
kritis.
|
|||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar