Selasa, 07 November 2017

KAMU MATH – O – PHOBIA?

Tulisan ini berisi tentang kuis ringan. Kuis ini untuk mengukur sejauhmana rasa cinta atau rasa benci kamu terhadap matematika. Jika diisi dengan jujur dan spontan, hasilnya tidak akan jauh dari fakta tentang dirimu. Tentu tidak 100% benar, karena ini dibuat oleh seorang ahli psikologi, Robyn Landow, PhD yang secara kultur sedikit berbeda dengan budaya di sini. Paling tidak ini sebagai potret kita tentang dunia angka dan bilangan. Tidak ada salahnya untuk dicoba. Tiap nomor, pilih satu option (dari 3 option yang ada) yang paling sesuai dengan kepribadianmu. Skor tiap option tersebut ada di rubrik penilaian. Setelah itu jumlahkan skormu dan cocokkan dengan tabel di bawah untuk mengetahui tafsir kepribadianmu. Selamat mencoba.



1.    Ulangan matematika baru selesai. Teman-teman mengajakmu mengobrol tentang ulangan tadi. Kamu :
a.    Merasa nilaimu tidak akan jelek-jelek amat, tetapi kamu agak cemas, karena ada banyak soal yang membuatmu bingung
b.   Merasa yakin. Kamu sudah belajar dan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Kamu bisa menyelesaikan semua soal sebelum waktu habis. Selama kamu teliti dalam mengerjakan, kamu merasa baik-baik saja
c.    Sama sekali tidak mau membahasnya. Bisa lihat tidak sih, kalau aku sekarang sedang tidak mau membahas matematika?

2.    Kamu aktif di organisasi siswa di sekolahmu. Kamu adalah wakil dari kelasmu di organisasi itu. Salah satu sahabatmu adalah ketua organisasi. Dia bilang, bendahara organisasi tiba-tiba mengundurkan diri dan dia memintamu menggantikan nya memegang posisi bendahara. Sebagai bendahara, kamu harus membuat pembukuan. Artinya : matematika. Kamu :
a.   Mencoba mencari cara paling halus untuk bilang “nggak mau!” Kamu mengerti bahwa sahabatmu butuh pertolongan, tetapi kamu bukan orang yang cocok untuk jabatan ini.
b.   Ragu-ragu. Matematika bukan pelajaran andalanmu. Tapi kamu tahu bahwa ada banyak orang yang bisa kamu tanyai jika mengalami kesulitan. Lagi pula kamu ingin tetap berada dalam kelompok ini dengan cara membantu sahabatmu. Akhirnya kamu menerima tawarannya.
c.       Langsung menerima tawarannya – tidak masalah.

3.   Malam ini kamu punya banyak tugas, ada PR untuk masing-masing pelajaran dan kamu tidak tahu harus mulai mengerjakan yang mana. Kamu :
a.     Mulai dengan PR matematika. Kamu tidak mau terlalu lelah saat harus menghafal rumus-rumus. Lebih cepat lebih baik. Bahkan kalau masih ada waktu, setelah semua PR selesai, kamu bisa mengeceknya kembali.
b.    Menjauhi PR matematika sampai saat-saat terakhir. Kenapa harus mulai mengerjakan PR dengan sesuatu yang sulit? Kamu juga tidak yakin  bisa mengerjakan PR matematika kok
c.   Tahu banget ada PR matematika, tetapi kamu memutuskan untuk mengerjakan PR lain dulu. Kamu akan mengerjakannya juga, tetapi nanti saja. Karena kamu mau mulai dengan mengerjakan yang lebih mudah.

4.    Kamu ketemu teman spesial kamu saat istirahat makan siang. Dia memberimu nomor telepon karena dia ingin mengajakmu jalan-jalan tamasya bersama teman-teman. Tetapi kamu sedang tidak membawa alat tulis. Kamu :
a. Berusaha keras mengingat nomor teleponnya dan kamu juga memberi kan nomor teleponmu. Setidaknya, salah satu dari kalian akan mengingat nomor telepon, deh.
b.   Langsung membayangkan nomor telepon itu di dalam kepalamu. Bisanya ini membantumu mengingat nomor telepon. Lalu berlari ke arah temanmu di meja sebelah, meminjam alat tulisnya untuk mencatat nomor telepon tersebut
c.  Berusaha tampak menghafal nomor telepon tersebut, meskipun kamu yakin tidak akan berhasil. Tetapi kamu tahu bahwa ibu sahabatmu bekerja di tempat yang sama dengan ayah temenmu itu. Lebih baik tanya dia saja.

5.     Saat pelajaran matematika, gurumu mengadakan ulangan mendadak. Tadi malam kamu sampai rumah larut malam. Kamu belum selesai mengerjakan PR, apalagi belajar dan melihat catatan matematikamu. Kamu :
a.    Menarik napas panjang, lalu meyakinkan dirimu sendiri bahwa kamu akan berusaha sebaik mungkin. Habis, mau gimana lagi?
b.  Tegang. Kamu sudah berusaha keras untuk memahami materi matematika itu, tetapi rasanya kamu sama sekali tidak siap untuk ulangan mendadak. Setelah beberapa menit, kamu menutup mata dan berusaha mengingat-ingat pelajaran kemarin. Membaca soalnya, kamu lihat ada beberapa soal yang kamu rasa bisa dan mengerjakannya terlebih dahulu
c.   Panik. Diam saja, tidak usah mengerjakan ulangan. Lagi pula tidak akan ada yang bisa kamu kerjakan dengan benar

6.  Saat pertemuan dengan guru pembimbing, dia menanyakan perkembanganmu dalam pelajaran matematika. Responmu :
a.  Diam. Rasanya kamu mau menangis. Baru kali ini ada orang yang sungguh-sungguh menanyakan pelajaran matematikamu dan kamu menyadari, akhirnya ada orang yang bisa kamu ajak bicara, bahwa kamu punya kesulitan dalam pelajaran itu.
b.  Baik-baik saja. Kadang-kadang saya merasa bingung, tetapi selalu ada yang bisa saya mintai tolong seusai sekolah.
c.     Kenapa anda menanyakan? Guru matematika yang mengadukan saya ya? Dia bilang saya bingung akhir-akhir ini yaa?

7.   Guru matematikamu mengatakan bahwa materi berikutnya akan “jauh lebih sulit” daripada materi sebelumnya. Kamu berpikir :
a.    Apa? Mungkin saja materinya lebih sulit. Tapi, sejauh ini kamu bisa melalui semuanya. Jadi mungkin berikutnya aku juga bisa.
b.   Aduh. Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku masih bisa pindah ke kelas lain yang nggak harus belajar matematika?
c.   Wah, pasti akan menantang. Aku suka tantangan. Aku harus mencatat semuanya dengan baik dan menandai hal-hal sulit yang harus kupelajari lebih lanjut.

8.       Saat ulangan di sekolah, kamu:
a.   Bersiap sama terhadap seluruh mata pelajaran. Tidak ada yang suka ulangan, tetapi ulangan tetap harus dikerjakan.
b.      Merasa mata pelajaran selain matematika itu lebih mudah. Ada sesuatu yang membuatmu sakit perut setiap kali belajar atau ulangan matematika
c.   Paling benci ulangan matematika. Kamu tidak tahu cara belajarnya, dan biarpun sudah belajar, saat menghadapi kertas ulangan kamu pasti lupa apa yang telah kamu pelajari


9.       Saat pelajaran matematika, tingkat partisipasimu :
a.     Terlibat seadanya. Kamu tidak selalu bertanya kalau ada sesuatu yang tidak kamu pahami, tetapi kamu akan meminta guru untuk menjelaskanmu seusai kelas, atau menanyakan kepada temanmu saat mengerjakan PR nanti malam.
b.     Aktif. Kamu selalu belajar sebelum ke sekolah. Kalau ada yang tidak kamu pahami, pasti kamu tanyakan di kelas.
c.    Tidak ada. Kamu lebih baik menyendiri. Kamu merasa ingin langsung menghilang di telan bumi saat gurumu bertanya atau menyuruhmu maju mengerjakan di papan tulis.

10.   Saat belajar matematika dalam kelompok, kamu:
a.   Menjauhinya sebisa mungkin. Kamu memang berusaha menjauhi segala sesuatu yang berhubungan dengan matematika
b.  Tetap menghadirinya meskipun teman-teman tidak selalu bisa membantumu. Malah kadang-kadang belajar kelompok ini memperburuk keadaan. Misalnya, semua malah bingung dan tidak bisa menjawab soal, atau kelompok belajar ini berubah menjadi ajang gossip. Habis bagaimana lagi kalau kamu sendiri tidak bisa matematika?

c.   Menghadirinya hanya kalau kamu yakin teman-teman bisa membantumu. Kalau kamu merasa lebih baik belajar sendiri, kamu tahu bahwa kamu tidak harus ikut belajar kelompok. Kalau kamu yakin belajar berkelompok akan membantumu memahami konsep, kamu akan dengan senang hati hadir dalam kelompok – bahkan menjadi tuan rumah dan penyelenggara.



Pedoman Penilaian

No
A
B
C
1
2
3
1
2
1
2
3
3
3
1
2
4
2
3
1
5
3
2
1
6
1
3
2
7
2
1
3
8
3
2
1
9
2
3
1
10
1
2
3



Keterangan



25 – 30

Kamu cool banget. Meskipun nilai terbaikmu bukan di matematika, kamu merasa cukup nyaman. Selama kamu belajar dan bekerja keras, kamu yakin akan memetik hasilnya. Kamu tidak menghindari situasi yang berhubungan dengan angka-angka dan kamu bisa menjadi teladan bagi teman-temanmu. Hebat.




16 – 24

Waduh, ketakutanmu akan matematika bisa menghambat proses belajarmu. Kamu tidak bisa merasa nyaman dengan mata pelajaran ini. Bersikaplah positif meski kamu merasa cemas. Jangan terus-menerus membayangkan, “aku pasti nggak bisa’ saat belajar untuk ulangan. Sebaiknya kamu lihat seberapa keras kamu telah berusaha mempersiapkan diri. Yakinkan dirimu, “aku pasti bisa”. Ikutilah kelompok belajar yang kelihatan meyakinkan dan nyaman mengerjakan soal-soal matematika. Sikap yang demikian akan menular kepadamu.





10 – 15

Sikap permusuhanmu terhadap matematika keterlaluan. Masalahmu mungkin diawali dengan rasa cemas akan nilai ulangan yang lebih buruk dari yang kamu duga. Kamu terlalu memfokuskan diri pada situasi dimana kamu tidak berhasil. Kamu harus bicara dengan guru matematikamu, sampaikan masalahmu kepadanya dan minta pendapatnya untuk bisa membantumu lebih fokus. Orang tua harus tahu masalah ini. Mungkin mereka akan mengalami hal yang sama ketika seumurmu, dan sekarang mereka sudah berhasil menjadi insinyur atau bisnismen.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar